Foto : Lamasili,
Lamasima, Lanegara dan Laode Pamusu memegang piagam usai menerbangkan
layang-layang daun terbesar versi Guinness World Records
|
Pagi
tadi sangat ramai, dentuman musik keras membahana keseluruh penjuru lapangan
Ketapang Doyong. Semua orang bergerak dengan penuh semangat, seirama dalam
gerakan senam zumba.
Seperti
tahun lalu, tahun ini Pangandaran kembali melaksanakan even Internasional.
Sebuah pagelaran yang membuat mata beberapa negara tertuju pada Kabupaten
Pangandaran, pada Provinsi Jawa Barat, dan Pada Indonesia. Yaitu Festival
Layang-Layang Internasional yang ke-30.
PIKF,
adalah singkatan dari Pangandaran Internasional Kite Festival. Merupakan
festival layang-layang internasional ke-30 yang dilaksanakan di Kabupaten
Pangandaran. Acara ini melibatkan 10 negara besar untuk berpartisipasi
didalamnya, yaitu ; Prancis, Malaysia, Singapura, India, Jepang, Italia,
Ukraina, Macau, Thailand dan Mongolia.
Karena
ini even Internasional, banyak turis yang juga berdatangan selain dari ke-10
negara tersebut. Seperti turis dari Jerman, Belanda, Arab Saudi, Polandia dan
juga Hongaria. Selain untuk menyaksikan even ini, mereka datang untuk
berwisata.
Acara
ini sekali lagi dimanfaatkan dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten Pangandaran,
untuk melakukan promosi wisata secara besar-besaran. Salah satu objek wisata
yang diperkenalkan adalah kampung turis. Yaitu objek wisata pantai yang senyap,
dengan konsep sangat milenial. Selain menyuguhkan panorama alam yang eksotis,
dikawasan ini terdapat hiburan musik, kafe dan resto dengan arsitektur bambu.
Material
bambu pada bangunan kafe dan resto, merupakan yang paling disukai wisatawan
mancanegara. Selain memberikan kesan alamiah, konsep bambu dianggap lebih
memberikan kesan unik, ramah lingkungan dan lebih murah biayanya.
Yang
paling mencuri perhatian dalam even ini adalah kuliner khas pangandaran,
Pindang Gunung. Kuliner ini yang paling banyak dicari turis asing, dan kampung
turis menyediakannya. Makanan ini merupakan makanan berkuah, sejenis sup ikan
dengan bumbu khas sunda yang kaya akan rempah. Ikan dimasak sampai dagingnya
kenyal dan tidak anyit, sangat segar
dengan campuran daun kedondong, lengkuas, serai dan daun ruku-ruku.
Bagaimana
dengan Muna, yang punya sejarah layang-layang tertua di Nusantara. Sudah cukup
lama Muna tak menjadi tuan rumah Festival layang-layang Internasional. Tahun depan
sepertinya waktu yang cocok untuk Muna
menjadi penyelenggara, dan memperkenalkan wisata, budaya dan kuliner khas
Kabupaten Muna pada dunia.
***
Festival
layang-layang internasional terakhir yang diselenggarakan di Muna sekitar tahun
2014, atau sudah 5 tahun. Sejak saat itu, tiadalagi even besar berskala
Nasional apalagi Internasional yang diadakan di Muna. Padahal dalam beberapa
tahun terakhir, Muna sedang berusaha mempromosikan wisatanya.
Festival
layang-layang akan menjadi ajang penting untuk membangkitkan kembali gairah
wisata masyarakat di Muna. Selain itu dapat memperkenalkan kembali Kabupaten
Muna dan segala potensinya pada dunia, terutama pariwisatanya. Hal itu akan
menjadi penting, karena dalam beberapa tahun terakhir, Pariwisata Muna sudah cukup
ketinggalan dengan Baubau, Kendari dan beberapa daerah lain di Sulawesi
Tenggara.
Promosi
Pariwisata merupakan sebuah akifitas bagaimana mengangkat pamor atau citra
sebuah industri wisata agar memiliki nilai jual. Dalam membangun industri
pariwisata, promosi merupakan sebuah aspek yang akan sangat menentukan, apakah
pembangunan pariwisata dapat berjalan sesuai dengan yang dicita-citakan bersama
ataukah tidak.
Pembangunan
yang dimaksud tentu saja dalam artian yang lebih luas, mencakup segala sektor penting
dalam Industri Pariwisata yaitu, masyarakat, ekonomi, sarana prasarana, budaya,
transportasi dan juga lingkungan.
Muna
harusnya lebih bisa membuat dan memanfaatkan momentum. Bukti Sejarah
layang-layang tertua di Indonesia ada di Liangkobori. Ini dapat menjadi alasan
kuat untuk kembali mengadakan Festival Layang-Layang Internasional di Muna.
Selain itu prestasi Layang-Layang Muna sudah terkenal dan seringkali mendapat
Juara pada pagelaran layang-layang di dalam dan luar negri.
Foto : La Ode Pomusu |
Salah satu
nama penting yang patut disebut atas prestasinya dalam kejuaraan layang-layang
internasional, adalah La Ode Pomusu. Seorang asli Muna berdarah Belanda, yang
tinggal di Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat (Dahulu Kabupaten Muna). Meski hidupnya
susah, La Ode Pomusu dahulu seringkali mewakili Indonesia dalam kejuaraan
layang-layang Internasional yang diadakan didalam dan luar negri.
Sejak tahun
1995 sampai yang terakhir tahun 2016, La Ode Pamusu telah mengikuti berbagai
lomba Internasional dan selalu mendapat Juara pertama. Pada salah satu Even Internasional
yang diikuti tahun 2009 di Italy, La Ode Pomusu yang mewakili Indonesia
mendapat juara pertama dihadapan 87 perwakilan Negara didunia. Tahun 2016 lalu
pada Festival layang-layang yang juga bagian dari Festival TAFISA Games di Jakarta,
La Ode Pomusu dan Grupnya berhasil membuat layang-layang daun terbesar didunia.
Layang-layang
yang mereka buat berukuran 500 cm x 430 cm, dibuat selama dua minggu dan
berhasil diterbangkan selama lebih dari 20 menit. Atas prestasinya itu, mereka
ditetapkan menjadi layang-layang daun terbesar dunia versi Guinness World
Records yang disaksikan perwakilan dari pengesah, Swapnil Dangarikal.
Semoga
dalam waktu dekat kita segera mendengar kabar baik tentang MIKF (Muna
Internasional Kite Festival) ke-31. Sebuah acara besar bertaraf Internasional
dengan partisipasi warga yang sangat tinggi. Acara yang dapat diketahui dan
dinikmati seluruh masyarakat Muna, Sulawesi Tenggara dan Indonesia yang akan
selalu meninggalkan kesan mendalam bagi pelaksana, masyarakat, undangan serta
tamu.
Saya
membayangkan MIKF 2021 yang sangat meriah, dirangkaikan dengan seminar Nasional
layang-layang. Disana ada Presiden Jokowi yang membuka acara Festival dan
Seminar. Dihadapannya turut hadir perwakilan guru dan siswa semua sekolah se
Kabupaten Muna dan Sulawesi Tenggara. Sejak 2 hari sebelum acara, penduduk Kota
Raha dan Kabupaten Muna sibuk menghiasi lorong-lorong. Ini akan jadi
pemandangan menarik buat para tamu atau turis yang datang sebelum acara.
Payung diganti dengan Layang-layang yang menghiasi jalan |
Ketika
turis atau tamu melintas tuk sekedar jalan-jalan dalam kota, mereka akan
disambut senyum ramah masyarakat dan serbuan ajakan selfie. Oh, sungguh indah
kotaku, ketika hari acara, jalan-jalan dalam kota dihiasi layangan warna warni
diatasnya. Saat malam tiba layangan-layangan itu menyala dan menghiasi langit
yang gelap gulita.
Sebelumnya
para tamu undangan yang baru datang, disambut dengan silat Muna. Setiap
perwakilan kelompok akan dipakaikan sarung Muna dan diajak duduk untuk ritual
baca-baca tola bala. Itu semua untuk menghindarkan mereka dari segala keburukan
dan bahaya selama mereka berada di Muna. Tak jauh dari tempat acara seminar dan
festival, terdapat pusat informasi wisata, yang menyediakan srmua informasi
wisata Kab. Muna.
Tentu
acara ini akan sangat ramai. Apalagi selama acara berlangsung semua sekolah
diliburkan dari kegiatan belajar mengajar, dan para siswa difokuskan untuk
ambil bagian dalam acara Festival atau Seminar. Sedangkan untuk anak TK, PAUD
dan SD dibuatkan perlombaan melukis pada layang-layang. Untuk lebih
memeriahkan, disiapkan 1000 baju yang dibagikan gratis pada masyarakat untuk
dipake pada saat acara.
Tak
terbayangkan berapa banyak layang-layang akan dibuat untuk mensukseskan acara
tersebut. Mungkin akan butuh sekitar 10.000 layang-layang, dan semoga ini akan
memecahkan rekor pembuatan layang-layang terbanyak yang melibatkan banyak
pembuat layang-layang dari Muna, atau Sulawesi Tenggara atau bahkan seluruh
Indonesia.
Acara
besar ini kemudian akan menjadi panggung bergengsi buat makanan khas Muna.
Mulai dari olahan makanan laut sampai hasil kebun, semuanya akan disajikan
dengan sebaik-baiknya demi memuaskan lidah para tamu dan pengunjung pada acara
ini. Ada ikan parende dan juga ayam parende dengan kuah bening dan bumbu khas,
ditambah daun kedondong yang siap menggoyang lidah.
Tak
ketinggalan sayur bening atau kadada katembe dengan bahan utama daun kelor yang
kaya akan vitamin, akan diperkenalkan pada acara ini. Khusus untuk kelor, sudah
seharusnya mendapat panggung spesial. Lewat acara sonde kadada massal yang
diikuti ratusan orang, akan lebih memeriahkan acara MIKF.
Hanya
membayangkannya saja, acara itu sudah sangat meriah, apalagi kalau sampai
terlaksana. Mungkin tidak semua akan sependapat dengan itu, apalagi mendengar
besaran biaya yang dibutuhkan. Dan bahasa sinis plus pesimispun muncul
"acara besar hanya buang uang, sementara rakyat Muna masih miskin".
Saya hanya mau bilang, Muna butuh ledakan besar untuk maju dan berkembang,
bukan kegiatan biasa yang tidak punya kesan luar biasa yang kelak akan
disesali.
Saya
ingin mewakili seorang dari Jerman bernama Wolfgang Bieck, untuk menyampaikan
kesimpulan dari hasil ziarahnya ke Gua Layang-layang di Muna sekitar tahun
2001-2002. Bieck mengatakan "Lukisan Muna bersifat prasejarah dan unik,
rupanya tua atau kuno, dan jika ratusan atau lebih sampai dua ribu tahun, itu
merupakan catatan sejarah yang berharga".
"Jika
di sisi lain, gambar itu bisa Secara ilmiah bertanggal lebih dari 2.400 tahun,
sehingga melampaui usia yang merupakan hasil rekaman tertua untuk layang-layang
di China, nampaknya akan membuktikan bahwa kepulauan Melayu dan Oceania yang
berdampingan adalah wilayah dimana layang-layang itu diciptakan. Ini akan
membuat lukisan ini menjadi harta karun global".
0 comments:
Posting Komentar