Neuroplanologi - Bahagia Untuk Menjadi Kuat

Kota Bahagia adalah Kota yang mampu memberikan kebahagiaan bagi warganya. Saya ingin memulainya dari defenisi yang sederhana tentang Kota Bahagia, sesederhana yang saya pikirkan tentang jalan kebahagiaan.

Urbanisasi dan Masyarakat Kota

Urbanisasi muncul karena ada kebutuhan, begitupun dengan kota sebagai sebuah peradaban. Kota lahir karena kebutuhan, bukan secara alamiah, melainkan dibentuk dengan sengaja oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Neuroplanologi - Jalan Menuju Kota Bahagia / Happy City

Mungkin sudah saatnya sebuah pendekatan baru lahir, dengan memadukan disiplin Planologi dan Neurosains untuk mewujudkan sebuah kota yang bahagia. Dengan kajian yang lebih fokus membahas sebuah perencanaan yang lebih memberikan pengaruh terhadap saraf otak dan membuat manusia lebih bahagia. Semoga tak terlalu dini, saya ingin menyebutnya sebagai NEURO PLANOLOGI.

Silverqueen - Berhenti Menangis

Selalu ada kisah haru pada malam-malam disaat musim hujan yang pernah kita lalui bersama. Kau disana, dan aku disini, hanya kita berdua. Belum cukup setahun kita kenalan, tapi rasanya sudah bertahun-tahun kita berteman. Sangat akrab, dan kau selalu saja buatku rindu.

Pak Udin, Penjaga Tradisi Suku Bajo Mola di Wakatobi

Pak Udin merupakan seorang Suku Bajo yang berasal dari Mola, pemukiman suku bajo terbesar didunia yang berada di Pulau Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi. Layaknya suku bajo yang selalu dikatakan dalam berbagai literatur, pak udin sangat menggantungkan hidupnya pada laut.

Senin, 26 Agustus 2019

Peran Habibie dan Teori Telapak Kaki dalam Pembangunan Kota Parepare

Ketika Membicarakan Provinsi Sulawesi Selatan, salah satu nama daerah yang wajib disebut adalah Kota Parepare. Sebuah Kota dibagian barat Sulawesi Selatan, yang menjadi tempat persinggahan dalam setiap perjalanan dari Makassar menuju bagian utara provinsi ini, atau menuju Sulawesi Barat, Tengah, maupun Sulawesi Utara. Kala bercerita mengenai Parepare, ingatan kita akan tertuju pada sosok seseorang yang pernah menjadi orang nomor 1 di negri ini, dia adalah Bacharuddin Jusuf Habibie, yang namanya kembali dikenang lewat film Habibie dan Ainun. Habibie merupakan mantan Presiden Republik Indonesia yang ke-3, atau satu-satunya orang Sulawesi yang sampai saat ini pernah menjabat sebagai Kepala Negara. Di Parepare dia dilahirkan, tepatnya pada tahun 1936 atau 83 tahun yang lalu, pada sebuah rumah dijalan Abdul Halim jantung Kota Parepare.
  
Pak Habibie adalah simbol kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang telah berjasa besar dalam dunia penerbangan khususnya pengembangan pesawat. Sebagai salah satu pemimpin bangsa, dia juga sukses memimpin Negri ini pada saat masa peralihan, dari era orde baru menuju era reformasi. Dan sebagai seorang suami, dia merupakan sosok lelaki yang sangat setia pada ainun istri tercintanya. Parepare yang merupakan tanah kelahirannya, akan sangat beruntung karena memiliki jejak salah seorang tokoh besar seperti Pak Habibie.

Dalam upayanya melakukan pembangunan disemua sektor, Kota Parepare membutuhkan sebuah konsep dan teori yang dapat menggabungkan image Habibie dan potensi yang dimiliki. Dengan demikian mungkin Kota Parepare akan mendapat banyak keuntungan dengan menjadikan nama Habibie sebagai salah satu ikon Kota Parepare. Dan dengan konsep Telapak Kaki, akan lebih mempertegas bahwa ada sebuah cita-cita besar yang ingin dicapai Kota Parepare dalam upayanya membangun Kota dan Manusianya.

1. Peran Habibie Dalam Pembangunan Kota Parepare
Setidaknya ada beberapa gambaran dalam memori banyak orang ketika mensifati seorang Habibie, yaitu ; Cerdas, Pemimpin dan Cinta Sejati. Orang banyak akan selalu melekatkan kemudian mencari citra itu pada tiap aspek yang membawa nama Habibie. Karenanya, akan lebih mudah mengetuk ingatakan publik mengenai Habibie, ketika menggunakan simbol-simbol yang berkaitan dengan citra itu. Hal ini yang kemudian harus terus dilakukan pemerintah Kota Parepare saat ini, yaitu mengabadikan setiap momen masa kecil yang berkaitan dengan Habibie, dan menciptakan simbol yang dapat membawa ingatan publik semakin dekat pada sosok Habibie.

Sebagai salah satu tokoh besar, nama Habibie dapat menjadi magnet bagi pembangunan Kota Parepare. Ada berbagai ide pembangunan yang kemudian dapat digagas dengan menggunakan Habibie sebagai icon nya. Sebut saja museum BJ Habibie yang akan didirikan dirumah tempat lahir Habibie, ide ini sangat baik karena mendapat dukungan langsung dari Pak Habibie. Yang paling menarik adalah monumen cinta sejati Habibie dan Ainun, 

2. Teori Telapak Kaki Sebagai Konsep Dasar Pembangunan Kota Parepare
Teori telapak kaki dirumuskan oleh walikota Parepare Taufan Pawe, dalam upaya mewujudkan Kota Parepare menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi baru di Sulawesi Selatan. Sebagaimana yang seringkali dikatakannya kala menjawab pertanyaan tentang teori ini, Taufan Pawe menyebutkan, kalau di Parepare banyak telapak kaki yang datang, maka percayalah akan banyak sumber-sumber ekonomi baru. Dari pernyataan itu, ada harapan besar ingin membangun Kota Parepare namun dengan pendekatan yang berbeda, yang dianggap akan mampu membawa perubahan besar bagi Kota Parepare. Yang kemudian menjadi pertanyaan, apakah maksud dari teori telapak kaki tersebut?.

Telapak kaki merupakan bagian dari tubuh manusia yang terletak pada bagian bawah kaki. Kaki pada manusia berfungsi untuk berjalan, yang kemudian dapat membawa tubuh dan seluruh indra pada manusia menuju tempat-tempat yang diinginkannya. Kaki manusia Juga memiliki bagian-bagiannya sendiri, antara lain punggung kaki, mata kaki, jari kaki dan telapak kaki. Telapak kaki merupakan tempat kaki berpijak, karenanya bagian ini yang akan selalu merasakan nyaman atau tidaknya sebuah tempat berpijak. Sebagai tempat berpijak, telapak kaki kerapkali meninggalkan jejak yang akan menjadi penanda keberadaan seseorang disuatu tempat, atau penanda bagi orang lain dalam menentukan arah.

Dengan demikian, maka ada 2 (dua) kata kunci yang didapatkan ketika membahas telapak kaki, yang pertama tempat berpijak dan yang kedua sebagai penanda. Kedua kata kunci ini yang akan dikembangkan untuk membentuk citra baru Kota Parepare.

a. Sebagai Tempat Berpijak
Kota Parepare diharapkan dapat menjadi daerah tujuan orang, bukan hanya sebagai tempat persinggahan atau daerah transit sebagaimana yang dikenal selama ini. Penekanan konsep telapak kaki pada poin ini yaitu, bagaimana menjadikan Kota Parepare sebagai tempat yang aman dan nyaman bagi semua orang untuk berpijak. Dengan demikian orang yang datang ke Kota Parepare akan memilih untuk tinggal lebih lama daripada hanya sekedar singgah. Sebagai tempat berpijak yang aman dan nyaman bagi semua orang, tentu saja Kota Parepare harus memperhatikan hal mendasar tentang apa saja yang dapat membuat orang lebih aman dan nyaman tinggal disebuah kota.

Salah satu jawaban yang mengemuka adalah kualitas infrastruktur kota yang baik. Selain kualitas infrastruktur, kenyamanan juga ditentukan oleh seberapa mudah dan cepat orang-orang dapat mengakses pedagang atau toko yang menyediakan semua kebutuhannya. Karenanya Kota Parepare dituntut menyiapkan segala macam infrastruktur digital untuk memudahkan para anak milenial mencari dan menemukan segala kebutuhannya yang berada didalam Kota. Dari semua itu, ada satu hal yang harus diperhatikan untuk lebih dikuatkan perannya, yaitu dengan lebih mengeksplorasi tema-tema yang berkaitan dengan Habibie.

Cara-cara itu sangat perlu untuk mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah apabila hendak membangun Kota Parepare menjadi pusat pertumbuhan baru. Karena untuk menjadikan Kota Parepare sebagai tempat berpijak yang baik bagi semua orang, adalah dengan cara membuat Kota Parepare menjadi tempat yang layak sebagai daerah tujuan semua orang, bukan sebagai daerah transit tapi sebagai daerah tujuan akhir.

b. Sebagai penanda
sebagai penanda, dengan pendekatan yang dilakukan berdasarkan pada teori ini, diharapkan setiap orang yang datang atau berkunjung ke Kota Parepare dapat meninggalkan jejak yang baik bagi orang berikutnya untuk datang atau berkunjung ke Kota Parepare. Artinya ketika seseorang datang ke Kota Parepare dan memiliki kesan yang baik selama berada di Parepare, maka itu akan menjadi cerita yang dibawa pulang dan akan diceritakan lagi pada teman, keluarga juga orang-orang terdekat mengenai pengalaman selama berada di Kota Parepare. Lewat cara-cara seperti ini penyebaran informasi mengenai Kota Parepare akan sangat cepat tersebar. Dan dengan cara ini kemungkinan bagi orang berikutnya untuk lebih percaya dengan informasi mengenai Kota Parepare akan sangat besar.

Disisi lain, jejak juga dapat menjadi sebuah penanda dan dari tanda itu diharapkan dapat menuntun orang-orang untuk datang ke Kota Parepare. Sebagaimana yang dikatakan sebelumnya, kesan yang baik merupakan jejak yang baik, yang akan menjadi penanda, atau penuntun pada sebuah tujuan yaitu Kota Parepare. Teori telapak kaki dengan rumusan yang lebih detail sampai bentuk program pembangunan, diharapkan dapat membuat Kota Parepare selalu meninggalkan jejak yang baik bagi setiap yang datang dan pergi. Kesan yang baik terhadap suatu tempat atau sebuah Kota, memiliki banyak bentuk. Bisa berupa keramahan masyarakatnya, keunikan kotanya, keindahan kotanya, atau bahkan keunikan atraksi budaya atau kemeriahan penyambutan ketika seseorang datang ke sebuah tempat. Untuk mewujudkan hal itu maka Kota Parepare harus lebih berbenah, dan mengangkat ikon kota yang memiliki nilai unik atau tidak sama dengan kota lain, seperti Kisah Cinta Habibie dan Ainun, atau hal lain yang menyangkut Habibie kaitannya dengan pesawat maupun teknologi.

Sebuah tanda yang baik, kelak akan mengingatkan kembali orangnya atau orang lain tentang parepare. Artinya dengan menggunakan teori telapak kaki sebagai konsep dasar pembangunan Kota Parepare, bukan hanya mengajak orang untuk datang ke Parepare, tapi memanggil kembali orang-orang yang pernah datang ke Parepare karena memiliki memori indah di Kota Parepare, seperti yang terjadi pada Habibie saat ini. Sangat tidak mungkin bagi Pak Habibie melupakan Parepare yang merupakan tanah kelahirannya.

Rabu, 21 Agustus 2019

Kota Membunuh Desa

Telah bertahun-tahun urbanisasi menjadi masalah serius di perkotaan. Terjadinya perpindahan penduduk secara besar-besaran dari desa ke kota menyebabkan munculnya masalah-masalah baru di kota. Karenanya, berbagai program dan kebijakan pun dirumuskan untuk menahan laju urbanisasi. Salah satu tujuannya yaitu, untuk menciptakan pemerataan pembangunan antara Desa dan Kota, karena selama ini selalu dikatakan Desa cenderung lebih lambat berkembang daripada Kota.

Kenapa demikian?, mungkin karena sejak dulu istilah Kota dan Desa digunakan untuk menciptakan sebuah stigma kemajuan masyarakat dan lingkungan, dimana Kota menjadi simbol kemajuan dan Desa menjadi simbol ketertinggalan. Karenanya, masyarakatpun berlomba-lomba menuju kota untuk memperoleh hidup lebih baik dan tidak ketinggalan atau menjadi terbelakang.

Selain sebagai tujuan urbanisasi, kota juga menjadi tujuan investasi serta tempat tumbuh dan berkembangnya layanan jasa. Sebagai tujuan urbanisasi, kota dituntut mempersiapkan hunian lebih banyak untuk menampung besarnya jumlah penduduk yang datang. Sedangkan sebagai tujuan investasi, kota dituntut mempersiapkan lahan dalam jumlah besar untuk mendirikan bangunan-bangunan bertingkat, kawasan perumahan elit, atau bahkan gedung pencakar langit. Dan sebagai pusat berkembangnya layanan jasa, kota akan memiliki arus pergerakan orang dan barang yang akan semakin tinggi dari waktu kewaktu.

Dari sini dapat kita katakan, bahwa tumbuh dan berkembangnya sebuah kota kearah yang lebih modern, meniscayakan makin tingginya perubahan guna lahan yang akan terjadi. Banyak kota-kota besar di Indonesia yang saat ini tengah berkembang, tapi dalam prosesi itu mereka semakin kehilangan banyak lahan terbuka dan lahan persawahan. Maraknya pembangunan semakin mendesak arah pembangunan kota sampai kewilayah pinggiran, karena lahan yang tersedia didaerah pusat kota telah habis. Akibatnya daerah pinggiran juga terkena dampak perubahan tata guna lahan.

Saya ingin menggambarkan situasi ini dengan Teori Sistem Dunia (World System Theory). Ini merupakan teori yang membagi negara-negara didunia menjadi 3 bagian berdasarkan kekuatan ekonomi dan politik. Para perencana mengadopsi teori ini untuk menggambarkan kota beserta wilayah pengaruhnya. Mereka Kemudian mengelompokkannya menjadi 3 bagian yaitu ; Core atau daerah pusat kota, Semi Peripheri atau setengah pinggiran dan Peripheri atau daerah pinggiran. Daerah pinggiran awalnya merupakan basis utama pendukung kota, dia menyediakan hampir semua kebutuhan kota, dan ketika terjadi perluasan kawasan kota maka lahan-lahan didaerah pinggiranpun akan berubah menjadi kawasan kota. Gerak perkembangan akan mengarah keluar kota, menjangkau semua daerah-daerah sekitar yang sebelumnya masih minim pembangunan. Gerak ini dapat terbaca ketika munculnya area semi perpheri yang menjadi batasan atau area peralihan, sebelum daerah pinggiran kelak akan menjadi daerah kota.

Teori ini tidak menafikkan perubahan, tapi menjelaskan lebih lanjut bahwa gerak negara-negara didunia akan sangat tak terduga, bisa keatas juga bisa bergerak kebawah. Sebuah negara yang awalnya berada diatas atau merupakan negara inti, dapat bergerak kebawah dan berubah menjadi negara semi perheri atau bahkan peripheri. Begitupun sebaliknya dengan negara Peripheri, dapat bergerak keatas menjadi semi peripheri sampai pada tahap tertentu menjadi core, atau negara inti. Contohnya inggris dan spanyol, yang dimasa lalu merupakan 2 negara kuat, mereka memiliki armada laut yang besar, tapi setelah perang dunia kedua mereka turun kelas dan amerika naik kelas menjadi negara inti, sampai saat ini.

Dari teori ini kita dapat melihat 2 gerak kota yang akan sangat memberikan pengaruh pada daerah pinggiran sampai ke desa. Core sebagai daerah pusat pembangunan atau kita namakan kota, dalam perkembangannya akan menghasilkan gaya menekan dan gaya menarik. Gaya menekan Kota akan menekan sampai kedaerah pinggiran dan mempengaruhi penggunaan lahan. Daerah pinggiran yang bukan merupakan daerah pusat pemukiman, perkantoran, industri, perdagangan juga jasa, akan berubah karena intervensi kota. Akibatnya terjadi alih fungsi lahan-lahan pertanian dan perkebunan menjadi perumahan dan juga gudang-gudang industri. Semakin maju dan berkembang sebuah kota maka semakin kuat juga penetrasinya terhadap daerah sekitarnya.

Selain gaya menekan, kota memiliki gaya menarik sangat kuat. Gaya tarik ini bukan hanya mampu menarik penduduk untuk datang ke kota, lebih dari itu gaya tarik kota juga mampu menarik sikap dan perilaku masyarakat sekitar dan desa untuk mengikuti sikap dan perilaku masyarakat kota. Hal ini ditandai dengan kecenderungan masyarakat di sekitar kota dan masyarakat desa mempraktekan kebiasaan-kebiasaan masyarakat kota, seperti ; cara berpakaian, cara berbicara dan lain sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan ini awalnya dimulai oleh beberapa orang yang telah tinggal lama di kota, ketika mereka kembali ke desa, mereka tetap membawa kebiasaan di kota dan mempengaruhi masyarakat lain. Lama kelamaan hal itu semakin kuat dan diikuti lebih banyak masyarakat di desa, akibatnya lambat laun kebiasaan di desa menghilang, berganti dengan kebiasaan kota.

Hal itu juga turut berpengaruh pada corak bangunan dan berkurangnya lahan pertanian juga perkebunan. Bangunan-bangunan gaya pedesaan memiliki corak tersendiri, mereka sangat unik dengan desain khas yang mencerminkan karakter suku dan budaya, serta sangat kaya akan filosofi dalam tiap komponen bangunan, mulai dari jumlah komponen, jenis bahan, desain juga model atap. Semua telah diwarisi secara turun temurun dan dilakukan dengan tujuan menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya leluhur. Kini, di Desa mulai diisi dengan bangunan-bangunan permanen gaya perkotaan. Bentuk dan materialnyapun banyak mencontoh dari apa yang pernah diliat ada di kota. Dari penggunaan lahan, gaya tarik kota menyebabkan lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang banyak terdapat di desa, tidak mampu dipertahankan atau diteruskan. Salah satu alasannya yaitu adanya pergeseran pola hidup masyarakat desa. Para orang tua yang sebelumnya menggarap lahan di desa, apabila mempunyai anak mereka akan menyekolahkan di kota. Setelah lama bersekolah dan menetap di kota, kecenderungan untuk pulang dan melanjutkan menggarap lahan orang tuanya akan sangat kecil.

Suasana kota yang membuat hidupnya serba mudah, telah mempengaruhi hidupnya yang semula pekerja keras dengan tenaga lebih kuat, menjadi pribadi dengan tenaga yang tidak lagi kuat. Pola hidup di kota yang tidak seperti desa, akan mempengaruhi struktur ototnya dan membuatnya tidak mampu lagi melakukan pekerjaan keras seperti mencangkul dan menggarap sawah. Karena ketidak mampuan itu, sehingga tiada yang mengikuti hidup orang tuanya menggarap lahan di desa, akibatnya lahan itu menjadi tidak tergarap dan mati. Itu merupakan satu dari sekian banyak contoh. Contoh lain yang juga dapat mempengaruhi, seperti konflik internal, atau dijual karena sang anak membutuhkan dana untuk sekolah. Hal ini berbeda dengan sebagian orang cina, mereka tidak perlu bersekolah tinggi-tinggi, begitu selesai SMA akan langsung menerima tanggung jawab menjaga toko atau melanjutkan usaha orang tuanya.

Apakah semua itu salah?, tentu saja tidak. Sejak awal kota telah disimbolkan sebagai sebuah kemajuan, karenanya berbagai hal baru yang mencerminkan perkembangan zaman harus ada di kota. Kota memang sengaja dijadikan sebagai pusat kegiatan, ada perumahan disana, ada gudang dan berbagai macam industri, ada banyak bangunan-bangunan permanen dan segala fasilitas yang memudahkan masyarakat ada didalamnya. Sedangkan Desa, hanya menyiapkan bahan mentah tuk kebutuhan kota, hanya menyiapkan tenaga kerja untuk kebutuhan kota dan selalu diposisikan sebagai mitra yang baik, yang selalu memenuhi kebutuhan-kebutuhan perkotaan.

Ada sebuah pertanyaan yang kemudian hadir dalam benak kita, "bagaimana kalau desa terkena pengaruh kota, apakah desa akan hilang dan berganti menjadi kota?". Bisa jadi demikian. Desa dan Kota memiliki identitasnya sendiri. Kota dengan masyarakat yang selalu sibuk dengan urusannya sendiri, sehingga sesama tetangga sekalipun tidak saling mengenal. Sedangkan Desa sebaliknya, masih ada hubungan kekerabatan disana, jangankan tetangga rumah, tetangga lorong dan jalan saling kenal. Ada banyak permasalahan yang diwariskan kota ke desa ketika desa akan bergerak menjadi kota. Seperti yang saat ini terjadi pada beberapa kota berkembang di Indonesia, mereka mencontoh jakarta, akibatnya mereka juga mendapati masalah-masalah baru yang sampai saat ini tidak mampu diselesaikan Jakarta, Banjir salah satunya.

Daya tarik kota bukan hanya menarik orang, tapi menarik desa agar berubah menjadi seperti kota, akibatnya desa akan mati dan mungkin juga akan menghilang. Karenanya, tiada lagi tempat pulang, sebagaimana fitra manusia yang selalu rindu ingin kembali ke asal, dan desa merupakan asal mula peradaban sebelum tumbuh menjadi kota yang modern. Seperti yang digambarkan Jalaludin Rumi dalam Puisinya "Nyanyian Seruling Bambu", disana ada nyanyian sedih seruling bambu yang sangat rindu ingin kembali ke asalnya (rumpunnya).

Penulis : Laode Muh. Azis Syahban, H

Jumat, 16 Agustus 2019

Kota Yang Menjaga Ingatan Kolektif Masyarakat

Bagi seorang perencana, merencanakan Kota Menuju kemajuan adalah sebuah visi besar yang sangat ingin diwujudkan. Ketika arah perkembangan pembangunan kota sesuai dengan yang telah direncanakan, ada rasa bahagia karena cita-cita mewujudkan kota yang modern akan terlaksana. Sebelum terwujud, gambaran tentang kawasan perkotaan dimasa depan sudah terlebih dahulu hadir dalam fikiran perencana.

Dengan demikian, sudah seharusnya bagi para planner tidak merasa asing lagi dengan perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lingkungan sekitar. Karena gambaran-gambaran perubahan itu sebelumnya sudah hadir dalam alam imajinasi, tahap demi tahap sampai kebentuk final perubahan yang ingin diwujudkan. 

Sebagai seorang perencana, saya cukup sering memikirkan hal itu, dan pada beberapa kasus saya mendambakan terciptanya sebuah kota yang ideal dengan kondisi lingkungan dan masyarakat yang baik. Sampai pada suatu ketika, saat saya pulang kampung dan berjalan kaki dipagi hari. 

Saya menyusuri kembali lorong-lorong setapak yang dulu selalu kami lalui bersama. Pergi ketempat-tempat yang menyimpan banyak kenangan yang dulu jadi tempat kami bermain. Sambil mengenang kembali masa kecil yang selalu kami habiskam dibawah pohon mangga dan manggopa saat siang sehabis pulang sekolah sampai sore hari.

Sesaat saya termenung, setelah itu melihat kondisi sekeliling yang telah berubah dan berganti dengan banyak rumah baru. Sepertinya saya belum siap dengan perubahan. Ketika pulang kampung, saya berpikir ingin bernostalgia dengan kenangan-kenangan masa kecil. Sepertinya tidak akan terjadi, banyak yang telah berubah, mungkin ketika datang kembali tahun depan, saya akan merasa asing dikampung sendiri.

***
"Sebentar siang kita pergi jemput tanta Ati di bandara", kata istriku. Beliau datang dari Mataram Nusa Tenggara Barat, untuk merayakan lebaran idul adha di Raha bersama keluarga. Kira-kira jam 04.00 sore beliau sudah sampai di Raha. Setelah acara penyambutan yang berlangsung secara alamiah, tanta At duduk di sofa untuk meluruskan badan dan kaki yang lelah sehabis perjalanan jauh.

Mereka sudah tinggal ditengah kota sebelum tahun 80. Dulu didepan edras, setelah itu pindah dibelakang gedung perkantoran milik Pemerintah Daerah saat ini. Lama kami bercerita, saya juga ingin mendengar pendapatnya tentang apa yang berubah sejak terakhir kali dia tinggalkan Raha dan menuju Mataram. Mungkinkah dia dan orang lain yang cukup lama meninggalkan Raha juga merasa asing ketika pulang, entahlah.

Saya cukup penasaran dengan muna jaman dulu, bagaimana lingkungannya, bagaimana gedung2nya, bagaimana jalan-jalannya dan bagaimana orang-orangnya. Menurut tanta At, dahulu sekitar tahun 80an, ketika 17 an orang-orang melaksanakan upacara bendera di makam pahlawan. Saat itu cukup ramai, karena dalam kawasan makam pahlawan ada pelataran cukup luas untuk melaksanakan upacara bendera.

Dulu Makam Pahlawan berada didalam Kota Raha, tepatnya di pengadilan dan kantor camat Katobu saat ini. Pabila orang-orang ingin mencari Makam Pahlawan hari ini atau besok, mereka tidak akan mendapatinya lagi didalam Kota. Karena sudah dipindahkan di Kecamatan Watopute yang letaknya berada cukup jauh keluar Kota Raha. Untuk kesana harus melewati Hutan Warangga.

Entah apa alasannya, semoga ada alasan historis kuat yang melatar belakangi. Padahal akan cukup bagus pabila dipindahkan pada lokasi lain yang masih dalam Kota, mungkin lebih baik lagi kalau dipertahankan. Seperti dibeberapa daerah yang pernah kukunjungi, Makam Pahlawan berada didalam Kota, ditetapkan sebagai RTH yang dijaga dan menjadi salah satu ikon kota.

Dengan demikian, tiap perayaan 17 Agustus orang-orang bisa mengikuti upacara atau berziarah ke Makam Pahlawan. Biar bagaimanapun, kondisi nyaman, kesenangan dan kebebasan yang hari ini kita rasakan, semua berkat jasa para pahlawan. Jangan pernah ada niat untuk menjauhkan pahlawan dari ingatan kolektif masyarakat.

Banyak yang berubah sejak tahun 80an, katanya. Tau masjid agung didepan RSUD lama?, dulu disitu stadion olahraga, stadion sepak bola tepatnya.

"Saya masih ingat pasar lama di alun-akun sekarang, dulu waktu terbakar saya masih SD", kataku. 

"Oh, itu pasar kedua, dulu itu pasar didekat pertokoan sana, digedung bulog yang sekarang", sanggah tanta Ati.

Sebelum dipindahkan, pasar itu dulu terbakar, mungkin itu kebakaran paling hebat yang terjadi didalam Kota Raha. Api menyala sangat besar, drum-drum bensin, solar dan minyak tanah beterbangan diudara seperti kembang api. Masyarakat di jalan Sangke Palangga sekarang, lari sampai ke Gunung Benyamin untuk menyelamatkan diri. Para orang cina lari sampai Warangga, mereka meninggalkan toko beserta isinya, hanya membawa karung uangnya.

"Kalau kantor bupati dulu dimana?, tanyaku lagi. 

Kantor Daerah dulu didepan sana, dikantor perhubungan sekarang. Sebelum jadi Kantor Daerah/ Kantor Bupati, dulunya itu adalah asrama tentara. Tapi dulu didepannya kantor, laut, belum ada baypass dan dikantor DPRD lama masih bukit-bukit. Baypass ada setelah Pemerintah Daerah saat itu melakukan penimbunan laut.

"Berarti Pak Ridwan bukan orang pertama yang lakukan reklamasi pantai", kataku dalam hati.

"Dulu masih banyak pohon jati disitu", tangannya menunjuk kearah jalan poros Raha-Tampo. Jompi juga dulunya masih bagus, saat malam orang bisa datang, karena penerangannya cukup bagus. Saat PORDA jompi digunakan untuk cabang olahraga tenis dan renang, waktu itu kolam renangnya bagus sekali. Airnya selalu bersih dan selalu jernih, bagaimana tidak, dekat situ ada air terjun yang airnya jernih dan bersih, jadi gampang sekali kolam renang dibersihkan dan ganti air.

Sebelum PORDA jompi juga dibersihkan untuk tempat wisata, jadi orang-orang se Sulawesi Tenggara dulu kenal jompi sebagai tempat wisata yang ada dalam Kota Raha. Saat dibersihkan, palang pintu air dibuka seluruhnya, dengan begitu semua kotoran berupa dedaunan dan lumpur yang mengendap didasar sungai, bersih karena terbawa arus sungai yang deras. Setelah bersih dan dasarnya menjadi jernih kembali, pintu air ditutup seperti semula.

"Kalau bioskop bagaimana?", makin lama mendengar ceritanya, saya jadi makin penasaran dengan keadaan Kota Raha jaman dulu.

Ada di toko sana, gedungnya masih ada sampai sekarang, hanya kurang tau juga kalau sudah jadi gudang atau yang lain. Dulu bioskop sangat ramai, jadi salah satu tempat berkumpul orang-orang dan anak muda kala itu. Mama tua biasa jualan didepan bioskop kalau sore, tanta Ati biasa ikut. Ada orang cina, saya lupa namanya, kalau lewat dan ketemu saya, biasa kasi tiket nonton. Waktu itu tanta Ati masih kecil, dia cuma bilang, "ini karcis panggil teman-temanmu nonton".

Karena anak-anak mungkin dia sengaja kasi karcis nonton ke kami. Film yang diputar untuk karcis itu, judulnya "Ratapan Anak Tiri" yang dulu lagi tenar. Tapi semua senang saat itu, tanta At awalnya kaget karena baru pertama kali nonton dilayar yang sangat besar. Dulu itu belum ada televisi, tapi saat televisi mulai masuk, orang-orang mulai sedikit yang nonton di bioskop. 

Sayang sekali, padahal saat ini bioskop kembali ngetren, dan banyak orang lebih suka nonton di bioskop daripada nonton dirumah. Film-film yang ditawarkan juga lebih bagus dengan kualitas gambar dan suara lebih baik daripada televisi ataupun laptop dan komputer.

Lama kami bercerita, mungkin tepatnya tanta Ati yang bercerita dan saya sebagai pendengar setia. Saya menarik beberapa kesimpulan, salah satunya adalah, hampir tidak adalagi bangunan sebelum tahun 80 yang ada dalam Kota Raha. Bangunan yang ada dalam Kota saat ini, mungkin hanya bangunan dibuat setelah tahun 80.

Bangunan lama dengan nilai sejarah tinggi atau bukti sejarah yang telah berumur, bagaimanapun kondisinya, telah menyimpan begitu banyak memori kolektif masyarakat. Ada banyak kisah dan kenangan didalamnya, yang sekali waktu ketika merasa kangen, generasi setelahnya dapat mengunjungi dan peroleh banyak manfaat serta pelajaran darinya.

Kota boleh saja menjadi berkembang dan berubah modern, tapi jangan sampai menghilangkan secara keseluruhan kenangan masa kecil. Kedepan, mungkin harus ada kebijakan pembangunan dari Pemerintah yang lebih bisa mempertahankan bangunan lama yang bernilai historis. Mungkin untuk bangunan pemerintah yang telah berumur 30 tahun lebih, tak boleh dirubah seluruhnya, hanya boleh direnovasi. Hehe.

***
Hari ini sudah hampir 2 tahun saya menetap di Raha dan belum lagi keluar daerah, sepertinya saya sudah tidak merasa asing lagi. Saya kepikiran ingin menjaga keadaan Kota Raha saat ini dalam bentuk dokumentasi gambar dan tulisan. Mungkin 50 tahun dari sekarang, ada orang seperti saya yang akan sangat penasaran dengan keadaan Kota ini dan membandingkan dengan kondisi saat itu. Semoga penasarannya akan sedikit terobati dengan melihat foto-foto dan tulisan dari saya, semoga saja.

Penulis : Laode Muh. Azis Syahban, H

Senin, 12 Agustus 2019

Moana, Potret Masyarakat Yang Kehilangan Identitas


Film kartun dan animasi hari ini mengalami perkembangan yang sangat tak terduga. Selain menampilkan animasi dan efek yang hampir menyerupai aslinya, cerita yang diangkat juga ada yang bersumber dari cerita rakyat. John Musker dan Ron Clement merupakan 2 sutradara yang berani menggali lebih mendalam cerita sebuah masyarakat di wilayah pasifik. Dan kemudian meramunya menjadi sebuah film animasi petualangan yang berjudul "Moana".

Moana pertama tayang pada tahun 2016 lalu, yang diproduksi oleh sebuah perusahaan film besar asal amerika bernama Walt Disney Animation Studios. Sudah sejak lama Disney memproduksi film animasi, dan Moana merupakan film ke-56 dalam fitur animasi Disney. Ketika membicarakan Disney, ingatan kita akan tertuju pada 2 tokoh legendaris dalam dunia carton, yaitu Mickey Mouse dan Donald Duck.

Kedua tokoh itu telah membentuk persepsi mengenai dunia kartun yang lucu dan penuh tawa. Donald Duck atau yang lebih dikenal dengan Donal bebek, menjadi karakter yang kocak dan hampir selalu dapat membuat tertawa para anak kecil ditahun 80-90an.

Dalam beberapa tahun terakhir ada yang menarik dari film-film animasi produksi Disney dan beberapa studio amerika lainnya. Kalau cartoon jaman dulu biasanya ada adegan para tokoh sedang menyanyi dan menari, film animasi saat ini juga memasukannya namun dengan lagu-lagu yang lebih modern. Pada beberapa film malah dinyanyikan langsung oleh penyanyi aslinya.

Seperti film Sing yang rilis tahun 2016. Film ini menceritakan sebuah beruang bernama Mr. Moon yang sedang mengadakan kompetisi bernyanyi. Banyak lagu yang diputar ulang dalam film ini, mulai dari lagu lawas tahun 70-80an seperti "Under Presure dari Queen, My Way milik Frank Sinatra, dan beberapa lagu dari artis wanita terkenal seperti Katy Pery dan Scarlet Johanson.

Untuk film produksi Disney sendiri, film Frozen salah satunya. Yang menampilkan lagu Let it go, Life is an open door dan beberapa lainnya. Selain itu ada juga Ugly Dols dari studio lain yang menampilkan lagu Unbreakable, Broken and Beautiful dan Couldn't be better dari Kelly Clarkson. Film Moana juga menampilkan beberapa adegan menyanyi seperti where you are, i am moana dan sebuah lagu bahasa daerah berjudul tulou tagola.

Ada kesamaan dari semua film yang disebutkan, yaitu sama-sama menampilkan sebuah adegan menyanyi didalamnya secara utuh tanpa dipotong. Hal ini berusaha memperlihatkan bahwa lagu tidak hanya sebagai backsound dalam film, tapi menjadi salah satu bagian penting dalam sebuah film. Karenanya, apabila kita menonton film-film animasi terbaru, hampir pasti ada adegan menyanyi didalamnya.

Moana merupakan sebuah project dari Disney yang pembuatannya dikerjakan dengan matang dan sangat sungguh-sungguh. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam mengenai masyarakat dan keadaan sesungguhnya dari lokasi film, sampai dibentuk tim khusus. Tim ini bertugas melakukan riset mendalam terhadap budaya dan kebiasaan masyarakat Polinesia, sebanyak 3 kali dalam 3 tahun di 4 kepulauan besar yaitu Fiji, Bora bora, Tahiti dan Samoa.

Setidaknya ada 5 hal menarik yang dapat menjadi pelajaran dan bahan renungan dalam film Moana.

Pertama, film Moana diangkat dari kisah nyata yang terjadi sekitar 2000 tahun lalu, tentang sebuah masyarakat berjiwa petualang, yaitu masyarakat Polinesia. Dapat dikatakan ini juga merupakan film ilmiah, karena sebelum membuatnya dilakukan riset yang mendalam mengenai jejak dan peninggalan dari masyarakat polinesia yang saat ini berada dikepulauan pasifik.

Masyarakat polinesia merupakan kelompok pelaut yang hidupnya selalu berpindah-pindah dari pulau satu kepulau lainnya. Karena kehidupan yang selalu berpindah-pindah makanya mereka dikenal sebagai sekelompok pelaut ulung. Dalam berlayar mengarungi lautan luas, mereka mengembangkan sebuah sistem navigasi yang sangat tradisional. Yaitu dengan membaca posisi rasi bintang dan merasakan arus laut dalam menentukan arah pelayaran.

Film Moana memperlihatkan pada kita, ketika Moana yang merupakan tokoh utama dalam film ini, bersama Maui yang mahluk setengah dewa, pergi berlayar mencari pulau dewi pulau Te Fiti. Maui adalah leluhur Moana yang dikutuk karena mencuri batu kehidupan, yaitu jantung Te Fiti. Karena ingin memgembalikan batu tersebut, Moana pergi berlayar mencari Maui untuk membantunya mengembalikan jantung Te Fiti.

Dalam film ini juga diperlihatkan alat transportasi yang digunakan masyarakat Polinesia dalam mengarungi lautan luas. Alat itu berupa kano, semacam perahu yang terdiri dari 2 jenis. Kano raksasa merupakan perahu dengan 2 lambung besar dan memiliki layar, terdapat tempat penyimpanan makanan didalam lambungnya, sedangkan satunya kano lebih kecil dengan satu lambung tapi memiliki penyeimbang disalah satu sisinya.

Kedua, Film Moana menampilkan potret kehidupan sebuah suku dipulau terpencil yang jauh dari peradaban modern. Suku yang masih sangat teguh memegang adat istiadat dan budaya leluhurnya. Kehidupannya sangat tradisional, mereka peroleh kehidupan dengan mengambil langsung dari alam, laut dan hutan adalah sumber utamanya.

Kehidupan masyarakat tradisional memiliki ikatan kekerabatan yang sangat erat, hal itu sangat penting bagi mereka yang masih mengandalkan gotong royong atau upaya kolektif dalam mememuhi kebutuhan hidupnya. Film ini kembali mengingatkan asal usul kita, sebelum zaman berubah makin modern, kita awalnya adalah masyarakat tradisional yang memiliki budaya untuk selalu dijaga dan terus dilestarikan. 

Ketiga, film Moana juga mengangkat isu Kesetaraan Gender. Bahwa seorang wanita juga memiliki hak untuk berbicara, berpendapat dan menentukan jalan hidupnya. Moana adalah seorang wanita anak kepala suku, sebagai seorang wanita sudah seharusnya dia mengerjakan tugas para wanita. Tapi Moana yang keras kepala selalu ingin membantu sukunya disaat mereka kesulitan akibat kutukan dewi pulau Te Fiti.

Akibat perbuatan leluhurnya (Maui) dimasa lalu yang telah mencuri jantung Te Fiti, musibahpun datang menimpa mereka. Semua kelapa yang telah dipanen tiba-tiba isinya membusuk dan berubah menjadi keabu-abuan. Lautpun tak memberikan ikan pada para nelayan Desa Mutunui. Untuk memperoleh ikan mereka harus berlayar kelaut yang lebih dalam dan itu sudah bertahun-tahun tidak lagi mereka lakukan.

Moana sebagai calon pemimpin sukunya mengambil sikap untuk pergi mencari Maui dan mengembalikan jantung Te Fiti agar terhindar dari kutukan. Setelah melihat perahu-perahu peninggalan leluhurnya, Moana sadar bahwa mereka awalnya adalah pelaut dan harus berani pergi kelaut dalam, meski harus meninggalkan pulau. Niat Moana semakin kuat, ketika sebelum meninggal neneknya meyakinkan bahwa dia telah dipilih oleh laut untuk pergi ketempat dewi laut berada.

Keempat, Animasi dan fisual efek yang terdapat dalam film ini sangat nyata, sangat mirip dengan yang ada didunia nyata. Mungkin untuk menciptakan fisual efek yang sangat nyata inilah maka tim observasi dibentuk. Pada sebuah sumber, Disney mengakui bahwa Film Moana merupakan film dengan animasi paling canggih yang pernah mereka buat. Hal itu dapat dilihat pada laut dan air yang hampir selalu muncul dalam film ini, sangat halus, bahkan efek basahnyapun sangat mirip dengan yang terjadi didunia nyata.

Artinya kalau begitu, teknologi yang mereka gunakan benar-benar teknologi tingkat tinggi. Entahlah, membayangkannya saja saya tak cukup kuat, apalagi kalau dipaksa membandingkan dengan animasi pada film sinetron karya dalam negri. Huuff, padahal menurut beberapa sumber yang saya baca, ada orang Indonesia dalam tim yang mengerjakan film Moana.

Kelima, yang menurutku paling menarik dalam film ini adalah ketika Masyarakat Mutunui atau masyarakat Polinesia, digambarkan kehilangan identitasnya. Sebuah masyarakat petualang, yang terkena kutukan dan sudah beberapa generasi tidak pernah lagi pergi berlayar, kehilangan jiwa petualangnya. Dalam film terlihat ketika sekumpulan Kano yang dahulu digunakan untuk berlayar, disimpan dalam sebuah goa untuk disembunyikan dari generasi setelahnya. Akibatnya setelah ratusan tahun penduduk Desa Motunui tak tahu lagi caranya berlayar.

Selain itu ayah Moana sebagai kepala suku seringkali melarang masyarakatnya pergi berlayar, karena sewaktu muda dia pernah kehilangan teman akibat ombak besar ketika akan melewati karang yang mengelilingi pulau. Sebuah kutukan dan juga pelarangan karena pengalaman pribadi seseorang, telah menghambat dan membatasi generasi setelahnya mengenal leluhurnya. Padahal berlayar dan tinggal lama diatas laut, merupakan identitas sesungguhnya para penduduk Desa Mutunui, yang sebelumnya telah turun temurun dilakukan para laluhur.

Kebiasaan dan keahlian mereka dalam membaca arah bintang dan merasakan arus laut telah hilang. Untung saja Moana bertemu Maui yang merupakan leluhurnya, meski awalnya tak mau, akhirnya Maui bersedia mengajarkan Moana bagaimana cara mengendalikan Kano dan membaca arah dengan melihat bintang dan merasakan arus laut. Setelah jantung Te Fiti dikembalikan, Moana memimpin sukunya kembali kelaut untuk berlayar, sebagaimana yang dulu dilakukan leluhurnya.

***
Ada banyak poin penting dalam film ini, diluar dari 5 yang saya sebutkan diatas. Tapi menurutku bagian paling penting dalam film ini ada pada poin terakhir. Disitu ada pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua. Sebuah pelajaran hidup yang apabila tidak dijaga maka akan menjadi penyesalan dimasa depan. Selain itu, seberapapun kerasnya sebuah budaya, adat istiadat dan kebiasaan leluhur disembunyikan atau dihilangkan, akan selalu ada generasi setelahnya yang mewarisi. Dia akan mencari kembali ajaran leluhurnya.

JAS MERAH_

Sabtu, 10 Agustus 2019

Menjawab Perkalian Dengan 2 Tangan

Hari ini saya mendengar kabar duka, guru saya sewaktu SD dulu meninggal dunia. Beliau guru kelas 6, juga ibu dari teman saya. Ada banyak kenangan tentangnya, tapi satu yang masih bisa saya ingat sampai kini. Yaitu cara menyelesaikan perkalian dengan menggunakan 2 tangan. Mulai perkalian 6 sampai 9, semuanya bisa diselesaikan dengan 2 tangan saja, dan berkat beliau saya bisa selesaikan masalah perkalian dengan cepat.

***
Sudah menjadi rutinitas, tiap beberapa hari dalam seminggu kami harus menghafal perkalian untuk bisa masuk dalam kelas. Itu semacam golden ticket, yang ketika berhasil dihafalkan didepan guru, otomatis akan lolos ujian untuk masuk kedalam kelas. Biasanya itu dilakukan setelah apel pagi, atau kami lebih sering menyebutnya dengan upacara. Sungguh sangat menyenangkan ketika mampu melakukannya kala itu.

Saat itu saya murid kelas 6 di SD 3 Raha. Bukan murid unggulan yang selalu masuk dalam ranking 3 besar disetiap penerimaan rapor. Juga bukan murid unggulan yang mampu menghafal peristiwa sejarah, nama hewan dan tumbuhan dalam pelajaran IPA, apalagi sampai menghafal rumus beserta penyelesaiannya dalam pelajaran matematika. Sungguh itu bukan saya.

Saya kurang lebih sama dengan murid kebanyakan, yaitu murid Sekolah Dasar dengan kemampuan rata-rata. Mungkin juga dibawah rata-rata, tapi dibawah dikit. Dan penyakit yang kami derita hampir semuanya sama, yaitu jadi buntu pada mata pelajaran Matematika. Dari semua mata pelajaran, Matematika yang paling kami takuti.

Saya lebih menyukai pelajaran olahraga daripada Matematika, karena sambil berolahraga kami bisa skalian bermain. Untuk menghafal dan menyelesaikan rumus perhitungan didepan kelas, saya tidak pernah lakukan selama SD. Kalaupun ditunjuk untuk maju kedepan dan selesaikan rumus, itu bukan karena saya pandai atau tau, tapi karena guru melihat saya sedang main ketika pelajaran berlangsung.

Saya lupa dikelas berapa pertama mendapatkannya, tapi sampai tamat SD pun saya tidak mampu selesaikan perkalian silang. Ketika ulangan caturwulan atau ulangan kenaikan kelas, saya sangat jarang menyelesaikan soal Matematika. Karenanya nilai Matematikaku kadang mendapat nilai merah, kalaupun tidak merah itu karena kemurahan hati buguru. Dan mungkin hadiah karena saya bukan anak bandel, atau kapatuli dalam bahasa kami.

Saya lebih suka menjawab soal yang perintahnya "jawab menurut pendapatmu", atau "bagaimana pendapatmu tentang". Intinya saya lebih suka soal yang jawabannya mengarahkan untuk mengarang bebas.

Selama sekolah dari SD sampai kuliah, hampir dapat dihitung jari momen-momen ketika saya merasa senang dengan Matematika.

Yang pertama ketika saya mampu menjawab pertanyaan perkalian. Karena malas menghafal, saya lebih mudah menerima dan mengerti cara yang diajarkan guru kelas 6, yaitu menghitung perkalian dengan menggunakan 2 tangan. Cara ini sangat ampuh, membuatku merasa percaya diri dan tidak takut lagi dengan perkalian. Karenanya saya menjadi salah satu orang yang akan masuk kelas dengan wajah ceria karena berhasil melewati ujian.

Caranya sangat mudah. Contoh, kita ingin mencari jawaban dari 7 x 8. Buka tangan kanan dan kirimu, kita mulai dari tangan kiri untuk 7 dan tangan kanan untuk 8. Mulailah berhitung dari tangan kiri, untuk 6 dan 7 tambahkan 2 jari dari tangan kanan kemudian tutup. Trus untuk 8, mulailah berhitung dari tangan kanan, kemudian tambahkan 3 jari pada tangan kiri dan tutup. 

Berarti ada 2 jari tertutup di tangan kanan dan ada 3 jari tertutup ditangan kiri, tambahkan. Tiap jari yang tertutup itu dikalikan 10, berarti 5 jari tertutup dikali 10 = 50. Untuk jari terbuka, ada 2 ditangan kiri dan 3 ditangan kanan, kalikan. 2 x 3 sama dengan 6. Kemudian tambahkan hasil penjumlahan jari tertutup dan jari terbuka, 50 + 6 = 56. Dengan demikian kita telah dapatkan hasil dari 7 x 8, yaitu 56.

Cara yang cukup mudah untuk diajarkan pada anak-anak SD masa kini. Daripada mereka harus menghafal perkalian, akan lebih baik buat mereka menghitung dengan cara-cara unik seperti itu. Seperti yang telah saya ajarkan pada 4 orang kemenakan laki-lakiku, dan mereka sangat senang dengan itu. Apalagi kala kuberitau, "teman-teman sekelasmu termasuk yang juara 1, pasti tidak tau cara itu, jadi kamu harus lebih tau dari yang juara 1".

Terimakasih Bu Guru, Terimakasih Banyak untuk yang telah kau berikan.
(Al Fatihah untuk beliau)

Kamis, 08 Agustus 2019

Catatan 17 April 2019

Waktu telah menunjukan pukul 24.00, tapi beberapa orang di Kota ini sepertinya masih sibuk memeriksa lembaran demi lembaran kertas suara. Siapapun akan mengalami kesulitan ketika membentangkannya seorang diri. Kertas itu memang cukup besar dan agak tebal, belum lagi karena telah dilipat sedemikian rupa sehingga untuk membuka dan membentangkan cukup memakan waktu.

Mungkin faktor itu salah satu yang menyebabkan pemilu kali ini berjalan lama. Hampir disemua TPS Kota Raha, prosesi itu berjalan, dari pencoblosan sampai dengan berakhirnya perhitungan suara memakan waktu tidak kurang dari 18 jam. Artinya kalau TPS dibuka mulai pukul 07.00 pagi, maka perhitungan suara selesai sekitar pukul 01.00 dini hari. 

Menurut penuturan kawanku, pada beberapa TPS malah ada yang masih melakukan perhitungan suara pada pukul 03.00 dini hari, artinya mereka aktif bekerja selama 20 jam. Ini hal yang cukup luar biasa, mengingat honor yang diberikan tidak seberapa dan tentu saja tidak sesuai dengan waktu dan tenaga yang telah mereka berikan. 

Namun yang pasti, banyak dari mereka yang melakukan semua itu dengan ikhlas dan senang hati. Sebagai bukti, kata kawanku yang mengunjungi TPS pada pukul 03.00 dini hari, mereka para petugas TPS masih sempat bercanda dan tertawa ketika dia menanyakan masih adakah saksi partainya di TPS tersebut.

Semoga mereka menangkap pesan Bapak Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, yang selalu mengingatkan tentang kegembiraan politik. Tentu saja pemilu harus dilaksanakan dengan gembira, bukankah ini pesta demokrasi? Maka sudah sepatutnya dalam pesta yang ada hanyalah kegembiraan dan tawa para panitia juga undangan.

***
Pagi ini penampilannya sangat kacau, matanya masih bengkak dan agak merah, sepertinya dia baru tidur subuh tadi, dan bangun pagi hari karena ada urusan penting yang harus diselesaikan. Dari penampilannya, kutau dia belum mandi dan hanya membasuh muka dengan air seadanya, tanpa sabun dan tanpa menyikat giginya yang berbaris tidak beraturan dibagian depan.

Seperti biasa, pagi ini dia kembali menyapaku dengan senyum yang khas. Sebuah senyum dari laki-laki kurus dan suka begadang, namun anehnya setiap pagi dia selalu terlihat energik dan penuh semangat, seolah begadang tak pernah bisa menguras staminanya. Saya sudah terlalu akrab pada pertemuan dengannya dipagi hari, dan sangat paham kalau senyum yang ditunjukannya itu pertanda dia ingin mendapat secangkir kopi hitam buatanku.

Karenanya dengan segera kubuatkan kopi untuknya, setidaknya itu balasan karena dia akan menceritakanku hal-hal aneh dan menarik yang baru saja dia alami atau kerjakan dalam beberapa hari ini sampai larut malam. Karena ini momen politik, saya cukup penasaran apa saja yang dia kerjakan kemarin sampai dengan subuh tadi diluar sana.

Setelah menyeruput kopi dan menyalakan sebatang rokok kretek favoritnya, dia menoleh keatas. Sambil menatap langit yang biru cerah, dia menghembuskan asap rokok dari mulutnya keudara. Dan dia pun mulai bercerita, kadang dengan raut wajah serius, namun kebanyakan ceritanya dibawakan dengan tawa juga canda yang tak pernah buatku bosan mendengarkan.

Pemilu kali ini sangat berat dan membutuhkan waktu yang lama, bahkan ada yang baru menyelesaikan perhitungan suaranya jam 12.00 siang sampai 16.00 sore esoknya. Banyak saksi dan panitia di tiap-tiap TPS yang berjatuhan ketika lewat jam 2 malam, tapi tidak sedikit juga yang masih semangat. Untungnya sebagian panitia cukup kreatif dan bergerak cepat mengantisipasi hal tersebut.

Ada yang menyiapkan kartu dan domino, ada yang menyiapkan dispenser tuk para panitia beserta saksi yang ingin minum atau membuat minuman hangat. Ada juga yang membawa 1 set peralatan karaoke lengkap dengan tv, elekton juga speaker. Namun yang paling berkesan, ketika memasuki balai desa wakorambu, suasana hening khas pedesaan melengkapi malam yang sibuk demi menyelesaikan hasil rekap C1. 

Ditengah suasana hening, terdengar alunan musik keroncong yang sangat romantis, setidaknya itu buatku yang belakangan senang menikmati musik asal Indonesia itu. Saya menganggap itu unik, karena Musik keroncong agak jarang terdengar dibagian pedesaan di Kabupaten Muna, dibandingkan dengan musik dangdut maupun melayu yang belakangan sedang tren.

Ini hari kedua setelah pencoblosan, dan belum ada harapan calon DPRD yang saya dukung kemarin akan mendapat 1 kursi di daerah. Meskipun baru bergabung dengan mereka, saya cukup merasakan kekecewaan yang mereka rasakan akibat kekalahan ini. Saya berharap kekalahan ini menjadi pelajaran buat mereka, dan mengevaluasi kembali tim serta kinerjanya untuk melakukan pendekatan yang lebih baik pada pertarungan berikutnya.

Temanku ini sangat senang dengan hal yang butuh pemikiran rasional untuk dijelaskan dan butuh analisa untuk dibedah. Saya menganggapnya seorang pemikir, karena lompatan berpikirnya kadang sangat jauh dan seringkali melahirkan ide-ide baru. Ingin rasanya bisa seperti dia, tapi mungkin akan terlalu berat buat saya. Lagian saya selalu puas dengan cerita-ceritanya ketika pagi atau malam. 

Tak banyak tetangga atau teman yang tau tentangnya, apa yang dulu dilakukan dan bagaimana dia memilih jalan sunyi untuk hidup dikampung ini. Orang hanya mengenalnya sebagai orang biasa, yang dulu kuliah diluar kota dan pulang kekampung untuk berlibur atau mencari kerja. Kalau saja mereka mengerti jalan pikirannya, mungkin mereka akan senang duduk lama dan bercerita dengannya.

Dia melanjutkan ceritanya.

Saya tidak banyak tau dimana letak kesalahannya, karena tidak sejak awal saya ikut dalam tim itu. Namun ada beberapa hal penting yang butuh diperbaiki kalau masih punya niat bertarung dalam pilcaleg berikutnya. Saya tidak akan membicarakan yang tidak tampak, atau bagaimana pendekatan mereka, saya hanya akan membicarakan persiapan mereka menjelang hari pencoblosan.

Manajemen saksi harus lebih baik dari yang kemarin. Kalau bisa, saksi yang ditugaskan bukan orang-orang yang ditunjuk mendadak menjelang hari pencoblosan. Biar bagaimanapun, saksi adalah orang yang akan menjaga suara mereka, sudah selayaknya dia dipersiapkan jauh-jauh hari, atau relawan yang sejak awal direkrut untuk kampanye yang kemudian ditugaskan sebagai saksi.

Mungkin akan lebih baik kalau saksi merupakan orang asli dikelurahannya. Supaya mereka bisa meninjau dahulu TPS kemudian melaporkan pada tim. Ini penting untuk memudahkan distribusi makanan dan kebutuhan saksi lainnya, pada saat pencoblosan sampai perhitungan suara.

Memenangkan suara dikandang jauh lebih penting. Kalau kandang tidak bisa dimenangkan, bagaimana bisa menang ditempat lain. Semua calon pasti punya kandang, pasti punya basis masa dilingkungan tempat tinggalnya. Mereka orang pertama yang harus dijaga dan diperhatikan. Anak mudanya harus didekati dan dirangkul, kalau bisa dipersiapkan menjadi agen untuk mencari tau semua informasi calon yang masuk kelingkungannya.

Anak muda bisa menjadi benteng untuk menangkal pergerakan lawan, juga bisa menjadi peluncur untuk mematahkan serangan lawan. Karenanya mampu memenangkan hati anak muda atau menjadi tokoh bagi mereka, akan sangat penting. Sayangnya saya tak bisa cerita banyak tentang itu, karena hari sudah mulai siang. Saya harus pergi, karena hp ku sudah dari tadi berdering. Terimakasih kopi nya.

Dan diapun berlalu pergi. Sudah dari tadi hp nya berbunyi, hanya karena menghargaiku dia tidak mengangkat telepon. Saya harus menunggu besok pagi lagi untuk mendengarnya melanjutkan cerita, tapi itu akan sia-sia saja. Dia tak pernah melanjutkan ceritanya, karena setiap pagi dia selalu memulai dengan cerita lainnya.

Entahlah, semoga besok masih ada cerita lain darinya yang lebih asik. Tentu saja bukan cerita politik atau hal lain yang tidak kumengerti. Mungkin akan lebih baik kalau ceritanya tentang cewek-cewek cantik, saya pasti akan sangat senang mendengar tips dan trik darinya untuk mendekati cewek cantik.

Besok datang lagi, teriakku...

Kamis, 01 Agustus 2019

Festival Layang-Layang dan Muna Yang Kehilangan Momentum


Foto : Lamasili, Lamasima, Lanegara dan Laode Pamusu memegang piagam usai menerbangkan layang-layang daun terbesar versi Guinness World Records
Pagi tadi sangat ramai, dentuman musik keras membahana keseluruh penjuru lapangan Ketapang Doyong. Semua orang bergerak dengan penuh semangat, seirama dalam gerakan  senam zumba.

Seperti tahun lalu, tahun ini Pangandaran kembali melaksanakan even Internasional. Sebuah pagelaran yang membuat mata beberapa negara tertuju pada Kabupaten Pangandaran, pada Provinsi Jawa Barat, dan Pada Indonesia. Yaitu Festival Layang-Layang Internasional yang ke-30.

PIKF, adalah singkatan dari Pangandaran Internasional Kite Festival. Merupakan festival layang-layang internasional ke-30 yang dilaksanakan di Kabupaten Pangandaran. Acara ini melibatkan 10 negara besar untuk berpartisipasi didalamnya, yaitu ; Prancis, Malaysia, Singapura, India, Jepang, Italia, Ukraina, Macau, Thailand dan Mongolia.

Karena ini even Internasional, banyak turis yang juga berdatangan selain dari ke-10 negara tersebut. Seperti turis dari Jerman, Belanda, Arab Saudi, Polandia dan juga Hongaria. Selain untuk menyaksikan even ini, mereka datang untuk berwisata.

Acara ini sekali lagi dimanfaatkan dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten Pangandaran, untuk melakukan promosi wisata secara besar-besaran. Salah satu objek wisata yang diperkenalkan adalah kampung turis. Yaitu objek wisata pantai yang senyap, dengan konsep sangat milenial. Selain menyuguhkan panorama alam yang eksotis, dikawasan ini terdapat hiburan musik, kafe dan resto dengan arsitektur bambu.

Material bambu pada bangunan kafe dan resto, merupakan yang paling disukai wisatawan mancanegara. Selain memberikan kesan alamiah, konsep bambu dianggap lebih memberikan kesan unik, ramah lingkungan dan lebih murah biayanya.

Yang paling mencuri perhatian dalam even ini adalah kuliner khas pangandaran, Pindang Gunung. Kuliner ini yang paling banyak dicari turis asing, dan kampung turis menyediakannya. Makanan ini merupakan makanan berkuah, sejenis sup ikan dengan bumbu khas sunda yang kaya akan rempah. Ikan dimasak sampai dagingnya kenyal dan tidak anyit, sangat segar  dengan campuran daun kedondong, lengkuas, serai dan daun ruku-ruku.

Bagaimana dengan Muna, yang punya sejarah layang-layang tertua di Nusantara. Sudah cukup lama Muna tak menjadi tuan rumah Festival layang-layang Internasional. Tahun depan sepertinya  waktu yang cocok untuk Muna menjadi penyelenggara, dan memperkenalkan wisata, budaya dan kuliner khas Kabupaten Muna pada dunia.

***
Festival layang-layang internasional terakhir yang diselenggarakan di Muna sekitar tahun 2014, atau sudah 5 tahun. Sejak saat itu, tiadalagi even besar berskala Nasional apalagi Internasional yang diadakan di Muna. Padahal dalam beberapa tahun terakhir, Muna sedang berusaha mempromosikan wisatanya.

Festival layang-layang akan menjadi ajang penting untuk membangkitkan kembali gairah wisata masyarakat di Muna. Selain itu dapat memperkenalkan kembali Kabupaten Muna dan segala potensinya pada dunia, terutama pariwisatanya. Hal itu akan menjadi penting, karena dalam beberapa tahun terakhir, Pariwisata Muna sudah cukup ketinggalan dengan Baubau, Kendari dan beberapa daerah lain di Sulawesi Tenggara.

Promosi Pariwisata merupakan sebuah akifitas bagaimana mengangkat pamor atau citra sebuah industri wisata agar memiliki nilai jual. Dalam membangun industri pariwisata, promosi merupakan sebuah aspek yang akan sangat menentukan, apakah pembangunan pariwisata dapat berjalan sesuai dengan yang dicita-citakan bersama ataukah tidak.

Pembangunan yang dimaksud tentu saja dalam artian yang lebih luas, mencakup segala sektor penting dalam Industri Pariwisata yaitu, masyarakat, ekonomi, sarana prasarana, budaya, transportasi dan juga lingkungan.

Muna harusnya lebih bisa membuat dan memanfaatkan momentum. Bukti Sejarah layang-layang tertua di Indonesia ada di Liangkobori. Ini dapat menjadi alasan kuat untuk kembali mengadakan Festival Layang-Layang Internasional di Muna. Selain itu prestasi Layang-Layang Muna sudah terkenal dan seringkali mendapat Juara pada pagelaran layang-layang di dalam dan luar negri.

Foto : La Ode Pomusu
Salah satu nama penting yang patut disebut atas prestasinya dalam kejuaraan layang-layang internasional, adalah La Ode Pomusu. Seorang asli Muna berdarah Belanda, yang tinggal di Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat (Dahulu Kabupaten Muna). Meski hidupnya susah, La Ode Pomusu dahulu seringkali mewakili Indonesia dalam kejuaraan layang-layang Internasional yang diadakan didalam dan luar negri.

Sejak tahun 1995 sampai yang terakhir tahun 2016, La Ode Pamusu telah mengikuti berbagai lomba Internasional dan selalu mendapat Juara pertama. Pada salah satu Even Internasional yang diikuti tahun 2009 di Italy, La Ode Pomusu yang mewakili Indonesia mendapat juara pertama dihadapan 87 perwakilan Negara didunia. Tahun 2016 lalu pada Festival layang-layang yang juga bagian dari Festival TAFISA Games di Jakarta, La Ode Pomusu dan Grupnya berhasil membuat layang-layang daun terbesar didunia.

Layang-layang yang mereka buat berukuran 500 cm x 430 cm, dibuat selama dua minggu dan berhasil diterbangkan selama lebih dari 20 menit. Atas prestasinya itu, mereka ditetapkan menjadi layang-layang daun terbesar dunia versi Guinness World Records yang disaksikan perwakilan dari pengesah, Swapnil Dangarikal.

Semoga dalam waktu dekat kita segera mendengar kabar baik tentang MIKF (Muna Internasional Kite Festival) ke-31. Sebuah acara besar bertaraf Internasional dengan partisipasi warga yang sangat tinggi. Acara yang dapat diketahui dan dinikmati seluruh masyarakat Muna, Sulawesi Tenggara dan Indonesia yang akan selalu meninggalkan kesan mendalam bagi pelaksana, masyarakat, undangan serta tamu.

Saya membayangkan MIKF 2021 yang sangat meriah, dirangkaikan dengan seminar Nasional layang-layang. Disana ada Presiden Jokowi yang membuka acara Festival dan Seminar. Dihadapannya turut hadir perwakilan guru dan siswa semua sekolah se Kabupaten Muna dan Sulawesi Tenggara. Sejak 2 hari sebelum acara, penduduk Kota Raha dan Kabupaten Muna sibuk menghiasi lorong-lorong. Ini akan jadi pemandangan menarik buat para tamu atau turis yang datang sebelum acara.

Payung diganti dengan Layang-layang  yang menghiasi jalan
Ketika turis atau tamu melintas tuk sekedar jalan-jalan dalam kota, mereka akan disambut senyum ramah masyarakat dan serbuan ajakan selfie. Oh, sungguh indah kotaku, ketika hari acara, jalan-jalan dalam kota dihiasi layangan warna warni diatasnya. Saat malam tiba layangan-layangan itu menyala dan menghiasi langit yang gelap gulita.

Sebelumnya para tamu undangan yang baru datang, disambut dengan silat Muna. Setiap perwakilan kelompok akan dipakaikan sarung Muna dan diajak duduk untuk ritual baca-baca tola bala. Itu semua untuk menghindarkan mereka dari segala keburukan dan bahaya selama mereka berada di Muna. Tak jauh dari tempat acara seminar dan festival, terdapat pusat informasi wisata, yang menyediakan srmua informasi wisata Kab. Muna.

Tentu acara ini akan sangat ramai. Apalagi selama acara berlangsung semua sekolah diliburkan dari kegiatan belajar mengajar, dan para siswa difokuskan untuk ambil bagian dalam acara Festival atau Seminar. Sedangkan untuk anak TK, PAUD dan SD dibuatkan perlombaan melukis pada layang-layang. Untuk lebih memeriahkan, disiapkan 1000 baju yang dibagikan gratis pada masyarakat untuk dipake pada saat acara.

Tak terbayangkan berapa banyak layang-layang akan dibuat untuk mensukseskan acara tersebut. Mungkin akan butuh sekitar 10.000 layang-layang, dan semoga ini akan memecahkan rekor pembuatan layang-layang terbanyak yang melibatkan banyak pembuat layang-layang dari Muna, atau Sulawesi Tenggara atau bahkan seluruh Indonesia.

Acara besar ini kemudian akan menjadi panggung bergengsi buat makanan khas Muna. Mulai dari olahan makanan laut sampai hasil kebun, semuanya akan disajikan dengan sebaik-baiknya demi memuaskan lidah para tamu dan pengunjung pada acara ini. Ada ikan parende dan juga ayam parende dengan kuah bening dan bumbu khas, ditambah daun kedondong yang siap menggoyang lidah.

Tak ketinggalan sayur bening atau kadada katembe dengan bahan utama daun kelor yang kaya akan vitamin, akan diperkenalkan pada acara ini. Khusus untuk kelor, sudah seharusnya mendapat panggung spesial. Lewat acara sonde kadada massal yang diikuti ratusan orang, akan lebih memeriahkan acara MIKF.

Hanya membayangkannya saja, acara itu sudah sangat meriah, apalagi kalau sampai terlaksana. Mungkin tidak semua akan sependapat dengan itu, apalagi mendengar besaran biaya yang dibutuhkan. Dan bahasa sinis plus pesimispun muncul "acara besar hanya buang uang, sementara rakyat Muna masih miskin". Saya hanya mau bilang, Muna butuh ledakan besar untuk maju dan berkembang, bukan kegiatan biasa yang tidak punya kesan luar biasa yang kelak akan disesali.

Saya ingin mewakili seorang dari Jerman bernama Wolfgang Bieck, untuk menyampaikan kesimpulan dari hasil ziarahnya ke Gua Layang-layang di Muna sekitar tahun 2001-2002. Bieck mengatakan "Lukisan Muna bersifat prasejarah dan unik, rupanya tua atau kuno, dan jika ratusan atau lebih sampai dua ribu tahun, itu merupakan catatan sejarah yang berharga".

"Jika di sisi lain, gambar itu bisa Secara ilmiah bertanggal lebih dari 2.400 tahun, sehingga melampaui usia yang merupakan hasil rekaman tertua untuk layang-layang di China, nampaknya akan membuktikan bahwa kepulauan Melayu dan Oceania yang berdampingan adalah wilayah dimana layang-layang itu diciptakan. Ini akan membuat lukisan ini menjadi harta karun global".