Senin, 27 Juli 2020

Origin Destination (Survey Asal Tujuan atau OD)

Gambar Ilustrasi
Kalau kamu sedang mengemudi melewati perbatasan, tiba-tiba ada petugas entah polisi atau DLLAJ menyuruh menepi, jangan panik dulu. Coba tenang dan liat sekeliling, siapa tau kamu melihat sesorang yang tidak memakai seragam dinas. Kalau sudah lihat, coba perhatikan baik-baik, apakah dia sedang memegang papan kecil berlapis kertas diatasnya.

Kalau iya, selamat, harimu sedang baik tak kena tilang. Cobalah untuk santai, karena mereka adalah petugas survey yang akan mengambil sedikit waktumu untuk melakukan wawancara. Mungkin pertanyaannya sedikit menyentuh ruang pribadimu, tapi percayalah mereka bukanlah orang jahat. 

Karena mereka sedang melakukan survey lalu lintas yang berkaitan dengan asal-tujuan pergerakan orang/kendaraan. Bahasa kerennya survey Origin-Destination, atau survey OD.

Dalam survey OD, cara itu dinamakan Roadside Interview. Tentu saja ada cara lain yang dapat digunakan untuk melakukan survey asal tujuan. Tapi cara itu lebih mencolok dari cara-cara lainnya. Jelas saja, setiap pengendara biasanya akan langsung kaget ketika diminta berhenti, kemudian dihampiri petugas tanpa alasan yang jelas.

"Sial, mimpi apa semalam, masih pagi sudah kena tilang", mungkin seperti itu ekspresi pertama ketika disuru menepi. 

Survey asal tujuan atau Origin Destination, biasanya dilakukan untuk melakukan perencanaan transportasi. Yang diamati adalah orang dan barang, serta pergerakannya dalam sebuah wilayah yang dibagi kedalam zona-zona. Atau orang/barang yang melakukan pergerakan masuk dan keluar suatu wilayah. Karenanya pergerakan dibagi menjadi dua bagian, pergerakan internal dan eksternal.

Untuk melakukan survey Asal-Tujuan, langkah pertama yang biasa dilakukan yaitu dengan membentuk zona, setelah itu memilih metode survey yang akan digunakan. Membentuk zona artinya membagi wilayah survey menjadi satuan-satuan kecil dengan batas imajiner. Lebih sering didapati bahwa pembagian zona berdasarkan batas administrasi kecamatan ataupun kelurahan maupun desa.

Setelah zona terbentuk kemudian dilakukan pemilihan metode pengambilan data, atau metode survey. setidaknya ada 5 (lima) cara atau metode yang menjadi alternative, pertama wawancara dipinggir jalan atau biasa disebut Roadside Interview. Pertanyaan yang diajukan atau yang seringkali diamati adalah ; jumlah penumpang, tingkat pendapatan tiap penumpang atau sopir, asal tujuan setiap penumpang, maksud perjalanan tiap penumpang dan berapa lama waktu perjalanan sampai ketempat tujuan.

Ya, pertanyaan-pertanyaan itu sedikit menyentuh ruang privasi seseorang. Namun sekali lagi, taka ada niat jahat didalamnya, semata-mata hanya ingin memenuhi kebutuhan guna melakukan perencanaan transportasi yang berguna untuk masyarakat. Cara berikutnya adalah dengan melakukan wawancara disetiap rumah. Dalam penerapannya, cara ini jarang digunakan dilapangan. Selain biaya yang dibutuhkan terlalu besar, waktu yang dibutuhkan akan cukup lama.

Cara lainnya adalah mengamati plat nomor kendaraan, dengan menempatkan surveyor/ kamera untuk mencatat atau merekam nomor kendaraan yang melewati titik survey atau titik pengamatan. Cara ini juga dianggap lebih efektif, selain cukup mudah, cara ini juga tidak menyebabkan keriuhan atau kemacetan apalagi kepanikan bagi para pengendara karena takut ditilang.

Dari beberapa cara tersebut, masih ada satu cara lagi yang menurut saya lebih mudah dilakukan. Salah satu pertimbangannya adalah kemudahan yang diberikan bagi masyarakat untuk memberikan data. Cara tersebut adalah survey dengan menggunakan kartu pos. Dahulu cara ini dilakukan dengan memberi kartu pos kepada masyarakat, setelah mengisi mereka akan mengirim kartu pos kealamat yang telah ditentukan dengan catatan biaya pengiriman dibayarkan oleh surveyor.

Sebagian orang akan berpikir cara inipun cukup rumit dan butuh biaya besar. Namun dengan perkembangan teknologi informasi dan media sosial seperti sekarang ini, cara tersebut dapa sedikit dimodifikasi dan menjadi salah satu alternatif survey OD paling baik. Penggunaan kartu tetap dilakukan, hanya proses pengirimannya yang perlu dirubah. 

Pabila dahulu menggunakan kartu pos dan dikirim lewat pos, sehingga masyarakat akan sedikit repot untuk pergi ke kantor pos dan mengirimkan. Maka pengiriman lewat media sosial seperti Whatsapp, Facebook atau email sangat patut dicoba. Bagi sebagian orang akan mengganggap informasi itu akan sangat pribadi, maka alternatif pengiriman lewat Whatsapp merupakan salah satu cara terbaik.

Cara ini juga dapat dilakukan meskipun surveyor tak bertemu langsung dengan responden, yaitu dengan cara dititip pada setiap rumah. Akan muncul pertanyaan, bagaimana menentukan banyaknya kartu yang akan disebar. Pada metode wawancara rumah ada acuan untuk menetapkan besaran sampel yang digunakan, dengan mempertimbangkan jumlah penduduk kota.

Untuk kota dengan jumlah penduduk < 50 000, besaran sampel yang digunakan adalah 10-20% dari jumlah penduduk. Untuk kota dengan penduduk 50.000  30.000, sampel yang digunakan adalah 3  12%. Dengan jumlah penduduk 300.000  500.000, sampelnya sekitar 2  6% dari jumlah penduduk. Penduduk 500.000  1 juta, sampel yang diambil mulai dari 1,5  5 % dari jumlah penduduk. Dan apabila penduduk suatu kota diatas 1 juta, maka sampel yang diambil adalah 1  4% dari jumlah penduduk.

Apakah cukup sampai disitu?, bagaimana kalau ada permasalahan seperti keterbatasan waktu dan biaya survey?.

Kita dapat melakukan pengurangan jumlah, namun bukan pada pengurangan persentase sampel. Tapi pada jumlah penduduknya, yaitu dengan cara mengeluarkan penduduk untuk kateogori umur tertentu yang dianggap tidak produktif lagi dalam melakukan pergerakan. Sehingga aktifitasnya tidak menimbulkan bangkitan pergerakan. Yaitu untuk penduduk dengan kategori umur dibawah 5 tahun dan penduduk dengan kategori umur diatas 75 tahun.

Contoh Kartu Dalam Pekerjaan Tatralok Yang Kami Kerjakan

Transportasi merupakan sebuah bidang yang paling jarang diambil, selain cukup rumit, karena dalam perencanaannya sangat banyak melibatkan angka-angka dan rumus-rumus. Saya juga bukan ahli transportasi, hanya saja dari pengalaman beberapa tahun bersama dua ahli transportasi yang cukup keren, saya kemudian menyimpulkan dua hal penting.

Pertama, bukan karena rumus atau angka-angka yang jadi kendala. Tapi bagaimana mengatur cara survey dan menyajikan data-data beserta analisa data yang kerap jadi kendalanya. Dan yang kedua adalah untuk melakukan pemodelan transportasi, dibutuhkan alat bantu berupa software khusus transportasi. Sedangkan harga satu software sangat mahal.

Beberapa hari lalu, iseng-iseng saya coba bertanya pada seorang kenalan di Kota Bandung. Maaf Pak, dimana bias beli Software Visim atau TransCad, dan berapa harganya, tanyaku. Balasan pertama darinya begini emang mau beli?, disertai emoji sedikit tertawa. Hanya dari situ saya menyimpulkan, sepertinya itu pertanyaan yang salah. Sebelum membaca pesan berikut darinya, saya ikut tertawa, lebar selebar-lebarnya.

Bukan menertawakannya karena saya sangat menghormatinya, saya menertawakan diri sendiri atas pertanyaanku sebelumnya.

Yang perlu dibeli Visum dan Visim. Visum untuk analisa makro dan Visim untuk analisa mikro. Visum untuk 400 zona pergerakan, harganya 175 juta, sedangkan Visim hanya untuk digunakan menganalisa 10 Km jalan, harganya 200 juta. Kalau yang Unlimited, mungkin sekitar 600 juta. Saya hanya membalas Ampun, diserta emoji menepuk jidat.

Tentu saja saya juga ikut tertawa setelah itu. Seperti ekspresinya yang tergambar lewat emoji tertawa diakhir pesan panjang keduanya. Diakhir perbincangan kami, beliau yang juga telah kuanggap sebagai guru, memberi sedikit masukan. Ya, begitulah guru yang baik, tidak mengecewakan muridnya. Analisa transportasi masih bisa dilakukan dengan menggunakan software Visim, ada caranya. 

Apa caranya?, itu rahasia Guru dan Murid yang tak akan kuberitau pada orang lain.

0 comments: