Kamis, 08 Agustus 2019

Catatan 17 April 2019

Waktu telah menunjukan pukul 24.00, tapi beberapa orang di Kota ini sepertinya masih sibuk memeriksa lembaran demi lembaran kertas suara. Siapapun akan mengalami kesulitan ketika membentangkannya seorang diri. Kertas itu memang cukup besar dan agak tebal, belum lagi karena telah dilipat sedemikian rupa sehingga untuk membuka dan membentangkan cukup memakan waktu.

Mungkin faktor itu salah satu yang menyebabkan pemilu kali ini berjalan lama. Hampir disemua TPS Kota Raha, prosesi itu berjalan, dari pencoblosan sampai dengan berakhirnya perhitungan suara memakan waktu tidak kurang dari 18 jam. Artinya kalau TPS dibuka mulai pukul 07.00 pagi, maka perhitungan suara selesai sekitar pukul 01.00 dini hari. 

Menurut penuturan kawanku, pada beberapa TPS malah ada yang masih melakukan perhitungan suara pada pukul 03.00 dini hari, artinya mereka aktif bekerja selama 20 jam. Ini hal yang cukup luar biasa, mengingat honor yang diberikan tidak seberapa dan tentu saja tidak sesuai dengan waktu dan tenaga yang telah mereka berikan. 

Namun yang pasti, banyak dari mereka yang melakukan semua itu dengan ikhlas dan senang hati. Sebagai bukti, kata kawanku yang mengunjungi TPS pada pukul 03.00 dini hari, mereka para petugas TPS masih sempat bercanda dan tertawa ketika dia menanyakan masih adakah saksi partainya di TPS tersebut.

Semoga mereka menangkap pesan Bapak Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, yang selalu mengingatkan tentang kegembiraan politik. Tentu saja pemilu harus dilaksanakan dengan gembira, bukankah ini pesta demokrasi? Maka sudah sepatutnya dalam pesta yang ada hanyalah kegembiraan dan tawa para panitia juga undangan.

***
Pagi ini penampilannya sangat kacau, matanya masih bengkak dan agak merah, sepertinya dia baru tidur subuh tadi, dan bangun pagi hari karena ada urusan penting yang harus diselesaikan. Dari penampilannya, kutau dia belum mandi dan hanya membasuh muka dengan air seadanya, tanpa sabun dan tanpa menyikat giginya yang berbaris tidak beraturan dibagian depan.

Seperti biasa, pagi ini dia kembali menyapaku dengan senyum yang khas. Sebuah senyum dari laki-laki kurus dan suka begadang, namun anehnya setiap pagi dia selalu terlihat energik dan penuh semangat, seolah begadang tak pernah bisa menguras staminanya. Saya sudah terlalu akrab pada pertemuan dengannya dipagi hari, dan sangat paham kalau senyum yang ditunjukannya itu pertanda dia ingin mendapat secangkir kopi hitam buatanku.

Karenanya dengan segera kubuatkan kopi untuknya, setidaknya itu balasan karena dia akan menceritakanku hal-hal aneh dan menarik yang baru saja dia alami atau kerjakan dalam beberapa hari ini sampai larut malam. Karena ini momen politik, saya cukup penasaran apa saja yang dia kerjakan kemarin sampai dengan subuh tadi diluar sana.

Setelah menyeruput kopi dan menyalakan sebatang rokok kretek favoritnya, dia menoleh keatas. Sambil menatap langit yang biru cerah, dia menghembuskan asap rokok dari mulutnya keudara. Dan dia pun mulai bercerita, kadang dengan raut wajah serius, namun kebanyakan ceritanya dibawakan dengan tawa juga canda yang tak pernah buatku bosan mendengarkan.

Pemilu kali ini sangat berat dan membutuhkan waktu yang lama, bahkan ada yang baru menyelesaikan perhitungan suaranya jam 12.00 siang sampai 16.00 sore esoknya. Banyak saksi dan panitia di tiap-tiap TPS yang berjatuhan ketika lewat jam 2 malam, tapi tidak sedikit juga yang masih semangat. Untungnya sebagian panitia cukup kreatif dan bergerak cepat mengantisipasi hal tersebut.

Ada yang menyiapkan kartu dan domino, ada yang menyiapkan dispenser tuk para panitia beserta saksi yang ingin minum atau membuat minuman hangat. Ada juga yang membawa 1 set peralatan karaoke lengkap dengan tv, elekton juga speaker. Namun yang paling berkesan, ketika memasuki balai desa wakorambu, suasana hening khas pedesaan melengkapi malam yang sibuk demi menyelesaikan hasil rekap C1. 

Ditengah suasana hening, terdengar alunan musik keroncong yang sangat romantis, setidaknya itu buatku yang belakangan senang menikmati musik asal Indonesia itu. Saya menganggap itu unik, karena Musik keroncong agak jarang terdengar dibagian pedesaan di Kabupaten Muna, dibandingkan dengan musik dangdut maupun melayu yang belakangan sedang tren.

Ini hari kedua setelah pencoblosan, dan belum ada harapan calon DPRD yang saya dukung kemarin akan mendapat 1 kursi di daerah. Meskipun baru bergabung dengan mereka, saya cukup merasakan kekecewaan yang mereka rasakan akibat kekalahan ini. Saya berharap kekalahan ini menjadi pelajaran buat mereka, dan mengevaluasi kembali tim serta kinerjanya untuk melakukan pendekatan yang lebih baik pada pertarungan berikutnya.

Temanku ini sangat senang dengan hal yang butuh pemikiran rasional untuk dijelaskan dan butuh analisa untuk dibedah. Saya menganggapnya seorang pemikir, karena lompatan berpikirnya kadang sangat jauh dan seringkali melahirkan ide-ide baru. Ingin rasanya bisa seperti dia, tapi mungkin akan terlalu berat buat saya. Lagian saya selalu puas dengan cerita-ceritanya ketika pagi atau malam. 

Tak banyak tetangga atau teman yang tau tentangnya, apa yang dulu dilakukan dan bagaimana dia memilih jalan sunyi untuk hidup dikampung ini. Orang hanya mengenalnya sebagai orang biasa, yang dulu kuliah diluar kota dan pulang kekampung untuk berlibur atau mencari kerja. Kalau saja mereka mengerti jalan pikirannya, mungkin mereka akan senang duduk lama dan bercerita dengannya.

Dia melanjutkan ceritanya.

Saya tidak banyak tau dimana letak kesalahannya, karena tidak sejak awal saya ikut dalam tim itu. Namun ada beberapa hal penting yang butuh diperbaiki kalau masih punya niat bertarung dalam pilcaleg berikutnya. Saya tidak akan membicarakan yang tidak tampak, atau bagaimana pendekatan mereka, saya hanya akan membicarakan persiapan mereka menjelang hari pencoblosan.

Manajemen saksi harus lebih baik dari yang kemarin. Kalau bisa, saksi yang ditugaskan bukan orang-orang yang ditunjuk mendadak menjelang hari pencoblosan. Biar bagaimanapun, saksi adalah orang yang akan menjaga suara mereka, sudah selayaknya dia dipersiapkan jauh-jauh hari, atau relawan yang sejak awal direkrut untuk kampanye yang kemudian ditugaskan sebagai saksi.

Mungkin akan lebih baik kalau saksi merupakan orang asli dikelurahannya. Supaya mereka bisa meninjau dahulu TPS kemudian melaporkan pada tim. Ini penting untuk memudahkan distribusi makanan dan kebutuhan saksi lainnya, pada saat pencoblosan sampai perhitungan suara.

Memenangkan suara dikandang jauh lebih penting. Kalau kandang tidak bisa dimenangkan, bagaimana bisa menang ditempat lain. Semua calon pasti punya kandang, pasti punya basis masa dilingkungan tempat tinggalnya. Mereka orang pertama yang harus dijaga dan diperhatikan. Anak mudanya harus didekati dan dirangkul, kalau bisa dipersiapkan menjadi agen untuk mencari tau semua informasi calon yang masuk kelingkungannya.

Anak muda bisa menjadi benteng untuk menangkal pergerakan lawan, juga bisa menjadi peluncur untuk mematahkan serangan lawan. Karenanya mampu memenangkan hati anak muda atau menjadi tokoh bagi mereka, akan sangat penting. Sayangnya saya tak bisa cerita banyak tentang itu, karena hari sudah mulai siang. Saya harus pergi, karena hp ku sudah dari tadi berdering. Terimakasih kopi nya.

Dan diapun berlalu pergi. Sudah dari tadi hp nya berbunyi, hanya karena menghargaiku dia tidak mengangkat telepon. Saya harus menunggu besok pagi lagi untuk mendengarnya melanjutkan cerita, tapi itu akan sia-sia saja. Dia tak pernah melanjutkan ceritanya, karena setiap pagi dia selalu memulai dengan cerita lainnya.

Entahlah, semoga besok masih ada cerita lain darinya yang lebih asik. Tentu saja bukan cerita politik atau hal lain yang tidak kumengerti. Mungkin akan lebih baik kalau ceritanya tentang cewek-cewek cantik, saya pasti akan sangat senang mendengar tips dan trik darinya untuk mendekati cewek cantik.

Besok datang lagi, teriakku...

0 comments: