Namanya
Drs. Syarifuddin. MM, lahir di Lakologou Kec. Tongkuno Kab. Muna pada 13
Februari 1960. Saat ini menjabat Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah
Kementrian Dalam Negri. Ayahnya bernama Haji La Udu dan ibunya bernama Wa
Rimpu, yang merupakan anak dari Bhonto Balano.
Pada
tahun 1987 ia mempersunting perempuan asal Lohia bernama Dra. Murni, anak dari
La Mursidi asal Mabuti dan Wa Rudu asli Lohia. Dari pernikahannya itu, mereka
dikaruniai 5 orang anak, 2 lelaki dan 3 perempuan, semuanya lahir di Muna.
Anak
pertama Arifahtun Zohrah, sebagai Finance Control di salah satu konsultan
manajemen konstruksi di Jakarta Pusat. Yang ke-2 Allamahtul Qariah, sebagai
Staff di salah satu Perusahaan Belanda Suaminya Tom Kanters adalah rekan kantornya
sebagai konsultan manajemen konstruksi. Anak ke-3 Aristo Amrullah, sebagai
Owner Representatif (OR) di salah satu BUMN. Anak ke-4 Ahdiatus Safiah,
Mahasiswi Kedokteran Gigi di salah satu Universitas di Semarang. Dan yang
terakhir Ansari Ummarah, adalah Mahasiswa Kedokteran Umum di Salah satu Universitas
di Semarang
Syarifuddin
kecil menamatkan pendidikan dasarnya di SDN Labundoua tahun 1972. Kemudian
melanjutkan sekolah di SMEP Negri Pure selama 3 tahun, dan lulus pada tahun
1975. Dari Pure dia menuju ke Kota Raha untuk meneruskan pendidikan di SMEA
Negri Raha, dan menerima ijazah kelulusan tahun 1979. Keinginan mendapat
pendidikan lebih tinggi mengarahkan kakinya ke perguruan tinggi di Jogjakarta.
Fakultas Pendidikan di IKIP Negri Jogjakarta
menjadi pilihannya, dimana pada tahun 1984 ia meraih gelar Sarjana (S1). Gelar
S2 dia peroleh dari STIE (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi) Budiluhur Jakarta tahun
2000. Dan mendapatkan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik yang merupakan
Beasiswa Bergengsi saat itu.
Sebagaimana manusia biasa, ia kerap mendapat
cobaan hidup yang berat dari tuhan pencipta semesta. Baru setahun pindah dari
Raha ke Jakarta, dirinya melanjutkan kuliah Magister di STIE Budiluhur. Karena
biaya hidup yang tinggi, sedangkan ia harus menanggung hidup keluarga dan
pendidikannya, ia dengan restu sang istri menjual cincin kawinnya. Ini sebuah
pengalaman hidup yang tak pernah ia lupakan.
Awal bekerja di Kemendagri, sebagai staff
biasa dia bertugas mengantar dan mencatat surat masuk juga keluar. Tak ada
teman sekantor yang tau kalau dia mantan camat. Padahal untuk seorang mantan
Camat, menjadi pengantar surat adalah penurunan. Dia tak melihatnya demikian.
Semuanya ia kerjakan dengan penuh tanggung jawab. Sampai akhirnya ketekunan
serta kesabarannya berbuah manis, dan mengantarkannya mencapai posisi yang
dimimpikan semua ASN/PNS di daerah.
Dia seorang Aparatur Sipil Negara, yang
memulai karir dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Muna pada tahun 1986.
Sebelumnya mengabdi sebagai tenaga honorer di dinas tersebut. Karir
kepemimpinannya dimulai ketika ia ditunjuk menjadi Kasubag TU pada Dinas
Pendidikan Kab. Muna, kemudian sebagai Camat Wakorumba tahun 1990-1995.
Saat ini sosok Syarifuddin sangat lekat
dengan keuangan, karena posisinya sebagai salah satu Ahli Keuangan yang
dipercaya di era 5 Presiden berbeda. Dan selalu dipercaya menduduki jabatan
strategis yang berkaitan dengan keuangan.
Dimulai dari Kabag Pembukuan Biro Keuangan
Sekjen tahun 2000-2004. Kepala Sub Direktorat Pelaksanaan dan Pertanggung
Jawaban Keuangan Daerah Wilayah IV Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah
tahun 2004-2006, dan Kasubdit Anggaran Daerah Ditjen Keuangan Daerah pada tahun
2006-2011.
Setelah 7 tahun menjadi Kasubdit, pada tahun
2011 ia ditunjuk menjadi Direktur Pelaksana dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah
Ditjen Bina Keuangan Daerah. Kemudian tahun 2017 namanya masuk dalam
penjaringan calon Dirjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri.
Prosesi itu berlangsung sangat terbuka, tapi
dia sendiri kerap tak menyadari sedang dalam pengawasan tim khusus Presiden.
Setelah melalui seleksi sangat ketat, dengan persetujuan Presiden RI Ir. Joko
Widodo, Pak Syarif dipilih menjadi Dirjen Bina Keuangan Daerah pada tahun 2017,
dan masih menjabat sampai saat ini.
Ditjen yang dipimpinnya sangatlah strategis,
karena berhubungan dengan pengelolaan keuangan 34 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota
seluruh Indonesia. Dan Syarifuddin mampu menjalankan tugasnya dengan sangat
baik.
Dalam politik, karir puncak yang dapat
dicapai politisi yaitu menjadi Presiden atau Kepala Negara. Sedangkan Dalam
Militer, yakni menjadi Jenderal Bintang 4. Bagi seorang ASN, mencapai eselon
1.a dengan posisi Direktur Jenderal di sebuah Kementrian, merupakan tingkatan
paling tinggi dalam karir. Tak adalagi jabatan diatasnya. Pak Syarif telah
sampai pada puncak karir sebagai ASN dan diakui sebagai salah satu Ahli
Keuangan terbaik Pemerintah Pusat.
Sebagai salah satu Ahli Keuangan terbaik di Kemendagri,
tahun 2018 dia ditugaskan memimpin Provinsi Jawa Tengah sebagai Pj Gubernur.
Itu melalui SK Presiden, dan dibawah pengawasan
langsung Presiden RI. Riwayat kepemimpinannya semakin panjang, ketika di tahun
2018 sampai saat ini, dia diberikan amanah oleh masyarakat Sultra diperantauan,
untuk menjadi Ketua Umum DPP Kerukunan Keluarga Sulawesi Tenggara se Indonesia.
Perjalanan hidup seorang Syarifuddin, sangat
pantas dijadikan teladan. Banyak pelajaran hidup yang dapat diperoleh darinya.
Diantaranya keberanian mengambil langkah besar dalam hidup, juga ketekunan
serta tanggung jawab dalam menjalankan tugas yang diterima.
Sikap sederhana dan tetap rendah hati,
adalah 2 hal penting yang juga harus dicontoh darinya. Setelah menjadi seorang
Dirjen, yang memiliki pengaruh besar dalam persetujuan jumlah DAK (Dana Alokasi
Khusus) dan DAU (Dana Alokasi Umum) Kabupaten/Kota se Indonesia, dirinya tetap
sederhana dan rendah hati. Tidak seperti pejabat daerah kebanyakan, yang
meninggikan diri karena punya jabatan ditangannya.
Ditengah kesibukannya sebagai Dirjen, Dosen
di IPDN dan jabatan strategis lainnya yaitu Komisaris TransJakarta, dia masih
memiliki satu harapan besar. Yaitu ingin membangun Muna supaya menjadi lebih
baik. Supaya bisa maju dan berkembang mendekati Kota Kendari juga Kota Baubau.
Niat itu yang menggerakan hatinya untuk maju dalam pemilihan Bupati Muna pada
tahun 2020 ini.
Dengan posisi dan jabatannya saat ini,
menjadi Bupati sebetulnya merupakan langkah mundur dalam karirnya. Padahal hanya
tinggal selangkah lagi dia dapat menjadi Wakil Mentri. Kalau hanya mengharapkan
uang, ia telah memiliki lebih dari cukup, pun jabatan, ia telah menduduki
jabatan yang bahkan lebih tinggi dari Bupati dan setara Gubernur.
Tapi karena panggilan hati, ingin membangun
kampung halamannya supaya maju seperti daerah-daerah lain, maka ia rela mundur
satu langkah demi Muna. Demi masyarakat Muna yang seharusnya bisa lebih
sejahtera.
.
0 comments:
Posting Komentar