Neuroplanologi - Bahagia Untuk Menjadi Kuat

Kota Bahagia adalah Kota yang mampu memberikan kebahagiaan bagi warganya. Saya ingin memulainya dari defenisi yang sederhana tentang Kota Bahagia, sesederhana yang saya pikirkan tentang jalan kebahagiaan.

Urbanisasi dan Masyarakat Kota

Urbanisasi muncul karena ada kebutuhan, begitupun dengan kota sebagai sebuah peradaban. Kota lahir karena kebutuhan, bukan secara alamiah, melainkan dibentuk dengan sengaja oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Neuroplanologi - Jalan Menuju Kota Bahagia / Happy City

Mungkin sudah saatnya sebuah pendekatan baru lahir, dengan memadukan disiplin Planologi dan Neurosains untuk mewujudkan sebuah kota yang bahagia. Dengan kajian yang lebih fokus membahas sebuah perencanaan yang lebih memberikan pengaruh terhadap saraf otak dan membuat manusia lebih bahagia. Semoga tak terlalu dini, saya ingin menyebutnya sebagai NEURO PLANOLOGI.

Silverqueen - Berhenti Menangis

Selalu ada kisah haru pada malam-malam disaat musim hujan yang pernah kita lalui bersama. Kau disana, dan aku disini, hanya kita berdua. Belum cukup setahun kita kenalan, tapi rasanya sudah bertahun-tahun kita berteman. Sangat akrab, dan kau selalu saja buatku rindu.

Pak Udin, Penjaga Tradisi Suku Bajo Mola di Wakatobi

Pak Udin merupakan seorang Suku Bajo yang berasal dari Mola, pemukiman suku bajo terbesar didunia yang berada di Pulau Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi. Layaknya suku bajo yang selalu dikatakan dalam berbagai literatur, pak udin sangat menggantungkan hidupnya pada laut.

Sabtu, 08 Agustus 2020

Karena Semua Orang Ingin Wakatobi

"Azis kok agak susah dihubungi, ada nomor lain gak?. Teman aku yang dari tim Pariwisata mau bicara, kalau bisa hp nya standby yah?"

Saya cukup terkejut membaca pesan Whatsapp dari seorang kawan di Jakarta. Sudah hampir dua bulan tak mendapat kabar, saya nyaris memupus harapan untuk pergi ke Wakatobi. Bagiku, ini kedua kalinya kesempatan pergi ke Wakatobi singgah didepanku. Setelah kesempatan pertama lima tahun lalu kandas karena proses administrasi.

Sejak kemarin sore saya tak memegang handphone yang sengaja kutinggal dirumah bapak. Tak seperti biasanya, pagi ini ada cukup banyak pesan dan panggilan masuk yang tak sempat kujawab. Dan salah satunya dari tim pariwisata yang dikatakan temanku tadi. Kira-kira begini bunyi pesannya ;

"Selamat siang Mas Azis, perkenalkan saya ..., rekan Mba ... dari PT. .... Kebetulan saya dan tim sedang ada kegiatan terkait Pengembangan Program Perumahan Umum utk mendukung Konsep Pariwisata Nasional. Dan Mas Azis ikut sebagai Surveyor untuk kawasan Wakatobi."

Beberapa bulan sebelumnya saya mengajukan diri sebagai surveyor pada seorang kawan di Jakarta. Saya sangat bersemangat karena lokasinya berada di Wakatobi, apalagi kegiatannya tentang Pariwisata. Karena Wakatobi adalah salah satu daerah di Sulawesi Tenggara, yang menjadi salah satu favorit wisatawan mancanegara.

Tak sedikit orang ingin ke Wakatobi, apalagi untuk masyarakat Sulawesi Tenggara. Gambaran-gambaran tentang pesona Wisata Wakatobi yang hanya dapat dinikmati lewat gambar digital, membuatnya selalu ada dalam mimpi sebagian besar masyarakat Sulawesi Tenggara. Dan  dapat berwisata kesana seperti mimpi yang menjadi kenyataan.

Saya mengenal Wakatobi dari cerita seorang dosen Pariwisata saat kuliah dulu. Karena jurusan kami mempelajari Pariwisata dalam 2 mata kuliah, Pengantar dan Perencanaan Pariwisata. Saya sangat bersemangat saat dosen berkisah tentang pengalamannya mengerjakan perencanaan Pariwisata diberbagai tempat, salah satunya Wakatobi.

Bukan bagaimana kerjaan itu selesai, atau apa saja yang harus dilakukan supaya kerjaan itu selesai. Tapi yang buatku tertarik yaitu pada cerita tentang keindahan alam Wakatobi, keindahan pantai dan keindahan bawah lautnya.

Kali ini saya pun mendapat kesempatan pergi kesana, sebagai surveyor yang direncanakan akan melakukan pengamatan lapangan di empat pulau utama Kabupaten Wakatobi. Dimulai dari Wangi-Wangi yang kami kenal dengan Wanci, Kaledupa, Tomia kemudian kepulau terakhir, Binongko. 

Dalam waktu 10 hari atau bisa lebih sedikit, mungkin perjalanan ini akan sedikit melelahkan. Apalagi sebagai surveyor saya akan selalu berjalan-jalan melihat kondisi pemukiman disekitar kawasan wisata, dan berkomunikasi dengan masyarakat setempat. Tapi kuyakin semua akan terbayarkan dengan berbagai keindahan alam yang akan kusaksikan di Wakatobi nanti.

Dimasa pendemi seperti sekarang ini, jasa surveyor lapangan akan sangat dibutuhkan oleh beberapa stakeholder dari Jakarta. Rumitnya proses administrasi penanggulangan covid dan ancaman daerah-daerah dengan angka pasien positif, membuat mereka harus berpikir ekstra untuk kedaerah. Dan ini menjadi peluang bagus bagi orang lokal.

Surveyor merupakan pekerjaan yang santai tapi serius. Tugas utamanya mengumpulkan data lewat pengamatan kondisi lapangan kemudian memberikan laporan mendalam dalam sebuah laporan. Ada dua macam data yang umum akan dikumpulkan, yaitu data primer berupa hasil pengamatan langsung dilapangan, dan data sekunder berupa text, audio, video atau dokumen lain yang diperoleh dari sebuah instansi atau lembaga.

Dalam sebuah studi kasus, data primer akan sangat besar peranannya, karena menggambarkan kondisi terkini secara langsung. Data primer dapat diperoleh dari pengamatan, mendokumentasi sendiri kondisi lapangan, atau melakukan wawancara dengan penduduk sekitar. Karenanya Kemampuan bergaul merupakan skil utama yang harus dimiliki seorang surveyor.

Ya, seorang surveyor dituntut harus bisa bergaul dengan baik dimanapun berada. Kalau kata kawanku yang orang Majene, hanya para perokok yang bisa melakukannya. Karena para perokok sangat mudah memulai interaksi dengan masyarakat. Ada satu kebutuhan yang akan mempertemukan semua perokok diseluruh dunia. Yaitu kebutuhan pada korek api ketika sedang dijalan dan ingin mengisap rokok tapi tak memiliki korek.

Saya teringat pengalaman pertamaku menjadi surveyor, yang diterjunkan di Kota Parepare pada tahun 2007 silam. Tak main-main, kami harus melakukan pendataan seluruh bangunan gedung se Kota Parepare dengan jumlah 20.000 bangunan gedung. Dan itu harus diselesaikam dalam waktu 1 bulan dengan cara door to door atau dari rumah kerumah.

Singkat cerita kami pun bisa menyelesaikannya, tapi dengan penambahan waktu 2 minggu. Banyak pelajaran yang saya dapat selama sebulan lebih berkeliling Kota Parepare dengan berjalan kaki. Namun kan selalu ada cerita pahit diantara kisah indah. Karena komunikasi kurang baik, dan sedikit gaya menekan yang terkesan arogan, saya hampir jadi sasaran seorang RT yang mantan preman.

Sampai sekarang, saya seringkali mengingat kisah itu sambil tertawa sendiri. Saya juga punya cukup banyak cerita gila dari Parepare. Dari beberapa Kabupaten Kota di Sulawesi Selatan, Parepare adalah kota paling sering saya datangi. Karenanya saat kuliah, mungkin saya lebih mengenal Parepare daripada Kota Raha, tempat kelahiranku.

Saya cukup senang menjadi surveyor, selain santai, juga karena bisa bepergian dibanyak tempat. Hal yang sangat jarang kulakukan semasa SD sampai SMA ketika dikampung. Karena menjadi surveyor saya telah berkeliling Sulawesi Selatan bahkan Indonesia. Setidaknya, saya tak perlu bertarung mulut dan gengsi hanya untuk mengejar insentif dari pasien odp covid.

Tiba-tiba ada sebuah pesan WA, sepertinya dari mba yang namanya belum sempat kubuat kontak di hpku. "Mas Azis, job desc nya jangan lupa dibaca ya?, untuk biaya nanti dibuat aja rinciannya. Trus konteak kerjanya mohon diisi dan dikirim kembali".

Mereka cukup teliti dan formal menyangkut kontrak kerja. Hal yang jarang kujumpai selama menjadi surveyor di Parepare, Sumatra, Bitung dan lainnya. Untuk mengisinya sepertinya saya butuh sedikit merenung, dan memikirkan kembali detail perjalanan juga kendala-kendala yang kemungkinan akan kuhadapi dilapangan.

Saya hanya membayangkan, kalau saja bukan karena corona, sudah pasti temanku yang di Jakarta beserta teman kantornya tak akan menyerahkan kegiatan survey ini padaku. Apalagi lokasinya di Wakatobi, salah satu daerah yang menjadi destinasi wisata bahari terbaik didunia. Menyangkut wisata, tentu saja mereka sama saja denganku, telah lama memendam hasrat ingin pergi ke Wakatobi.

Namun corona mengubur impian mereka untuk sementara waktu.

Sebagai ungkapan terimakasih, mungkin nanti saya harus mengirimkan sebuah hadiah buat temanku itu. Hadiah sangat spesial yang asli berasal dari wakatobi, dan tidak didapati ditempat manapun diseluruh galaxi merkuri. Yaitu foto-foto indah Wakatobi yang kuambil sendiri dengan tanganku, dan mungkin foto selfie ku akan menambah ke spesialan hadiahku nanti.

Sabtu, 01 Agustus 2020

Menaruh Harapan Pada Pria Berkacamata

Syarifuddin Udu : Dirjen Bina Keuda Kemendagri, Pj Gubernur Jawa Tengah, Ketua DPP Kerukunan Keluarga Sultra dan Calon Bupati Muna
Dari beberapa edisi Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Muna, Pilkada kali ini adalah yang paling bergengsi, paling ramai dan mungkin juga paling memompa jantung. Sudah sejak tahun lalu, sebelum para calon pasti mendapat rekomendasi partai, berbagai klaim juga wacana telah tersebar sangat masif dan terstruktur dimedia sosial.

Sayapun seperti ikut tersedot kedalamnya. Kedalam riuh ramai perbincangan, yang kadang santai tapi lebih sering bergejolak. Diantara beberapa kubu, saya memilih untuk mendukung salah satunya. Itu bukan tanpa alasan, ada beberapa pertimbangan yang buatku sangat yakin pada Pria berkacamata yang bukan dari golongan bangsawan itu.

Pertama, saya merasakan emosi yang sama ketika dirinya selalu menjadi sasaran tembak para buzer didunia maya. Berbagai isu negatif dan sara hampir selalu dialamatkan padanya. Mulai dari golongannya yang bukan bangsawan, tidak akan mendapat dukungan partai, menjegal permohonan utang Pemda Muna, sampai kontribusinya terhadap Kabupaten Muna ketika masih menjabat Dirjen.

Saya sendiri heran, apakah seseorang harus berkontribusi pada daerah untuk bisa maju menjadi calon bupati. Seolah dengan begitu serta terus memainkan isu sara dan negatif tentangnya, adalah cara paling ampuh menjegalnya mendapat dukungan partai untuk berkompetisi di Pilkada Muna. Mereka selalu beranggapan menghancurkan karakter pribadi dan reputasinya akan membuatnya ciut.

Karena itu saya justru bersimpati padanya, dan memutuskan menjadi relawan tak resmi. Sayapun berusaha menyampaikan beberapa hal baik tentangnya, yang jarang diketahui banyak orang Muna saat ini. Memperkenalkan dirinya dengan bahasa yang baik, bukan dengan kampanye negatif yang hanya menjelek-jelekan calon lain. Kadang ada komentar miring yang terkesan nyinyir, tapi saya tak membalasnya dengan cara yang sama.

Saya tau beberapa adab serta budaya Muna. Bertengkar dan menghina pribadi orang lain merupakan perbuatan buruk yang dapat merusak hati. Hati yang selalu menerima bisikan lembut tuhan untuk memilih jalan kebaikan dalam hidup, akan rusak karena terus menyimpan rasa permusuhan didalamnya. Dan hati yang rusak takkan mampu melihat atau menerima kebaikan orang lain apapun bentuknya.

Kedua, dalam memilih kepala daerah saya selalu membuat kriteria, seperti pengalaman atau rekam jejak dalam memimpin sebuah institusi. Hal yang juga harus dilihat adalah prestasi seorang calon ditingkat Daerah maupun tingkat Nasional. Bisa memimpin daerah mungkin adalah sesuatu yang bagus, tapi menjadi Direktur Jenderal Keuangan Daerah di Kemendagri dan berhasil memimpin Provinsi Jawa Tengah adalah sesuatu yang Hebat.

Tentu saja memimpin Provinsi beda dengan memimpin Kabupaten, apalagi salah satu Provinsi terbesar di Indonesia. Tekanan besar dan kemampuan komunikasi politik akan menentukan keberhasilan seorang pejabat Gubernur. Dan Syarifuddin Udu mampu melakukannya, lewat penandatanganan Kebijakan Umum Perubahan APBD (KUPA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Perubahan APBD TA 2018 bersama Legislatif Jawa Tengah pada 31 Agustus 2018.

Ketiga, kemampuan menyelesaikan masalah pembangunan Muna. Semua calon pasti memiliki visi dan misi untuk membawa Muna kearah yang lebih baik. Hanya saja, visi dan misi yang baik tanpa program prioritas yang terarah takkan mampu diwujudkan. Hal yang jauh lebih penting adalah bagaimana pembiayaannya. Dan ketika berbicara pembiayaan, maka kemampuan mendapatkan uang adalah kuncinya.

Untuk menyelesaikan masalah pembangunan di Muna, tak cukup hanya dengan kata-kata manis dan APBD yang dimiliki saat ini. Kebutuhan akan sumber dana lain diluar APBD, dan program nyata untuk meningkatkan Pendapatan Daerah menjadi hal mutlak yang harus mampu dilakukan. Menyelesaikan masalah Muna berarti mampu mendapatkan dana lain itu, dan Syarifuddin Udu adalah jaminannya.

Dia telah membuktikannya, ketika membantu lima Desa di Kabupaten Muna mendapatkan dana langsung dari pusat. Tanpa melalui Pemerintah Daerah, dan itu tak bertentangan dengan aturan yang berlaku.

Keempat, saya cukup tertarik dengan sikap yang seringkali ditunjukan sang Pria Berkacamata. Dia tak selalu membuat kehebohan, dia juga tak gampang membuat pernyataan menohok didepan media. Dia selalu menjawab isu negatif dengan diam. Tapi para pejabat tau, kalau dia seorang yang punya track record mumpuni ketika berbicara didepan publik. 

Ketika bertemu masyarakat, dia tak menggunakan bahasa tingkat tinggi ala mahasiswa. Bahasanya sebagaimana rakyat biasa dihadapannya. Dia mampu menerjemahkan istilah-istilah rumit keuangan, kedalam bahasa sederhana khas rakyat jelata. Pengalaman hidup pernah menjadi masyarakyat bawah, telah membentuk identitas dirinya untuk bisa dekat dengan pedagang pasar dan masyarakat desa dikampung-kampung.

Syarifuddin Udu berada di Meleura, Kec. Lohia Kab. Muna
Ketika berbicara keuangan, idenya sungguh luar biasa. Dia berbicara tentang upaya meningkatkan pendapatan daerah lewat sektor transportasi laut. Lewat Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD, untuk mengelola jasa pelayaran antar Kabupaten Muna dengan Kabupaten Lain disekitarnya. Cara-cara seperti itu sangat brilian, butuh penguasaan atas peraturan dan kecakapan manajemen seorang pemimpin untuk mewujudkannya.

Sayangnya narasi seperti itu tak kita dapati dalam visi misi serta program seorang calon Kepala Daerah dalam pemilihan sebelumnya. Karenanya, saya menjadi yakin bahwa pria berkacama itu adalah sosok pemimpin yang saat ini sangat dibutuhkan Kabupaten Muna untuk berubah lebih maju. Seorang sosok yang setelah dua puluh tahun lebih tinggal disekitar Ibukota, dia masih sangat fasih menggunakan bahasa daerah Muna.

Semoga apa yang ia niatkan dengan tulus untuk membangun Muna, memperoleh restu dari tuhan semesta alam. Hingga kelak dengan naiknya ia menjadi Kepala Daerah, menjadi sesuatu yang dapat kita ceritakan pada anak-anak kita kelak. 

Sebagai orang tua dan juga calon orang tua, kelak kita akan berpesan pada anak-anak kita. "Nak, belajarlah yang tekun dan bersikap baiklah pada semua. Karena orang Muna pun mampu menjadi seorang Dirjen di Kementrian sana. Kalau kau punya niat untuk membangun daerah, yakinlah bahwa semua orang Muna dapat menjadi Bupati meskipun bukan dari golongan bangsawan Muna. Seperti Pak Syarifuddin Udu"