Upaya mewujudkan
transportasi yang ramah lingkungan pada dasarnya dapat dilakukan dengan upaya mencegah
terjadinya perjalanan yang tidak perlu (unnecessary mobility) atau dengan
penggunaan teknologi angkutan yang dapat mengurangi dampak lingkungan akibat
kendaraan bermotor. Bentuk-bentuk yang
terkait dengan upaya pencegahan atau pengurangan jumlah perjalanan yang tidak
perlu dapat berupa pengembangan kawasan terpadu yang masuk kategori compact
city seperti kawasan super-block, kawasan mix-used zone,
maupun transit-oriented development.
Selain itu, pengurangan jumlah
perjalanan dapat dilakukan dengan melakukan manajemen kebutuhan transport (TDM-
Transport Demand Management).
Transit Oriented
Development (TOD). Transit Oriented Development adalah
upaya revitalisasi kawasan lama atau kawasan terpadu baru yang berlokasi pada
jalur-jalur transportasi utama seperti jalur KA, busway dll dengan
mengembangkan kawasan berfungsi campuran (mixed-use) antara fungsi
hunian, komersial dan perkantoran. Dengan akses yang mudah terhadap aktivitas
hunian, komersial dan perkantoran serta jaringan transportasi umum yang terpadu
dengan fasilitas pedestrian dan jalur sepeda, konsep kawasan TOD diharapkan dapat
mengurangi kebutuhan pergerakan transportasi antar kawasan dan mengurangi
penggunaan kendaraan bermotor pribadi.
Sebuah kawasan TOD
umumnya memiliki pusat kawasan berupa stasiun kereta, metro, trem atau stasiun
bus yang dikelilingi oleh blok-blok hunian, perkantoran atau komersial
berkepadatan tinggi yang makin berkurang kepadatannya ke arah luar. Kawasan TOD
umumnya memiliki radius 400-800m dari pusat terminal, yaitu dalam jarak yang
masih dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
Selain sifatnya yang mixed
used, kawasan TDM umumnya dicirikan oleh fasilitas pejalan kaki yang sangat
nyaman, penyeberangan, jalan yang tidak terlalu lebar, gradasi kepadatan
bangunan ke arah luar. Kawasan ini juga umumnya membatasi jumlah lahan parkir
untuk kendaraan pribadi.
Transport Demand
Management (TDM) dilakukan melalui penerapan kebijakan
dan strategi transportasi untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan
mendistribusikan beban transportasi yang ada ke dalam moda transport, lokasi
dan waktu berbeda. Upaya ini dianggap merupakan penanganan transportasi yang
relatif murah untuk meningkatkan tingkat pelayanan jaringan transportasi.
Dengan demikian penerapan TDM juga diharapkan dapat menghasilkan kondisi
lingkungan yang lebih baik, meningkatkan kesehatan publik, yang pada akhirnya
dapat mendorong kesejahteraan masyarakat dan tingkat kelayakan huni suatu kota.
Beberapa bentuk
penerapan TDM yang mungkin dilakukan adalah:
- Mendorong peningkatan okupansi kendaraan melalui kebijakan ride-sharing, three-in-one, car-pooling dan lain-lain.
- Menyediakan sarana angkutan umum yang cepat, murah dan nyaman yang dapat menjangkau seluruh bagian kota.
- Menyediakan fasilitas untuk mendorong penggunaan sarana angkutan tak bermotor seperti jalur sepeda, jalur pejalan kaki yang dapat mengurangi ketergantungan kepada kendaraan bermotor.
- Menerapkan jam kerja yang lebih fleksibel atau penggeseran waktu kerja (staggering work hours) dan pemisahan waktu kerja dan sekolah untuk mengurangi beban lalulintas pada jam puncak.
- Membatasi penggunaan kendaraan pribadi melalui penerapan pembatasan plat nomor kendaraan yang dapat dioperasikan pada kawasan atau waktu tertentu.
- Menerapkan congestion pricing, pengenaan tarif parkir yang tinggi pada kawasan-kawasan CBD untuk memberikan disinsentif bagi pengguna kendaraan pribadi.
Sarana
Transportasi Ramah Lingkungan. Sarana transportasi
yang dikembangkan untuk mengurangi dampak lingkungan akibat transportasi
seperti kebisingan dan polusi udara umumnya mengarah ke penggunaan kendaraan
tidak bermotor maupun penggunaan bahan bakar terbarukan seperti sinar matahari,
listrik dll.
Bentuk-bentuk moda
angkutan yang ramah lingkungan antara lain:
Pedestrian.
Penyediaan sarana dan jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman dapat mengurangi ketergantungan
masyarakat terhadap penggunaan kendaraan pribadi. Jarak optimum yang dapat dijangkau
dengan berjalan kaki umumnya adalah sekitar 400-500 meter.
Bersepeda |
Sepeda.
Sekarang dikembangkan kelompok-kelompok masyarakat yang mengusung
ide penggunaan sepeda sebagai alternatif alat transportasi yang ramah
lingkungan seperti gerakan Bike-to-Work (B2W). Sepeda dapat digunakan dengan
kecepatan rata-rata 20 km/jam dan daya jelajah sekitar 1-5 kilometer.
Sepeda Listrik.
Alternatif lain dari sepeda manual adalah sepeda yang digerakkan
dengan tenaga listrik baterai yang dapat diisi ulang. Di samping lebih hemat
biaya, sepeda ini juga tidak menimbulkan kebisingan dalam penggunaannya
dibandingkan sepeda motor. Kecepatan berkendaraan maksimum jenis sepeda ini
adalah sekitar 40-60 km/jam dengan daya jelajah hingga 60 km.
Kendaraan Hybrid.
Adalah kendaraan yang dikembangkan dari bahan yang ultra-ringan tapi sangat kuat
seperti komposit. Sumber tenaga kendaraan jenis ini umumnya merupakan campuran
antara bahan bakar minyak dan listrik yang dibangkitkan dari putaran mesin
kendaraan melalui teknologi rechargeable energy storage system (RESS). Kendaraan
jenis ini diklaim sebagai memiliki tingkat polusi dan penggunaan bahan bakar
yang rendah.
Kendaraan berbahan
bakar alternatif. Beberapa teknologi bahan bakar alternatif
seperti biodiesel, ethanol, hydrogen atau kendaraan dengan teknologi yang dapat
menggunakan 2 jenis bahan bakar secara bergantian (flexible fuel vehicle).
Kedaraan Hyper Car |
Kendaraan hypercar.
Kendaraan jenis ini memiliki fitur konstruksi yang sangat ringan, desain yang
aerodinamis, penggerak berbahan bakar hybrid dan beban aksesoris yang
minimal.
0 comments:
Posting Komentar