Neuroplanologi - Bahagia Untuk Menjadi Kuat

Kota Bahagia adalah Kota yang mampu memberikan kebahagiaan bagi warganya. Saya ingin memulainya dari defenisi yang sederhana tentang Kota Bahagia, sesederhana yang saya pikirkan tentang jalan kebahagiaan.

Urbanisasi dan Masyarakat Kota

Urbanisasi muncul karena ada kebutuhan, begitupun dengan kota sebagai sebuah peradaban. Kota lahir karena kebutuhan, bukan secara alamiah, melainkan dibentuk dengan sengaja oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Neuroplanologi - Jalan Menuju Kota Bahagia / Happy City

Mungkin sudah saatnya sebuah pendekatan baru lahir, dengan memadukan disiplin Planologi dan Neurosains untuk mewujudkan sebuah kota yang bahagia. Dengan kajian yang lebih fokus membahas sebuah perencanaan yang lebih memberikan pengaruh terhadap saraf otak dan membuat manusia lebih bahagia. Semoga tak terlalu dini, saya ingin menyebutnya sebagai NEURO PLANOLOGI.

Silverqueen - Berhenti Menangis

Selalu ada kisah haru pada malam-malam disaat musim hujan yang pernah kita lalui bersama. Kau disana, dan aku disini, hanya kita berdua. Belum cukup setahun kita kenalan, tapi rasanya sudah bertahun-tahun kita berteman. Sangat akrab, dan kau selalu saja buatku rindu.

Pak Udin, Penjaga Tradisi Suku Bajo Mola di Wakatobi

Pak Udin merupakan seorang Suku Bajo yang berasal dari Mola, pemukiman suku bajo terbesar didunia yang berada di Pulau Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi. Layaknya suku bajo yang selalu dikatakan dalam berbagai literatur, pak udin sangat menggantungkan hidupnya pada laut.

Rabu, 24 Oktober 2012

SBNP Analisis Kebutuhan Mudah


Sabtu, 20 Oktober 2012

Memenuhi Janji Kemerdekaan


Konon dalam sebuah diskusi bung hatta mencetuskan ide kemerdekaan bangsa Indonesia, ide tentang kemerdekaan pada saat itu tentu dianggap mustahil dilakukan oleh seorang hatta yang ketika itu masih menempuh pendidikan di negeri belanda, banyak sejawat Bung Hatta dikelompok diskusi merasa mustahil untuk dilakukan bangsa Indonesia seorang diri, pandangan ini tentu saja melisik latar sejarah bangsa indonesia yang selama tiga setengah abad dalam kungkungan penjajahan bangsa asing. Tapi tekad Hatta Muda melunturkan keraguan sebagian kawan- kawannya di kelompok study club mahasiswa Indonesia di negeri belanda.


Latar sejarah yang sekian abad dibawah kungkungan penjajahan asing, tentu saja mempengaruhi cara berpikir mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di negeri belanda. Ide tentang kemerdekaan bak memindah surga di bumi, sesuatu yang hanya sekali terlintas dalam pikiran tanpa mampu untuk mewujudkan dalam alam nyata, tapi tekad Hatta Muda sudah bulad, jalan kemerdekaan adalah satu-satunya. 


Keteguhan Hatta Muda, akan jalan kemerdekaan tentu saja dilatarbelakangi pembacaan masyarakat Indonesia secara riil dan berkaca pada negara-negara barat, dimana dia menempuh pendidikannya. Jalan kemerdekaan adalah jalan suci untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, hanya dengan kemerdekaanlah kita mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia dari kubangan kemiskinan, dengan kemerdekaan pula kita lebih mudah untuk mengatur bangsa sendiri, begitu urai Hatta Muda untuk meneguhkan kawan-kawannya dikelompok study club mahasiswa Indonesia di negeri belanda akan “jalan kemerdekaan”.


Melepaskan dari belenggu kolonialisme, dan membentuk negara sendiri yang merdeka, akan lebih memudahkan bangsa Indonesia untuk mengatur dirinya sendiri, dengan sengenap sumber daya yang ada, segala upaya dapat dilakukan untuk menuntaskan kemiskinan yang hampir absolud melekat pada bangsa Indonesia dimasa penjajahan bangsa-bangsa asing.


Bung Hatta lelaki yang bertubuh kecil dan pemalu dengan lawan jenisnya ini, telah menjadi bagian terpenting dari sejarah bangsa Indonesia, dari buah pikirannyalah lahir ide kemerdekaan bangsa ini. Kini sudah 66 tahun proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia telah dikumandangkan oleh sang dwitunggal bangsa Indonesia Soekarno-Hatta. Tugas generasi sekarang tentu saja mengisi dan memberi warna akan janji kemerdekaan yang telah terucap 66 tahun silam.


Memberi warna pada alam yang sudah merdeka, dapat dilakukan dengan mewujudkan janji kemerdekaan, perwujudannya dapat dilakukan oleh siapapun individu untuk mengisi kemerdekaan, menunaikan tugas pekerjaannya dengan sungguh-sunguh dan penuh loyalitas adalah bagian dari cinta setia pada pada janji kemerdekaan yang telah terucap. Tapi tentu ironi di negeri yang sudah merdeka ini dua pahlawan yang penuh dedikasi dan pengabdian pada Negara, sedang/akan menapaki hari-hari yang kelam dibalik jeruji penjara, Sdr. Bambang Subekti dan Sdr. Frans Huwae sedang bertugas menjalankan perintah Negara untuk melakukan penertiban lahan dalam DLKR/DLKP Pelabuhan Tanjung Emas, apa yang dilakukan Sdr. Bambang Subekti dan Sdr. Frans Huwae adalah bagain dari menjalankan tugas mulia untuk mengamnkan asset-asset Negara dari tangan- tangan yang manusia rakus dan haus akan kuasa, Ia  kini bukan sedang berhadapan dengan moncong senjata kolonialis belanda, tetapi sedang menghadapi sesame anak bangsa Indonesia sendiri.


Sungguh ironis memang, apa yang saat ini menimpa pada 2 (dua) orang pegawai PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, loyalitas dan dedikasinya pada pekerjaan dengan melaksanakan dan mempertahankan aset Negara bukannya diganjar dengan penghargaan dan perlindungan oleh Negara sebaliknya justru sanksi pidana yang mengancam.


Bung Karno, dalam satu waktu berkata “bahwa tugas negerasikoe jauh lebih muda, karena hanya mengusir kaum penjajah pergi dari bumi pertiwi”. Tetapi tugas negeri muda sekarang jauh lebih sulit karena berhadapan dengan musuh dari dalam bangsa indonesia sendiri”. Ucapan Bung Karno ini menemukan pijakan empirisnya pada hari ini sebagaimana yang menimpa Sdr. Bambang Subekti dan Sdr. Frans Huwae.

Model Penataan Ruang

Etika Penulisan Artikel

Jumat, 19 Oktober 2012

Metodologi Penelitian

Metode kuantitatif dan kualitatif berkembang terutama dari akar filosofis dan teori sosial abad ke-20. Kedua metode penelitian di atas mempunyai paradigm teoritik, gaya, dan asumsi paradigmatik penelitian yang berbeda. Masing-masing memuat kekuataan dan keterbatasan, mempunyai topik dan isu penelitian sendiri, serta menggunakan cara pandang berbeda untuk melihat realitas sosial.

Penelitian pada hakikatnya adalah berusaha mendapatkan informasi tentang sistem yang ada (dan beroperasi) pada obyek yang sedang diteliti, maka peneliti perlu menentukan cara menemukan informasi tentang sistem yang sedang dicari itu. Cara menemukan informasi itulah yang bervariasi baik dengan menggunakan metode kuantitatif, kualitatif maupun menggabungkan dari kedua metode tersebut. Perbedaan yang berawal dari paradigma pengetahuan yang berbeda itu nampak pada praktek kegiatan penelitiannya, yaitu dalam penentuan tujuan (masalah), penentuan macam data yang dicari, penentuan sumber data, penentuan instrumen pengumpul data, kegiatan pengumpulan dan analisis data.

A.     PENELITIAN KUANTITATIF
Metode kuantitatif berakar pada paradigma tradisional, positivistik, eksperimental atau empiricist. Metode ini berkembang dari tradisi pemikiran empiris Comte, Mill, Durkeim, Newton dan John Locke. “Gaya” penelitian kuantitatif biasanya mengukur fakta objektif melalui konsep yang diturunkan pada variabel-variabel dan dijabarkan pada indikator-indikator dengan memperhatikan aspek reliabilitas. Penelitian kuantitatif bersifat bebas nilai dan konteks, mempunyai banyak “kasus” dan subjek yang diteliti, sehingga dapat ditampilkan dalam bentuk data statistik yang berarti. Hal penting untuk dicatat di sini adalah, peneliti “terpisah” dari subjek yang ditelitinya.

Pada hakikatnya setiap penelitian kuantitatif dalam ilmu-ilmu sosial menerapkan filosofi yang disebut deducto hipothetico verifikatif artinya, masalah penelitian dipecahkan dengan bantuan cara berpikir deduktif melalui pengajuan hipotesis yang dideduksi dari teori-teori yang bersifat universal dan umum, sehingga kesimpulan dalam bentuk hipotesis inilah yang akan diverifikasi secara empiris melalui cara berpikir induktif dengan bantuan statistika inferensial.

Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamat mulai mencatat atau menghitung dari satu, dua, tiga dan seterusnya. Berdasarkan pertimbangan dangkal demikian, kemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian kuantitatif mencakup setiap penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau kuantitas. Hasil analisis kuantitatif cenderung membuktikan maupun memperkuat teori-teori yang sudah ada.

Ciri-ciri penelitian kuantitatif:
1.      Asumsi
Asumsi ontologis: realitas bersifat objektif dan singular terpisah dari peneliti; peneliti independen dari yang diteliti (asumsi epistemologis), bebas nilai dan menghindarkan bias (asumsi aksiologis); formal, berdasar definisi, impersonal dan menggunakan bahasa kuantitatif (asumsi retoris); proses deduktif, sebab akibat, desain statis kategori membatasi sebelum studi, bebas konteks, generalisasi mengarah pada prediksi, eksplanasi dan pemahaman, akurasi dan reliabilitas melalui validitas dan reliabilitas (asumsi metodologis).

Penelitian kuantitatif memiliki ciri khas berhubungan dengan data numerik dan bersifat obyektif. Fakta atau fenomena yang diamati memiliki realitas obyektif yang bisa diukur. Variabel-variabel penelitian dapat diidentifikasi dan interkorelasi variabel dapat diukur. Peneliti kuantitatif menggunakan sisi pandangannya untuk mempelajari subyek yang ia teliti (etik). Keunggulan penelitian kuantitatif terletak pada metodologi yang digunakan.

2.      Tujuan Penelitian
Penelitian kuantitatif memiliki tujuan menjeneralisasi temuan penelitian sehingga dapat digunakan untuk memprediksi situasi yang sama pada populasi lain. Penelitian kuantitatif juga digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat antar variabel yang diteliti, menguji teori, mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif.

3.      Pendekatan
Penelitian kuantitatif dimulai dengan teori dan hipotesis. Peneliti Peneliti menggunakan teknik manipulasi dan mengkontrol variabel melalui instrumen formal untuk melihat interaksi kausalitas. Peneliti mencoba mereduksi data menjadi susunan numerik selanjutnya ia melakukan analisis terhadap komponen penelitian (variabel). Penarikan kesimpulan secara deduksi dan menetapkan norma secara konsensus. Bahasa penelitian dikemas dalam bentuk laporan.

4.      Peran Peneliti
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti secara ideal berlaku sebagai observer subyek penelitian yang tidak terpengaruh dan memihak (obyektif).
1)     Pendekatan kuantitatif lebih menitikberatkan pada frekwensi tinggi
2)     Kebenaran dari hasil analisis penelitian kuantitatif bersifat nomothetik dan dapat digeneralisasi.
3)     Penelitian kuantitatif menggunakan paradgma positivistik-ilmiah. Segala sesuatu dikatakan ilmiah bila dapat diukur dan diamati secara obyektif yang mengarah kepada kepastian dan kecermatan (Sunarto, 1993: 3). Karena itu, paradigma ilmiah-positivisme melahirkan berbagai bentuk percobaan, perlakuan, pengukuran dan uji-uji statistik.
4)     Penelitian kuantitatif sering bertolak dari teori, sehingga bersifat reduksionis dan verifikatif, yakni hanya membuktikan teori (menerima atau menolak teori).
5)     Penelitian kuantitatif khususnya eksperimen, dapat menggambarkan sebab-akibat. Peneliti seringkali tertarik untuk mengetahui: apakah X mengakibatkan Y? atau, sejauh mana X mengakibatkanY? Jika peneliti hanya tertarik untuk mengetahui pengaruh X terhadap Y, penelitian eksperimen akan mengendalikan atau mengontrol berbagai variabel (X1, X2, X3 dan seterusnya) yang diduga akan berpengaruh terhadap Y. Kontrol dilakukan sedemikian rupa bukan hanya melalui teknikteknik penelitian melainkan juga melalui analisis statistik.
6)     Mengenai waktu pengumpulan dan analisis data sudah dapat dipastikan. Peneliti dapat menentukan berbagai aturan yang terkait dengan pengumpulan data; jumlah tenaga yang diperlukan; berapa lama pengumpulan data akan dilakukan; dan jenis data yang akan dikumpulkan sesuai hipotesis yang dirumuskan. Hal ini sejalan dengan instrumen yang sudah baku dan sudah dipersiapkan. Demikian halnya model analisis data, uji-uji statistik, dan penyajian data – termasuk tabel-tabel yang akan dipergunakan — sudah dapat ditentukan.

B.     PENELITIAN KUALITATIF
1.      Definisi
Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif (www.Wikipedia.com). Menurut Strauss dan Corbin yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.

Bogdan dan Taylor (1992: 21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yng menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasil kan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan (Hadjar, 1996 dalam Basrowi dan Sukidin, 2002: 2)

2.      Model – Model Kualitatif
Model-model kualitatif dapat dikelompokkan menjadi 4 model:
a.      Grounded research – Glaser & Strauss
Grounded research banyak memberi sumbangan operasional kualitatif, terutama dalam mencari dan merumuskan teori berdasarkan data empiric. Glaser & Strauss member peluang pengembangan teori substantive menjadi teori formal.
b.     Etnometodologi – Bodgan
Etnometodologi lebih banyak sumbangannya terhadapmetode kualitatif, tetapi banyak hal masih terpaku pada metode kuantitatif, antara lain dengan validasi, reliabilitas.
c.      Paradigma naturalistic – Guba & Lincoin
Paradigma naturalistic dapat dibandingkan dengan latar alami dalam kualitatif. Model ini digunakan dengan model Grounded research dan Etnometodologi menjadi cirri kualitatif yang paling konsekuen adalah model ini.
d.     Interaksi simbolik –Blumer
Model interaksi simbolik menjurus ke kuantitatif-statistik-positivistik. Pendekatan positivistic yang dikritik oleh pendekatan rasionalisme karena tidak adanya grand-theory (yang dihasilkan hanya tesis-tesis spesifik yang tidak direkonstruksi).

3.      Karakteristik penelitian kualitatif
Guba (1985: 39 – 44) mengetengahkan empat belas karakteristik penelitian naturalistik, yaitu :
a.      Konteks natural (alami), yaitu suatu konteks keutuhan (entity) yang tak akan dipahami dengan membuat isolasi atau eliminasi sehingga terlepas dari konteksnya.
b.      Manusia sebagai instrumen. Hal ini dilakukan karena hanya manusia yang mampu menyesuaikan diri dengan berbagai ragam realitas dan menangkap makna, sedangkan instrumen lain seperti tes dan angket tidak akan mampu melakukannya.
c.      Pemanfaatan pengetahuan tak terkatakan. Sifat naturalistic memungkinkan mengungkap hal-hal yang tak terkatakan. Sifat naturalistic memungkinkan mengungkap hal-hal yang tak terkatakan yang dapat memperkaya hal-hal yang diekspresikan oleh responden.
d.      Metoda kualitatif. Sifat naturalistik lebih memilih metode kualitatif dari pada kuantitatif karena lebih mampu mengungkap realistas ganda, lebih sensitif dan adaptif terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
e.      Pengambilan sample secara purposive.
f.       Analisis data secara induktif, karena dengan cara tersebut konteksnya akan lebih mudah dideskripsikan. Analisis data induktif menurut paradigma kualitatif adalah analisis data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit dan dilanjutkan dengan kategorisasi.
g.      Grounded theory. Sifat naturalistik lebih mengarahkan penyusunan teori diangkat dari empiri, bukan dibangun secara apriori. Generalisasi apriorik nampak bagus sebagai ilmu nomothetik, tetapi lemah untuk dapat sesuai dengan konteks idiographik.
h.      Desain bersifat sementara. Penelitian kualitatif naturalistic menyusun desain secara terus menerus disesuaikan dengan realita di lapangan tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat. Hal ini terjadi karena realita di lapangan tidak dapat diramalkan sepenuhnya.
i.       Hasil dirundingkan dan disepakati bersama antara peneliti dengan responden. Hal ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir atas data yang diperoleh karena responden lebih memahami konteksnya daripada peneliti.
j.       Lebih menyukai modus laporan studi kasus, karena dengan demikian deskripsi realitas ganda yang tampil dari interaksi peneliti dengan responden dapat terhindar dari bias. Laporan semacam itu dapat menjadi landasan transferabilitas pada kasus lain.
k.      Penafsiran bersifat idiographik (dalam arti keberlakuan khusus), bukan ke nomothetik (dalam arti mencari hukum keberlakuan umum), karena penafsiran yang berbeda nampaknya lebih member makna untuk realitas yang berbeda konteksnya.
l.       Aplikasi tentatif, karena realitas itu ganda dan berbeda Ikatan konteks terfokus. Dengan pengambilan fokus, ikatan keseluruhan tidak dihilangkan, tetap terjaga keberadaannya dalam konteks, tidak dilepaskan dari nilai lokalnya.
m.    Kriteria keterpercayaan. Dalam penelitian kuantitatif keterpercayaan ditandai dengan adanya validitas dan reliabilitas.

Menurut Kirk dam Miller ciri-ciri Penelitian Kualitatif adalah sbb:
Ciri- ciri pokok Penelitian Kualitatif
a.      Naturalistic Inquiry Mempelajari situasi dunia nyata secara alamiah, tidak melakukan manipulasi,; terbuka pada apapun yang timbul.
b.      Inductive analysis Mendalami rincian dan kekhasan data guna menemukan kategori, dimensi, dan kesaling hubungan.
c.      Holistic perspective Seluruh gejala yang dipelajari dipahami sebagai sistem yang kompleks lebih dari sekedar penjumlahan
d.      Qualitative data Deskriptif terinci, kajian dilakukan secara mendalam
e.      Personal contact dan insight Peneliti memounyai hubungan langsung dan bergaul erat dengan orang-orang dan situasi, gejala yang sedang dipelajari
f.       Dynamic system Memperhatikan proses; menganggap perubahan bersifat konstan dan terus berlangsung baik secara individu maupun budaya secara keseluruhan
g.      Unique case orientation Menganggap setaip kasus bersifat khusus dan khas
h.      Context sensitivity Menempatkan temuan dalam dalam konteks sosial, historis dan waktu
i.       Emphatic netrality Penelitian dilakukan secara netral agar objektif tapi bersifat empati
j.       Design flexibility Design penelitiannya bersifat fleksibel, terbuka, beradaptasi sesuai perubahan yang terjadi (tidak bersifat kaku.
(sumber: Patton, 1990: 40-41).

Setelah mensintesiskan pendapat Bogdan & Biklen dengan pendapat Lincoln & Guba, Moleong mengemukakan sebelas karakteristik penelitian kualitatif yaitu :
a.      Latar alamiah (penelitian dilakukan pada situasi alamiah dalam suatu keutuhan)
b.      Manusia sebagai alat (Manusia/peneliti merupakan alat pengumpulan data yang utama)
c.      Metode kualitatif (metode yang digunakan adalah metode kualitatif)
d.      Anslisa data secara induktif (mengacu pada temuan lapangan)
e.      Teori dari dasar/grounded theory (menuju pada arah penyusunan teori berdasarkan data)
f.       Deskriptif (data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka)
g.      Lebih mementingkan proses daripada hasil
h.      Adanya batas yang ditentukan oleh fokus (perlunya batas penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalajh dalam penelitian)
i.       Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data (punya versi lain tentang validitas, reliabilitas dan obyektivitas)
j.       Desain yang bersifat sementara (desain penelitian terus berkembang sesuai dengan kenyataan lapangan)
k.      Hasil penelitiaan dirundingkan dan disepakati bersama (hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama antar peneliti dengan sumber data)

Dengan memperhatikan karakteristik penelitian kualitatif yang dikemukakan para ahli sebagaimana dikemukakan di atas, nampaknya lebih bersifat saling melengkapi dan menambah, karakteristik yang dikemukakan oleh Patton lebih bersipat umum yang merupakan ciri-ciri dasar, rumusan Moleong sudah menambahkan hal-hal yang bersifat operasional penelitian. Dengan beberapa variasi tersebut maka akan lebih menambah pemahaman mengenai metode penelitian kualitatif.

Menurut Sugiyono, metode kuantitatif dan metode kualitatif dapat digunakan bersama-sama atau digabungkan tetapi dengan catatan:
a.      Untuk meneliti pada objek yang sama, tetapi tujuan yang berbeda. Metode kualitatif dapat digunakan untuk menemukaan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis.
b.      Digunakan secara bergantian. Pada tahap pertama menggunakan metode kualitatif sehingga ditemukan hipotesis. Selanjutnya, hipotesis tersebut diuji dengan metode kuantitatif.
c.      Metode penelitian tidak dapat digabungkan Karena paradigmanya berbeda. Tetapi dalam penelitian kuantitatif dapat menggabungkan penggunaan teknik pengumpulkan data (bukan metodenya), seperti penggunaan triangulasi dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif misalnya, teknik pengumpulan data yang dperoleh adalah data kuantitatif. Selanjutnya untuk memperkuat dan mengecek validitas data kuesioner tersebut, maka dapat dilengkapi dengan observasi atau wawancara kepada responden yang telah memberikan angket tersebut atau orang lain yang memahami masalah yang diteliti. Bila data antara kuesioner dan wawancara tidak sama, maka dilacak terus sampai ditemukan kebenaran data tersebut. Bila sudah demikian maka proses pengumpulan data seperti trianggulasi dalam penelitian kualitatif.
d.      Dapat menggunakan metode tersebut secara bersamaan, asal kedua metode tersebut telah difahami dengan jelas dan seseorang telah berpengalaman luas dalam melakukan penelitian.

PENUTUP
Dengan adanya perbedaan dari metode penelitain kuantitaif dan kualitatif maka peneliti akan dapat menentukan pendekatan mana yang akan digunakan, apakah pendekatan kuantitaif, kualitatif ataupun gabungan dari keduanya. Dalam penentuan metode penelitian yang akan digunakan tergantung pada tujuan penelitian yang akan dilakukan dan hasil yang diharapkan. Pendekatan metode kuantitatif dan kualitatif, keduanya benar dan ilmiah sesuai dengan paradigmanya masing-masing. Namun dengan begitu bukan tidak mungkin untuk melakukan inovasi baru seperti melakukan penggabungan 2 (dua) metode tersebut dalam penelitian...

DAFTAR PUSTAKA
Musianto L.S, Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif dalam Metode Penelitian, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 4, No. 2, September 2002: 123 -136
Somantri G.R, Memahami metode Kualitatif, Makara Sosial Humaniora, Volume 9, No.2 Desember 2005, 57-65
Sofyani I, Rangkuman hakekat penelitian kuantitaitf, kualitatif dan penelitian tindakan (action research) http://www.imansofyani.co.cc/Penelitian/penelitian1.pdf
Sugiyono, Metode penelitian bisnis
Strauss and Corbin, Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and Technique, Newbury Park, Sage Publication, 1990