Neuroplanologi - Bahagia Untuk Menjadi Kuat

Kota Bahagia adalah Kota yang mampu memberikan kebahagiaan bagi warganya. Saya ingin memulainya dari defenisi yang sederhana tentang Kota Bahagia, sesederhana yang saya pikirkan tentang jalan kebahagiaan.

Urbanisasi dan Masyarakat Kota

Urbanisasi muncul karena ada kebutuhan, begitupun dengan kota sebagai sebuah peradaban. Kota lahir karena kebutuhan, bukan secara alamiah, melainkan dibentuk dengan sengaja oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Neuroplanologi - Jalan Menuju Kota Bahagia / Happy City

Mungkin sudah saatnya sebuah pendekatan baru lahir, dengan memadukan disiplin Planologi dan Neurosains untuk mewujudkan sebuah kota yang bahagia. Dengan kajian yang lebih fokus membahas sebuah perencanaan yang lebih memberikan pengaruh terhadap saraf otak dan membuat manusia lebih bahagia. Semoga tak terlalu dini, saya ingin menyebutnya sebagai NEURO PLANOLOGI.

Silverqueen - Berhenti Menangis

Selalu ada kisah haru pada malam-malam disaat musim hujan yang pernah kita lalui bersama. Kau disana, dan aku disini, hanya kita berdua. Belum cukup setahun kita kenalan, tapi rasanya sudah bertahun-tahun kita berteman. Sangat akrab, dan kau selalu saja buatku rindu.

Pak Udin, Penjaga Tradisi Suku Bajo Mola di Wakatobi

Pak Udin merupakan seorang Suku Bajo yang berasal dari Mola, pemukiman suku bajo terbesar didunia yang berada di Pulau Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi. Layaknya suku bajo yang selalu dikatakan dalam berbagai literatur, pak udin sangat menggantungkan hidupnya pada laut.

Senin, 24 Februari 2020

Orang Muna Dalam Sejarah Panjang Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah

Tanggal 24 Juli 2018 KPU Jawa Tengah akhirnya menetapkan pasangan Ganjar Pranowo dan Taj Yasin sebagai pasangan pemenang Pilgub Jateng 2018. Ini kali kedua Ganjar memenangkan Pemilihan Gubernur Jawa Tengah, dan buatnya masuk dalam sejarah beberapa Gubernur yang mampu memimpin Jawa Tengah selama 2 periode.

Dalam sejarah panjang Provinsi Jawa Tengah, hanya ada beberapa orang yang mampu menjabat Gubernur selama 2 periode. Nama pertama Moenadi yang menjabat pada tahun 1966 - 1974, Soepardjo Rustam menjabat tahun 1974 - 1982, Muhammad Ismail 1983 - 1993 dan Mardiyanto 1998 - 2007.

Setelah kepemimpinan Mardiyanto, Gubernur Jawa Tengah selalu berganti pada periode pertama. Baru 10 tahun setelahnya akhirnya Ganjar Pranowo kembali menjadi Gubernur Jateng yang mampu memenangkan Pilkada untuk kedua kalinya, yaitu pada tahun 2013 kemudian tahun 2018.

Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945 hingga kini tahun 2020, Jawa Tengah telah dipimpin oleh 17 orang Gubernur. 15 diantaranya lahir dari prosesi pemilihan umum dan 2 sisanya merupakan Plt dan Pj Gubernur. Meskipun begitu, ke-17 orang tersebut namanya telah masuk dalam daftar Gubernur yang pernah menjabat dan bertugas di Provinsi Jawa Tengah.

Dari 17 nama, 16 orang merupakan kelahiran Jawa, dapat dikatakan semuanya orang Jawa. Termasuk Heru Sudjatmoko yang menjabat sebagai Plt Gubernur Jawa Tengah pada bulan Februari sampai Juni 2018. Setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah. 

Hanya satu nama diantaranya yang bukan orang asli Jawa, juga bukan berasal dari Pulau Jawa tapi namanya masuk dalam sejarah Provinsi Jawa Tengah. Dia merupakan Gubernur dengan masa jabatan paling pendek diantara semua, yaitu 23 Agustus - 5 September 2018. Namanya Syarifuddin, seorang kelahiran Muna Sulawesi Tenggara dan menjabat sebagai Pejabat Gubernur Provinsi Jawa Tengah. 

Pejabat Gubernur (Pj) berbeda dengan Pelaksana Tugas (Plt), meskipun sama-sama dipilih untuk mengisi kekosongan pemimpin di daerah menjelang pilkada. 

Plt dipilih bila ada kepala daerah yang cuti untuk maju lagi di pilkada atau petahana. Sedangkan Pj dipilih ketika kepala daerah telah memasuki masa akhir jabatan tapi pilkada belum digelar. Selain itu Pj diangkat oleh presiden dan dilantik Mendagri, sedangkan Plt ditugasi oleh Mendagri. Hal ini sesuai dengan aturan hukum yang berlaku di Indonesia, yaitu Permendagri No 74 Tahun 2016.

Dalam waktu yang sangat singkat Syarifuddin telah menjalankan tugas sebagai Gubernur Jawa Tengah dengan sangat baik. Ganjar Pranowo sendiri mengakui hal tersebut, yaitu mengakui kualitas dan kapasitas beliau (Pak Syarif) dalam menjalankan roda pemerintahan di tingkat Provinsi.

Meskipun hanya 13 hari menjabat, Syarifuddin telah berhasil memimpin Jawa Tengah. Hal itu dapat dilihat dari terselesaikannya beberapa agenda penting yang dilaksanakan Pak Syarif saat menjabat. Yaitu penandatanganan Kebijakan Umum Perubahan APBD (KUPA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Perubahan APBD TA 2018 bersama Legislatif pada 31 Agustus 2018. 

Dari capaiannya itu, setidaknya ada beberapa poin penting yang diucapkan Gubernur Jawa Tengah mengenai  keberhasilan Pak Syarif dalam memimpin Jawa Tengah dalam waktu singkat ;

1. Selama 13 hari menjabat sebagai Pj Gubernur, Dirjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri meletakkan etik politik yang baik. Sebab, bersedia berkomunikasi dengan gubernur terpilih.

2. Pada saat kita mau serah terima ke beliau sebagai PJ, beliau ini JAGOAN sehingga sudah tahu apa-apa yang mesti dikerjakan.

3. Beliau meminta, kalau bisa secara etik saya tandatangani lebih dulu. Ini luar biasa karena biasanya orang memanfaatkan kesempatan. Mumpung saya menjabat, lebih baik, (mohon maaf), dikerjain. Beliau tidak. "Jadi etik politik yang menurut saya baik," tutur dia (Gubernur Jateng) saat diwawancarai wartawan.

4. Banyak pelajaran yang diberikan Dirjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri kepada Pemprov Jateng. Poin-poin penting menjadi pengetahuan baru agar Pemprov Jateng bisa memperbaiki, sehingga semua penganggarannya menjadi transparan dan akuntabel, sesuai target yang sudah disiapkan.

5. "Pak Syarif, jangan lupa nanti jadi Dirjen bantu kami, tidak untuk bicara memberikan uang, tapi mengelola keuangan," pesan Ganjar Pranowo saat serah terima jabatan.

Pengakuan Ganjar Pranowo pada Pak Syarif : 


Daftar Gubernur Jawa Tengah : 

Bagi saya, pengakuan seorang Ganjar Pranowo yang telah memimpin salah satu daerah besar dengan jumlah penduduk besar, merupakan bukti akan kelayakan seorang birokrat dalam memimpin daerah. Tidak gampang melakukan komunikasi politik dengan DPRD Jawa Tengah untuk menyetujui KUPA dan PPAS, dan Syarifuddin mampu melakukannya dengan sangat baik.

Setelah membaca pengakuan itu kitapun menjadi tau bahwa Syarifuddin adalah Seorang Jagoan yang memiliki Etika dalam memimpin. Dan tidak memanfaatkan jabatan untuk kepentingan-kepentingan pribadinya. Dapat dikatakan dia telah selesai dengan dirinya sendiri. Ini adalah karakter yang membentuk dirinya hingga dapat dipercaya memegang jabatan tinggi.

Saya kemudian membayangkan, betapa beruntungnya Muna memiliki orang sepertinya yang masih ingin pulang untuk membangun kampung halamannya. Seorang nahkoda handal, yang akan membawa Kabupaten Muna melewati terjangan ombak besar dilautan yang ganas untuk sampai ke pulau harapan.

Saya ingin mengutip tulisan seseorang yang saya anggap guru, meski dia tak pernah tau kalau saya adalah muridnya. Namanya Yusran Darmawan. 

"Orang Bugis Makassar percaya bahwa nakhoda ulung tidak lahir dari lautan yang tenang. Dia lahir dari lautan yang terus bergejolak dan menempa semua kecakapan dan kemahirannya di laut. Dia tidak lantas pasrah dan menyerah pada nasib, tetapi dia terus berjuang agar kapal bisa kembali menepi".

Minggu, 23 Februari 2020

Sisakan Sedikit Ruang Demi Kebahagiaan Anak-Anak

1, 2, 3, 4...cukup banyak motor yang keluar masuk. Yang enggan masuk dan berhenti didepan jalan cuma beberapa saja. Jalan kecil dengan lebar tak sampai 3 meter itu sangat ramai saat pagi dan siang. Waktu datang dan pulang anak-anak Sekolah Dasar. 

Kemarin siang, anak-anak kecil itu berlari dengan senangnya, sesekali menyenggol dan mendorong dengan pelan beberapa teman disekitarnya. Untuk beberapa saat, kuhanyut dalam memandang wajah-wajah ceria mereka. Wajah yang menunjukan betapa mereka sedang menikmati masa-masa kecil itu. Masa dimana mereka seharusnya banyak bermain dan berlari.

Waktu kecil saya juga seperti mereka. Berjalan kaki ketika pergi dan pulang dari sekolah, cukup ramai kala itu. Banyak yang kami ceritakan saat jalan bersama, banyak pula yang kami tertawakan ketika kami bersama-sama. Ada banyak cerita yang sudah tak dapat diingat kembali, dan dari sana keakraban terjalin begitu erat.

Lorong Tunas Bangsa pagi ini tetap ramai seperti hari-hari biasanya. Banyak anak sekolah yang berjalan menyusuri lorong, tapi tidak sedikit juga yang diantar dengan kendaraan. Paling sering kendaraan roda dua datang dan pergi, melintas begitu saja dengan kecepatan yang kadang cukup membahayakan.

Diujung lorong ini masih ada lorong kecil, disanalah letaknya SD 9 Raha tujuan mereka. Sekolah Dasar yang jadi tempat para anak-anak itu menuntut ilmu untuk yang pertama kali. Karena itu jalan ini selalu ramai disaat pagi pukul 06.30-06.45 dan nyaris macet ketika siang hari pada pukul 12.30-12.45.

Yang buatku tak nyaman ketika ada kendaraan roda 4 (mobil) berusaha masuk kedalam hanya untuk mengantar siswa. Padahal dia tau, kalau diujung sana tak ada tempat yang cukup bagi mobil untuk memutar balik. Tapi tetap saja memaksa masuk, kemudian keluar lorong dengan berjalan mundur.

Keadaan ini tentu sangat membahayakan para pengantar lain yang menggunakan motor, apalagi kalau yang mengantar tukang ojek. Memang tak semua, tapi ada sebagian (tak banyak) tukang ojek yang memacu kendaraan cukup cepat. Entah dengan alasan apa, mungkin karena banyak penumpang saat pagi.

Tapi tetap saja itu akan sangat berbahaya bagi para siswa yang masuk lorong dengan berjalan kaki untuk pergi ke sekolah. Ruang dibadan jalan akan berkurang, karena dipakai kendaraan. Para siswa akan terus waspada saat berjalan, dan melupakan saat-saat bahagia ketika berjalan bersama temannya menuju atau pulang dari sekolah.

Seandainya sirkulasi keluar masuk kendaraan roda 2 dan 4 pada lorong Tunas Bangsa di Jalan Ponegoro dapat ditata, mungkin kendaraan roda 4 dan 2 akan lebih tertib. Bukan untuk melarang semua kendaraan  masuk kesana, karena itu juga akan merugikan masyarakat yang tinggal disana.

Pengaturan dilakukan pada kendaraan pribadi beroda 4 atau mobil yang mengantar siswa SD 9 Raha. Supaya pada jam tertentu, para pengantar yang gunakan mobil hanya boleh mengantar sampai didepan lorong. Misalkan kita ambil waktu antara pukul 6.15 sampai dengan pukul 07.00 mobil tak boleh masuk lorong Tunas Bangsa.

Selain itu pengaturan juga dilakukan saat siang, pada waktu pulang siswa. Misalnya pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00 mobil hanya boleh menunggu didepan lorong Tunas Bangsa. Kecuali ada urusan mendesak, seperti orang sakit atau meninggal dunia. Untuk kendaraan roda 2, diatur batas kecepatannya saat berada didalam Lorong Tunas Bangsa.

Untuk memaksimalkan pengaturan itu, harus pula disediakan beberapa rambu larangan dan rambu jalan. Rambu larangan berupa larangan lewat atau melintas bagi mobil pada waktu-waktu tertentu. Sedangkan rambu jalan yang dimaksud seperti ZOSS (Zona Selamat Sekolah), untuk memberitaukan para pengendara dijalan Ponegoro supaya mengurangi laju kendaraannya. Karena dipersimpangan jalan Ponegoro dan Lorong Tunas Bangsa seringkali terjadi kecelakaan.

Bagi kendaraan yang menunggu atau ingin mengambil penumpang dibadan jalan ataupun dibahu jalan, disiapkan rambu parkir. Ini dilakukan untuk lebih menertibkan kendaraan roda 2 dan 4 serta para siswa yang akan naik kendaraan. Sebagai tambahan, bisa digunakan pembagian tempat, misalnya jemputan yang gunakan kendaraan roda 4 atau mobil, harus menunggu dibagian depan sebelah kiri Lr. Tunas Bangsa.

Tentu masih banyak model-model pengaturan lalu lintas yang bisa dipilih kemudian diterapkan disitu. Tapi dengan memperhitungkan kondisi eksisting yang ada. Sedangkan untuk membuat halte, sepertinya cukup sulit, kendala utamanya adalah tidak tersedia lahan.

Mungkin saja akan ada pro dan kontra dari penataan itu. Misalnya para orang tua yang terlalu khawatir dengan anaknya, dan takut kalau nanti anaknya akan lelah kemudian berkeringat. Setelah itu tak bisa fokus menerima pelajaran dikelas. Yakinlah kalau itu hanya kekhawatiran yang bersifat sementara.

Ada banyak penelitian yang mengatakan kalau olahraga sebelum belajar lebih bagus bagi manusia. Atau jalan kaki dipagi hari sangat bagus untuk kesehatan tulang dan sendi.

Yang lebih penting lagi adalah, kita memberikan ruang besar bagi para anak-anak untuk berinteraksi dengan teman-temannya. Menceritakan banyak hal saat dijalan, bermain, bercengkramah dengan yang lain dan juga membuat berbagai rencana untuk pertemuan kembali esoknya. 

Disitulah Kebahagiaan akan lahir, dan itu akan lebih berarti buat masa depan mereka. Bukankah kita semua sama-sama sepakat ingin melihat mereka bahagia?. Maka mari kita sisakan sedikit ruang demi kebahagiaan para anak-anak itu. Demi sebuah cita-cita mewujudkan Kota Bahagia/ Happy City.

Senin, 10 Februari 2020

Mencari Pawa Ter Enak di Raha

Apa yang kau pikirkan tentang Roti Pawa, apa gunanya membicarakan Roti Pawa. Memang ada roti pawa ter enak di Raha?, bukannya semua roti pawa sama saja. Warnanya putih, ada isi didalamnya, dilapisi daun pisang dibawahnya lalu dikukus sampai mengembang kemudian matang. 

Begitulah, sepertinya tak ada yang spesial dengan roti pawa. Tapi mari kita berikan sedikit apresiasi pada makanan yang terinspirasi dari bakpau cina ini. Dengan cara dikukus bukan digoreng, setidaknya dia berusaha menghindarkan kita dari penyakit karena kelebihan kolesterol. Berikan aplaus untuk roti pawa, luar biasa.

Roti Pawa dan Bakpau memang sangat mirip, tapi taukah kalian apa yang membedakan keduanya saat dilihat, bukan di makan. Yaitu daun pisang. Seandainya dimasa lampau kertas bukan sesuatu yang mahal harganya, mungkin saat itu Roti Pawa takkan dilapisi daun pisang dibawahnya. Dan bisa saja namanya bukan Roti Pawa.

Saya harus mengambil kesimpulan seperti itu, dan menurutku itu 1% benar. Coba  iseng-iseng tanya orang tua, benarkah antara 50 sampai 70 tahun lalu mereka masih menulis diatas batu saat sekolah. Karena dulu belum ada buku tulis seperti sekarang, dan kertas sangat mahal. Kalau betul berarti saya benar, tapi kalau tidak betul, berarti maaf saya yang salah.

Saya ingin memulainya dari ciri-ciri Pawa yang disukai. Kalau Roti Pawa nya mengkerut saya yakin tak akan disukai, dan orang akan cenderung menolak diambilkan ketika membeli. Dari sini kita bisa sependapat bahwa Roti Pawa yang disukai adalah Roti Pawa yang kelihatan lebih kencang dan lembut. Yakan, jujur saja.

Tak gampang dapatkan Roti Pawa seperti itu, ketika dipegang teksturnya sangat halus dan lunak. Tapi jangan dipegang terus, terlalu lama bisa tak baik tuk masa depan. Seberapapun campuran yang digunakan pada adonan  kulit dan fariasi pada isi, sedikit rasa daun pisang yang tertinggal kan tetap menjadi ciri khas roti pawa.

Para penikmat Roti Pawa pasti tau itu. Bahwa antara Pawa yang dilapisi kertas dengan Pawa yang dilapisi daun pisang rasanya berbeda. Kalau tak percaya coba saja sendiri. Dari beberapa penjual kue dan roti dalam Kota Raha ada beberapa yang gunakan kertas sebagai pelapis. Tapi paling banyak yang gunakan daun pisang.

(Roti Pawa Isi Kacang)
Pak Sinenda di Wamponiki salah satu penjual kue besar di Raha juga menjual Roti Pawa. Disana ada 2 pilihan, Pawa yang dilapisi kertas dan yang dilapisi daun pisang. Sekali waktu bisa mampir kesana tuk sekedar membandingkan rasa keduanya.

Selain itu, rata-rata penjual kue hanya menjual 1 jenis Roti Pawa, yaitu yang dilapisi daun pisang. Didepan SMA 1 Raha, juga ada penjual roti pawa yang dilapisi daun pisang. Didepan SMP 2 Raha ada 4 penjual kue, mereka juga menjual Roti Pawa dilapis daun pisang. Selain itu di Jl. Pendidikan tepatnya di lorong siswa, juga sama.

Dipertokoan juga begitu, setidaknya ada 3 toko yang juga menjual kue dan Roti Pawa. Ada satu toko yang saya lupa namanya, kalau tidak salah menjual roti pawa lapis kertas. Di Jl. Kaendea, Depan Alun-Alun Kota Raha, Jl. Abdul Kudus dekat Masjid Darusalam, Jl. Diponegoro, dan Salepa Ujung juga ada, semuanya dilapis daun pisang.

Selain kulitnya, isi juga sangat mempengaruhi enak tidaknya Roti Pawa. Kalau Roti isi inti, sangat tergantung dari jenis gula merah yang dipakai, kelapa dan juga kematangannya. Kelapa yang dipakai sebaiknya bukan kelapa yang terlalu tua karena membuat inti terlalu kering. Inti yang enak biasanya dari kelapa setengah tua.

(Roti Pawa Isi Inti Kelapa) 
Gula Merah juga, tak boleh asal pakai gula merah karena rasanya akan sedikit hambar dan warna inti seperti coklat pudar. Sangat berbeda pabila menggunakan gula muna, warna inti jadi lebih tua dan rasa gula merahnya lebih terasa. Gula kabaena juga bagus tuk inti, kata seorang penjual. Ketika dimasak, agak lama sampai warnanya berubah  gelap tapi jangan sampai hangus.

Banyak Roti Pawa enak di Raha, dari kulit dan inti kelapa, banyak yang bagus. Tapi ada satu tempat yang selalu buat penasaran, setiap kali kesana saya selalu terlambat karena rotinya sudah habis. Beberapa kali saya bangun agak pagi, kumenunggu sampai diluar terang kemudian pergi kesana. Dan saya masih juga terlambat.

Hari minggu kemarin saya kesana kira-kira pukul 6.12 pagi, tapi masih saja terlambat. Kulihat lemari rotinya sudah dilapisi kain penutup, pertanda tak adalagi jualan yang tersisa. Mungkin besok saya harus kesana sebelum jam 06.00 pagi, atau jam 05.30 sekalian.

Tempatnya bukan kios, hanya sebuah rumah yang sepertinya cukup tua dengan pohon mangga didepannya. Dibawah pohon atau dipinggir drainase, ada sebuah lemari kaca, disana roti-roti itu disimpan untuk dijual. Setiap hari mereka hanya membuat 40 biji Roti Pawa, 20 biji Pawa inti kelapa dan 20 biji Pawa isi kacang. Sepertinya Limited Edision.

Pernah suatu waktu saya kesana agak pagi, mungkin sebelum jam 06.00, dan kulihat roti-roti itu baru akan dipindahkan ke lemari kaca. Karena kesal beberapa hari sebelumnya selalu terlambat, saya memborong semua Roti Pawa inti, 20 biji saya ambil semuanya. Biar saja, supaya yang lain juga kesal karena terlambat. Baru beberapa waktu lalu kutanyakan penjualnya ternyata bisa dipesan. 

Tempatnya masih dalam Kota Raha, disalah satu area padat pemukiman yaitu Jl. Yos Sudarso, tepatnya didepan TK. Roti Pawa disana enak, bahkan salah satu yang ter enak, kulitnya lembut juga berasa, tidak seperti Pawa ditempat lain, terkadang kulitnya tawar dan tentu saja terlihat kencang. Ukurannya mungkin tak seperti Roti Pawa lain atau penjual disampingnya yang cukup besar. 

Dari rasa dan inti, penjual ini sepertinya berusaha untuk selalu menjaga kualitas rasa Pawa nya. Karenanya selalu dibuat tidak dalam jumlah banyak tiap paginya. Satu kekurangan Roti Pawa itu menurutku, yaitu karena menggunakan kertas sebagai pelapisnya, bukan menggunakan daun pisang.

Sekali waktu cobalah membeli walau hanya sebiji. Tapi kalian harus pergi lebih cepat, karena banyak yang menginginkan sedang jumlahnya sedikit. Terlambat sedikit saja berarti tak dapat. Ini semacam kompetisi, yang lebih dulu yang menikmati. 

Selamat berjuang kawan.

Sabtu, 08 Februari 2020

Amanah Sang Pendiri Partai

Wakuru 01 Februari 2020, dihadapan saya sebuah panggung kecil yang hanya bisa diisi 8 sampai 10 orang. Ada banyak tokoh yang mendampingi Syarifuddin Udu diatas sana, tapi seorang lelaki paruh baya yang duduk disamping kirinya paling menarik perhatian. Dia tokoh besar yang sudah memenangkan 2 edisi pilkada sebelumnya. Dia, Laode Rifai Pedansa.

Usianya sudah menginjak kepala 7 (tujuh), tapi yang kulihat langkahnya masih sama seperti dia 10 (sepuluh) tahun lalu. Saat dia memimpin para pejuang-pejuang tangguh dalam struktur kesatuan tim pemenangan "Damai". Kemudian memenangkan pasangan Baharuddin - Malik Ditu sebagai Bupati dan Wakil Bupati Muna periode 2010-2015.

Lima tahun setelahnya atau 5 tahun lalu, dia kembali memenangkan pasangan Rusman Emba - Malik Ditu sebagai Bupati dan Wakil Bupati Muna periode 2015-2020. Setelah melalui drama yang cukup menegangkan, karena gugatan dikabulkan Mahkamah Konstitusi untuk melakukan 2 (dua) kali pemilihan ulang. Akhirnya Laode Rifai sukses memenangkan calonnya dengan selisih hanya 33 suara.

Hari ini dia hadir kembali ditengah-tengah ribuan masyarakat Wakuru Kecamatan Tongkuno. Tapi bukan dengan Pak Baharuddin, bukan juga bersama Pak  Rusman Emba yang dia menangkan 5 tahun silam. Tapi dengan wajah lama yang kelihatan baru, yang kemampuannya sudah dikenal luas dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote.

Ada yang bilang politik itu tentang pengalaman, tentang siapa yang punya pengalaman memenangkan Pemilukada. Tapi siapakah yang berpengalaman itu?, apakah figurnya atau sutradaranya?. Yang mengelola ribuan manusia untuk berjuang bersama dalam satu barisan mendukung seorang figur.

Yang berpengalaman tentu saja sutradaranya atau ketua tim dan jajarannya serta ke-16 bidang-bidang yang mengurusi segala sesuatunya selama beberapa bulan masa kampanye. Dengan demikian maka yang patut dikatakan berpengalaman sesungguhnya Pak Rifai, bukan figur yang sebelumnya dimenangkannya.

Setelah di Kabangka Kecamatan Lupia, ini kali kedua Pak Rifai mendampingi secara langsung Syarifuddin Udu dalam sosialisasinya ke beberapa Kecamatan di Muna. Kemunculannya langsung menjadi buah bibir dimasyarakat dan juga dimedia sosial. Banyak yang mengatakan itu sikap dia pribadi dan bukan representasi sikap Partai PDIP.

Biarlah itu tetap menjadi bola salju yang terus menggelinding, sedang kita hanya perlu menonton saja dengan tertib. Kedatangan Pak Rifai memang tak gunakan satupun simbol atau atribut partai PDIP, tapi Pak Rifai sebagai simbol PDI Perjuangan, itu tak bisa dibantah sama sekali. Karena beliau salah satu pendiri PDI Perjuangan bersama Ibu Megawati Sukarno Putri.

Setelah moderator membuka acara dan beberapa tokoh memberikan sepatah kata, maik pun diberikan pada Pak Rifai. Ya, bukan cuma sekedar hadir dan duduk, beliau juga menjadi salah satu pembicara pada acara sosialisasi Pak Syarifuddin Udu di Wakuru Kecamatan Tongkuno.

Dari bawah saya menatapnya, memperhatikan caranya berbicara, gesturnya, ekspresinya dan juga mendengar dengan serius poin-poin penting yang disampaikannya. Dia begitu semangat, dari kata-katanya yang begitu tegas mencerminkan begitu dia sangat mengharapkan terjadinya perubahan besar di Muna. Dan itu tidak terjadi selama 5 tahun terakhir.

Saya sempat berpikir, kalau saja orang lain yang mengatakan itu, mungkin tidak banyak yang kan percaya. Tapi itu disampaikan sendiri oleh seorang yang paling berjasa dalam Pemilukada 5 tahun lalu. Di media sosial hal itu sangat sensitif untuk dikatakan, karena akan memancing reaksi keras para buzzer dan pendukung fanatik petahana.

Biasanya yang ngotot mengatakan itu akan memasuki ruang debat, dan dibalas hujatan atau bulyan "karena tidak dapat proyek", atau "karena tidak dapat nasi bungkus". Saya cukup penasaran, bagaimana kalau yang mengatakannya adalah Pak Laode Rifai, mungkinkah mereka masih berani keluarkan kata-kata itu?, 

ah sudahlah. 

Dari acara sosialisasi di Wakuru sore itu, setidaknya saya menangkap beberapa poin-poin penting dari penyampaian Pak Rifai yang singkat. Selain ungkapan permohonan maaf atas kesalahan yang tak disemgaja, beliau juga menghimbau masyarakat Wakuru supaya memilih figur yang lebih baik.

Pertama, Figur yang didorong untuk maju di Pemilihan bupati (Pilbup) sebelumnya selalu salah. Kala itu tidak ada pilihan. 

Kedua, Jika kita salah lagi menentukan pemimpin, saya tidak tau apa yang akan terjadi dengan negeri ini (Kabupaten Muna).

Ketiga, kalau ditunjang dengan pemimpin yang baik dan program yang baik pula yang bisa menyentuh kehidupan masyarakat, tentu kehidupan akan lebih baik. Tapi, kalau hanya menimbun laut, itu tidak mempunyai manfaat, apalagi jadinya berantakan, itu untuk apa?. Tentu tujuan menimbun laut agar fee-nya jadi lebih banyak, rampoknya juga lebih banyak, dan itu polisi bisa proses.

Keempat, Muna harus dipimpin oleh seorang yang bertangan dingin, mempunyai wawasan luas dan memiliki visi misi jauh ke depan, agar negeri ini bisa maju seperti daerah lain,” 

Kelima, Pak Syarifuddin ini saya yang ajak, bukan saya yang diajak. Berbeda dengan calon sebelumnya, terpaksa.

***
Sosok Laode Rifai dalam politik Muna seperti Gula yang banyak didekati para semut. Gula yang mengandung zat untuk menguatkan tubuh, bukan gula palsu hasil oplosan, yang manisnya hanya sampai ditelinga dan buat melayang menuju dunia imaji tanpa batas.

Selasa, 04 Februari 2020

Lebih Baik Berteman Dengan Ular Atau Monyet?

Blazer hijau meluncur kencang meninggalkan Kota Raha, memasuki kawasan hutan lindung yang sebagian berubah menjadi kebun warga. Tak seperti biasanya, siang ini mobil kami kedatangan seorang tamu. Seorang pria paruh baya bertopi dan berkacamata.

Pada hari yang biasa kunjungan kami kebeberapa Kecamatan di Muna, mobil ini hanya dinaiki 4 orang, 2 didepan dan 2 ditengah. Dibelakang?, kursinya sudah lama dicabut, saat mobil ini masih sering dipakai menganggkat air, kata pemiliknya. 

Saya sangat menikmati tiap perjalanan kami dengan mobil ini. Rasanya sangat nyaman, tak bergetar ketika melaju dijalan berlubang khas Kabupaten Muna. Dari yang kutanyakan pada om basri pemilik mobil, Blazer memang di desain untuk memberikan keamanan dan kenyamanan. Pada body mobil, memiliki dua lapis baja yang buat mobil ini punya bobot sangat besar, 2 ton.

Untuk mesin, Blazer menggunakan mesin berkekuatan 2.200cc, sehingga tenaga yang dihasilkan sangat pas untuk membuat mobil ini melaju kencang. Dari modelnya, menurutku mobil ini akan sanggup melewati berbagai medan, termasuk pegunungan dan off-road semi extreme. 

Om basri sepertinya sudah kenal dengan tamu kami ini, setelah membuka dengan cerita singkat, kamipun mulai menyambung sedikit demi sedikit. Saya menangkap hal positif pada ceritanya, dari pertemuannya dengan Pak Syarifuddin Udu beberapa waktu lalu. Dia dan beberapa pengusaha lain, telah sepakat akan memberikan dukungan buat SU pada Pilkada Muna 2020.

Bukan tanpa alasan, dia dan pengusaha lainnya menilai bahwa visi Pak Syarifuddin akan sangat cocok untuk mewujudkan persaingan usaha yang sehat. Dia sudah mulai berbaur dan mulai bercerita banyak seputar pengalamannya selama menjadi pengusaha di Muna, khususnya dalam 4 tahun belakangan.

Saya dan seorang teman yang sama-sama duduk ditengah hanya prihatin dan berusaha menghibur dengan cerita-cerita lucu. Dan suasana dimobil pun berubah menjadi menyenangkan. Selalu ada cerita lucu penuh tawa dalam mobil ini, disaat kami dan om basri duduk bersama dalam perjalanan keluar kota.

Sudah 4 kali kami selalu menumpang mobil ini, dan om basri sudah sangat mengenal karakter kami masing-masing. Kami menyebut mobil ini "mobil bahagia", om basri hanya tertawa mendengarnya. Kami ingin semua yang naik mobil ini dapat menikmati perjalanan bersama kami, tertawa dan saling bertukar cerita lucu.

Dalam perjalanan kami siang itu menuju wakuru, teman kami bercerita tentang perbedaan berteman dengan monyet dan berteman dengan ular. Sebelum memulai cerita terlebih dahulu dia bertanya pada kami, "ada yang tau perbedaannya?", "tidak tau", kami serentak menjawab.

Kalau berteman dengan monyet yang ada kita tak pernah untung dan akan selalu rugi. Bagaimana tidak, saat ada makanan monyet selalu yang duluan. Ketika perutnya kenyang dia akan tetap makan dan menyimpannya dipipi, karenanya pipi monyet selalu ada tonjolan ketika makan.

Setelah pipinya full, dia akan tetap mengambil makanan untuk disimpan diketiaknya. Kalau ketiak sudah full juga, dia masih terus mengambil makanan untuk dipegang dikedua tangannya. Dan ketika kedua tangannya full, dia masih akan terus mengambil makanan kemudian memegangnya dengan menggunakan kakinya. "Saat semua full, apakah monyet akan berhenti?", dia bertanya kembali.

"Tidak", katanya yang lebih dulu menjawab saat kami sedang berpikir. Karena setelah itu perut monyet sudah kosong lagi, dan begitu seterusnya, monyet takkan pernah berhenti makan, sampai makanan habis dan temannya tak dapat bagian. "Trus bagaimana dengan ular?", tanya temanku sedikit penasaran.

Dia melanjutkan. Nah, kalau ular lain lagi. Ular kalau makan, sekali makan langsung kenyang, setelah kenyang ular akan pergi mencari tempat beristirahat kemudian tidur sampai berbulan-bulan lamanya. Saat ular tidur, teman-temannya bisa lebih leluasa mencari makan, karena ular tidak akan makan lagi dalam waktu yang cukup lama.

Artinya, kalau berteman dengan ular kita juga masih bisa makan dan kenyang seperti ular. Tidak seperti monyet yang rakus, yang tidak menyisahkan sedikitpun makanan bagi temannya. Tentu itu salah satu pertimbangan dalam memilih teman, juga dalam menentukan pilihan pada Pilkada Muna. 

Sambil melihat kearah spion dia menatap kami, jangan sampai kalian salah pilih teman dan berteman dengan monyet. Akhirnya hanya jadi penonton dan tak dapat apa-apa, kalaupun dapat harus menunggu sisa, itupun dibagi-bagi sampai menimbulkan pertengkaran karena ada yang merasa tak puas dengan yang lain.

Hari itu mobil kebahagiaan kembali bahagia, teman baru kami seperti telah melengkapi formasi dalam perjalanan menuju wakuru. Tak terasa kami telah sampai di tugu lagadi, perbatasan dengan Kabupaten tetangga, Muna Barat.

Semoga perjalanan kali ini lancar. Dan Blazer hijau masih sudi menerima kami dalam perjalanan berikutnya menuju Kecamatan paling ujung Kabupaten Muna. 

Sabtu, 01 Februari 2020

Mencari Donat Paling Enak di Raha

Disuatu pagi yang biasa, setelah kubangun cukup cepat sejak jam 4.35 subuh, terdengar bunyi alarm peringatan. Kutau itu dari perutku, pertanda harus sarapan pagi sebelum perasaan tak menyenangkan itu datang lagi. Leher tegang dan kepala sedikit berat karena terlalu lapar.

Mungkin itu efek dari asam lambung yang meningkat, karena lambung tak kunjung mendapat pasokan. Pada beberapa orang agaknya lebih parah. Seperti yang dulu terjadi pada istri teman saya, jantungnya berdetak kencang dan perasaannya menjadi gelisah. Banyak yang mengira mereka sakit jantung, ternyata itu efek asam lambung.

Kulihat kedalam kamar, Tutano dan Mama nya masih tidur. Mungkin lebih baik jika minta ijin sebelum keluar, tapi sepertinya masih lebih baik untuk tidak menganggu  mereka yang sedang tidur. Siapa tau saja ada wahyu yang diberikan tuhan lewat mimpinya, tapi karena saya membangunkan, bisa jadi wahyunya  terputus. 

Sudah kuputuskan akan membeli donat. Bukan donat meses apalagi donat gula merah yang kadang-kadang jadi kesukaan Tutano. Bukan juga dankin donats, mungkin butuh 10 tahun lagi barang itu akan hadir di raha. Saya hanya ingin membeli donat original, yang digoreng menggunakan minyak dan apinya menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya.

Memang apa hebatnya pake kayu bakar?, bukannya donat goreng akan sama saja meski digoreng pake kompor?. Mungkin ada yang akan bertanya seperti itu. Saya juga tak terlalu yakin, tapi donat yang digoreng diatas kayu bakar akan lebih kenyal saat digigit. Teksturnya juga sepertinya sedikit lebih lembut. 

Tak percaya?, coba sendiri saja.

Ada beberapa tempat di Raha yang menjual donat gula. Di jalan Kontukowuna saja sampai watonea ada 3 penjual donat. Belum dijalan yos sudarso, di sebelah kanan jalan mengarah pelabuhan. Ada juga di Wamponiki, depan Sma 1 Raha, sekitar Smp 2 Raha, di jalan abdul kudus, kaendea dan sekitar alun-alun Kota Raha.

Semuanya sudah pernah kami coba. Memang ada yang enak, ada juga yang cukup lembut dan kenyal. Tapi banyak dari donat-donat itu yang menyimpan minyak sedikit lebih banyak. Ada juga yang jadi sedikit lebih keras atau kering dan berongga saat dingin. Donat seperti itu tak bisa disimpan atau dibawa-bawa. 

Tapi ada satu donat yang sedikit berbeda dari semua donat yang pernah kami makan sebelumnya. Donatnya kenyal saat digigit, dan teksturnya sedikit lebih lembut ketika didalam mulut. Hanya dengan memegangnya saja, kita bisa tau kalau donat itu punya kulit luar yang lembut. Berbeda dengan donat lain yang kulit luarnya sedikit agak kasar dan keras.

Setelah akrab karena telah menjadi pelangggan juga tetangga, si penjual sedikit membuka resep pada kami. Itu karena dia masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar utamanya. Pernah beberapa kali dia menggunakan kompor, dengan adonan yang sama, ternyata hasilnya sedikit berbeda. 

Meski tak selalu memakai kayu, karena kompor minyak tanah masih lebih hemat dan terjangkau. Kami para pelanggannya masih bisa memaklumi, dan akan langsung menyadari ketika donat goreng buatannya ada perbedaan dari yang biasanya. 

Tempatnya tak begitu jauh dari tempat kami, boleh dikatakan tetangga jauh. Dahulu kami sering melewatinya, sebelum kami mencoba donat buatannya kemudian menjadi pelanggan setianya. 

Kuyakin donat itu yang saat ini paling enak di Raha. Setidaknya kesimpulan itu muncul setelah kami mencoba banyak donat dari banyak penjual yang ada di Raha. Bagi kalian yang berminat, bisa mencarinya di Jalan Pendidikan tepatnya di lorong siswa dekat masjid. Lorong siswa berapa, saya juga lupa melihat papan nama jalannya.

Silakan mencari, semoga berhasil...