"Azis kok agak susah dihubungi, ada nomor lain gak?. Teman aku yang dari tim Pariwisata mau bicara, kalau bisa hp nya standby yah?"
Saya cukup terkejut membaca pesan Whatsapp dari seorang kawan di Jakarta. Sudah hampir dua bulan tak mendapat kabar, saya nyaris memupus harapan untuk pergi ke Wakatobi. Bagiku, ini kedua kalinya kesempatan pergi ke Wakatobi singgah didepanku. Setelah kesempatan pertama lima tahun lalu kandas karena proses administrasi.
Sejak kemarin sore saya tak memegang handphone yang sengaja kutinggal dirumah bapak. Tak seperti biasanya, pagi ini ada cukup banyak pesan dan panggilan masuk yang tak sempat kujawab. Dan salah satunya dari tim pariwisata yang dikatakan temanku tadi. Kira-kira begini bunyi pesannya ;
"Selamat siang Mas Azis, perkenalkan saya ..., rekan Mba ... dari PT. .... Kebetulan saya dan tim sedang ada kegiatan terkait Pengembangan Program Perumahan Umum utk mendukung Konsep Pariwisata Nasional. Dan Mas Azis ikut sebagai Surveyor untuk kawasan Wakatobi."
Beberapa bulan sebelumnya saya mengajukan diri sebagai surveyor pada seorang kawan di Jakarta. Saya sangat bersemangat karena lokasinya berada di Wakatobi, apalagi kegiatannya tentang Pariwisata. Karena Wakatobi adalah salah satu daerah di Sulawesi Tenggara, yang menjadi salah satu favorit wisatawan mancanegara.
Tak sedikit orang ingin ke Wakatobi, apalagi untuk masyarakat Sulawesi Tenggara. Gambaran-gambaran tentang pesona Wisata Wakatobi yang hanya dapat dinikmati lewat gambar digital, membuatnya selalu ada dalam mimpi sebagian besar masyarakat Sulawesi Tenggara. Dan dapat berwisata kesana seperti mimpi yang menjadi kenyataan.
Saya mengenal Wakatobi dari cerita seorang dosen Pariwisata saat kuliah dulu. Karena jurusan kami mempelajari Pariwisata dalam 2 mata kuliah, Pengantar dan Perencanaan Pariwisata. Saya sangat bersemangat saat dosen berkisah tentang pengalamannya mengerjakan perencanaan Pariwisata diberbagai tempat, salah satunya Wakatobi.
Bukan bagaimana kerjaan itu selesai, atau apa saja yang harus dilakukan supaya kerjaan itu selesai. Tapi yang buatku tertarik yaitu pada cerita tentang keindahan alam Wakatobi, keindahan pantai dan keindahan bawah lautnya.
Kali ini saya pun mendapat kesempatan pergi kesana, sebagai surveyor yang direncanakan akan melakukan pengamatan lapangan di empat pulau utama Kabupaten Wakatobi. Dimulai dari Wangi-Wangi yang kami kenal dengan Wanci, Kaledupa, Tomia kemudian kepulau terakhir, Binongko.
Dalam waktu 10 hari atau bisa lebih sedikit, mungkin perjalanan ini akan sedikit melelahkan. Apalagi sebagai surveyor saya akan selalu berjalan-jalan melihat kondisi pemukiman disekitar kawasan wisata, dan berkomunikasi dengan masyarakat setempat. Tapi kuyakin semua akan terbayarkan dengan berbagai keindahan alam yang akan kusaksikan di Wakatobi nanti.
Dimasa pendemi seperti sekarang ini, jasa surveyor lapangan akan sangat dibutuhkan oleh beberapa stakeholder dari Jakarta. Rumitnya proses administrasi penanggulangan covid dan ancaman daerah-daerah dengan angka pasien positif, membuat mereka harus berpikir ekstra untuk kedaerah. Dan ini menjadi peluang bagus bagi orang lokal.
Surveyor merupakan pekerjaan yang santai tapi serius. Tugas utamanya mengumpulkan data lewat pengamatan kondisi lapangan kemudian memberikan laporan mendalam dalam sebuah laporan. Ada dua macam data yang umum akan dikumpulkan, yaitu data primer berupa hasil pengamatan langsung dilapangan, dan data sekunder berupa text, audio, video atau dokumen lain yang diperoleh dari sebuah instansi atau lembaga.
Dalam sebuah studi kasus, data primer akan sangat besar peranannya, karena menggambarkan kondisi terkini secara langsung. Data primer dapat diperoleh dari pengamatan, mendokumentasi sendiri kondisi lapangan, atau melakukan wawancara dengan penduduk sekitar. Karenanya Kemampuan bergaul merupakan skil utama yang harus dimiliki seorang surveyor.
Ya, seorang surveyor dituntut harus bisa bergaul dengan baik dimanapun berada. Kalau kata kawanku yang orang Majene, hanya para perokok yang bisa melakukannya. Karena para perokok sangat mudah memulai interaksi dengan masyarakat. Ada satu kebutuhan yang akan mempertemukan semua perokok diseluruh dunia. Yaitu kebutuhan pada korek api ketika sedang dijalan dan ingin mengisap rokok tapi tak memiliki korek.
Saya teringat pengalaman pertamaku menjadi surveyor, yang diterjunkan di Kota Parepare pada tahun 2007 silam. Tak main-main, kami harus melakukan pendataan seluruh bangunan gedung se Kota Parepare dengan jumlah 20.000 bangunan gedung. Dan itu harus diselesaikam dalam waktu 1 bulan dengan cara door to door atau dari rumah kerumah.
Singkat cerita kami pun bisa menyelesaikannya, tapi dengan penambahan waktu 2 minggu. Banyak pelajaran yang saya dapat selama sebulan lebih berkeliling Kota Parepare dengan berjalan kaki. Namun kan selalu ada cerita pahit diantara kisah indah. Karena komunikasi kurang baik, dan sedikit gaya menekan yang terkesan arogan, saya hampir jadi sasaran seorang RT yang mantan preman.
Sampai sekarang, saya seringkali mengingat kisah itu sambil tertawa sendiri. Saya juga punya cukup banyak cerita gila dari Parepare. Dari beberapa Kabupaten Kota di Sulawesi Selatan, Parepare adalah kota paling sering saya datangi. Karenanya saat kuliah, mungkin saya lebih mengenal Parepare daripada Kota Raha, tempat kelahiranku.
Saya cukup senang menjadi surveyor, selain santai, juga karena bisa bepergian dibanyak tempat. Hal yang sangat jarang kulakukan semasa SD sampai SMA ketika dikampung. Karena menjadi surveyor saya telah berkeliling Sulawesi Selatan bahkan Indonesia. Setidaknya, saya tak perlu bertarung mulut dan gengsi hanya untuk mengejar insentif dari pasien odp covid.
Tiba-tiba ada sebuah pesan WA, sepertinya dari mba yang namanya belum sempat kubuat kontak di hpku. "Mas Azis, job desc nya jangan lupa dibaca ya?, untuk biaya nanti dibuat aja rinciannya. Trus konteak kerjanya mohon diisi dan dikirim kembali".
Mereka cukup teliti dan formal menyangkut kontrak kerja. Hal yang jarang kujumpai selama menjadi surveyor di Parepare, Sumatra, Bitung dan lainnya. Untuk mengisinya sepertinya saya butuh sedikit merenung, dan memikirkan kembali detail perjalanan juga kendala-kendala yang kemungkinan akan kuhadapi dilapangan.
Saya hanya membayangkan, kalau saja bukan karena corona, sudah pasti temanku yang di Jakarta beserta teman kantornya tak akan menyerahkan kegiatan survey ini padaku. Apalagi lokasinya di Wakatobi, salah satu daerah yang menjadi destinasi wisata bahari terbaik didunia. Menyangkut wisata, tentu saja mereka sama saja denganku, telah lama memendam hasrat ingin pergi ke Wakatobi.
Namun corona mengubur impian mereka untuk sementara waktu.
Sebagai ungkapan terimakasih, mungkin nanti saya harus mengirimkan sebuah hadiah buat temanku itu. Hadiah sangat spesial yang asli berasal dari wakatobi, dan tidak didapati ditempat manapun diseluruh galaxi merkuri. Yaitu foto-foto indah Wakatobi yang kuambil sendiri dengan tanganku, dan mungkin foto selfie ku akan menambah ke spesialan hadiahku nanti.
Sebagai ungkapan terimakasih, mungkin nanti saya harus mengirimkan sebuah hadiah buat temanku itu. Hadiah sangat spesial yang asli berasal dari wakatobi, dan tidak didapati ditempat manapun diseluruh galaxi merkuri. Yaitu foto-foto indah Wakatobi yang kuambil sendiri dengan tanganku, dan mungkin foto selfie ku akan menambah ke spesialan hadiahku nanti.
0 comments:
Posting Komentar