1, 2, 3, 4...cukup banyak motor yang keluar masuk. Yang enggan masuk dan berhenti didepan jalan cuma beberapa saja. Jalan kecil dengan lebar tak sampai 3 meter itu sangat ramai saat pagi dan siang. Waktu datang dan pulang anak-anak Sekolah Dasar.
Kemarin siang, anak-anak kecil itu berlari dengan senangnya, sesekali menyenggol dan mendorong dengan pelan beberapa teman disekitarnya. Untuk beberapa saat, kuhanyut dalam memandang wajah-wajah ceria mereka. Wajah yang menunjukan betapa mereka sedang menikmati masa-masa kecil itu. Masa dimana mereka seharusnya banyak bermain dan berlari.
Waktu kecil saya juga seperti mereka. Berjalan kaki ketika pergi dan pulang dari sekolah, cukup ramai kala itu. Banyak yang kami ceritakan saat jalan bersama, banyak pula yang kami tertawakan ketika kami bersama-sama. Ada banyak cerita yang sudah tak dapat diingat kembali, dan dari sana keakraban terjalin begitu erat.
Lorong Tunas Bangsa pagi ini tetap ramai seperti hari-hari biasanya. Banyak anak sekolah yang berjalan menyusuri lorong, tapi tidak sedikit juga yang diantar dengan kendaraan. Paling sering kendaraan roda dua datang dan pergi, melintas begitu saja dengan kecepatan yang kadang cukup membahayakan.
Diujung lorong ini masih ada lorong kecil, disanalah letaknya SD 9 Raha tujuan mereka. Sekolah Dasar yang jadi tempat para anak-anak itu menuntut ilmu untuk yang pertama kali. Karena itu jalan ini selalu ramai disaat pagi pukul 06.30-06.45 dan nyaris macet ketika siang hari pada pukul 12.30-12.45.
Yang buatku tak nyaman ketika ada kendaraan roda 4 (mobil) berusaha masuk kedalam hanya untuk mengantar siswa. Padahal dia tau, kalau diujung sana tak ada tempat yang cukup bagi mobil untuk memutar balik. Tapi tetap saja memaksa masuk, kemudian keluar lorong dengan berjalan mundur.
Keadaan ini tentu sangat membahayakan para pengantar lain yang menggunakan motor, apalagi kalau yang mengantar tukang ojek. Memang tak semua, tapi ada sebagian (tak banyak) tukang ojek yang memacu kendaraan cukup cepat. Entah dengan alasan apa, mungkin karena banyak penumpang saat pagi.
Tapi tetap saja itu akan sangat berbahaya bagi para siswa yang masuk lorong dengan berjalan kaki untuk pergi ke sekolah. Ruang dibadan jalan akan berkurang, karena dipakai kendaraan. Para siswa akan terus waspada saat berjalan, dan melupakan saat-saat bahagia ketika berjalan bersama temannya menuju atau pulang dari sekolah.
Seandainya sirkulasi keluar masuk kendaraan roda 2 dan 4 pada lorong Tunas Bangsa di Jalan Ponegoro dapat ditata, mungkin kendaraan roda 4 dan 2 akan lebih tertib. Bukan untuk melarang semua kendaraan masuk kesana, karena itu juga akan merugikan masyarakat yang tinggal disana.
Pengaturan dilakukan pada kendaraan pribadi beroda 4 atau mobil yang mengantar siswa SD 9 Raha. Supaya pada jam tertentu, para pengantar yang gunakan mobil hanya boleh mengantar sampai didepan lorong. Misalkan kita ambil waktu antara pukul 6.15 sampai dengan pukul 07.00 mobil tak boleh masuk lorong Tunas Bangsa.
Selain itu pengaturan juga dilakukan saat siang, pada waktu pulang siswa. Misalnya pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00 mobil hanya boleh menunggu didepan lorong Tunas Bangsa. Kecuali ada urusan mendesak, seperti orang sakit atau meninggal dunia. Untuk kendaraan roda 2, diatur batas kecepatannya saat berada didalam Lorong Tunas Bangsa.
Untuk memaksimalkan pengaturan itu, harus pula disediakan beberapa rambu larangan dan rambu jalan. Rambu larangan berupa larangan lewat atau melintas bagi mobil pada waktu-waktu tertentu. Sedangkan rambu jalan yang dimaksud seperti ZOSS (Zona Selamat Sekolah), untuk memberitaukan para pengendara dijalan Ponegoro supaya mengurangi laju kendaraannya. Karena dipersimpangan jalan Ponegoro dan Lorong Tunas Bangsa seringkali terjadi kecelakaan.
Bagi kendaraan yang menunggu atau ingin mengambil penumpang dibadan jalan ataupun dibahu jalan, disiapkan rambu parkir. Ini dilakukan untuk lebih menertibkan kendaraan roda 2 dan 4 serta para siswa yang akan naik kendaraan. Sebagai tambahan, bisa digunakan pembagian tempat, misalnya jemputan yang gunakan kendaraan roda 4 atau mobil, harus menunggu dibagian depan sebelah kiri Lr. Tunas Bangsa.
Tentu masih banyak model-model pengaturan lalu lintas yang bisa dipilih kemudian diterapkan disitu. Tapi dengan memperhitungkan kondisi eksisting yang ada. Sedangkan untuk membuat halte, sepertinya cukup sulit, kendala utamanya adalah tidak tersedia lahan.
Mungkin saja akan ada pro dan kontra dari penataan itu. Misalnya para orang tua yang terlalu khawatir dengan anaknya, dan takut kalau nanti anaknya akan lelah kemudian berkeringat. Setelah itu tak bisa fokus menerima pelajaran dikelas. Yakinlah kalau itu hanya kekhawatiran yang bersifat sementara.
Ada banyak penelitian yang mengatakan kalau olahraga sebelum belajar lebih bagus bagi manusia. Atau jalan kaki dipagi hari sangat bagus untuk kesehatan tulang dan sendi.
Yang lebih penting lagi adalah, kita memberikan ruang besar bagi para anak-anak untuk berinteraksi dengan teman-temannya. Menceritakan banyak hal saat dijalan, bermain, bercengkramah dengan yang lain dan juga membuat berbagai rencana untuk pertemuan kembali esoknya.
Disitulah Kebahagiaan akan lahir, dan itu akan lebih berarti buat masa depan mereka. Bukankah kita semua sama-sama sepakat ingin melihat mereka bahagia?. Maka mari kita sisakan sedikit ruang demi kebahagiaan para anak-anak itu. Demi sebuah cita-cita mewujudkan Kota Bahagia/ Happy City.
0 comments:
Posting Komentar