Neuroplanologi - Bahagia Untuk Menjadi Kuat

Kota Bahagia adalah Kota yang mampu memberikan kebahagiaan bagi warganya. Saya ingin memulainya dari defenisi yang sederhana tentang Kota Bahagia, sesederhana yang saya pikirkan tentang jalan kebahagiaan.

Urbanisasi dan Masyarakat Kota

Urbanisasi muncul karena ada kebutuhan, begitupun dengan kota sebagai sebuah peradaban. Kota lahir karena kebutuhan, bukan secara alamiah, melainkan dibentuk dengan sengaja oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Neuroplanologi - Jalan Menuju Kota Bahagia / Happy City

Mungkin sudah saatnya sebuah pendekatan baru lahir, dengan memadukan disiplin Planologi dan Neurosains untuk mewujudkan sebuah kota yang bahagia. Dengan kajian yang lebih fokus membahas sebuah perencanaan yang lebih memberikan pengaruh terhadap saraf otak dan membuat manusia lebih bahagia. Semoga tak terlalu dini, saya ingin menyebutnya sebagai NEURO PLANOLOGI.

Silverqueen - Berhenti Menangis

Selalu ada kisah haru pada malam-malam disaat musim hujan yang pernah kita lalui bersama. Kau disana, dan aku disini, hanya kita berdua. Belum cukup setahun kita kenalan, tapi rasanya sudah bertahun-tahun kita berteman. Sangat akrab, dan kau selalu saja buatku rindu.

Pak Udin, Penjaga Tradisi Suku Bajo Mola di Wakatobi

Pak Udin merupakan seorang Suku Bajo yang berasal dari Mola, pemukiman suku bajo terbesar didunia yang berada di Pulau Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi. Layaknya suku bajo yang selalu dikatakan dalam berbagai literatur, pak udin sangat menggantungkan hidupnya pada laut.

Jumat, 31 Januari 2020

Jagung Muna, Makin Tua Makin Nikmat

(Sumber Gambar : Jendelasultra)
Pohon jagung diseberang jalan, tingginya sudah seukuran pinggang orang dewasa. Padahal baru sebulan ditanam, tapi dia tumbuh dengan sangat cepatnya. Kuingat akhir tahun lalu saat pertama pucuknya muncul, dengan malu-malu dia perkenalkan diri pada para pelintas dijalan sana. Sekarang dia cukup tinggi, mungkin sebentar lagi akan berbuah.

Sepetak tanah kosong itu kira-kira berukuran 25 x 15 meter. Beberapa bulan lalu hanya tanah kosong yang ditumbuhi rumput liar, dengan beberapa pohon pisang dan serumpun pohon bambu. Tak terlalu bersih, meski terkadang menerima nasib menjadi tempat pembuangan sampah sementara.

Tanah itu milik perusahaan swasta pelat merah penyedia layanan internet, kata seorang penjaga. Rencananya akan dibanguni rumah untuk penjaga, biar lebih muda memantau dan menjaga keamanan bangunan serta peralatannya. Namun sampai sekarang rencana itu tidak terealisasi. Dan akhirnya menjadi kebun jagung yang hijau.

Jagung Muna atau jagung kampung, begitu orang muna sering menyebutnya, untuk membedakan dengan jagung kuning atau jagung manis. Berarti jagung kuning bisa dibilang jagung kota?, ya, mungkin juga begitu. Karena jagung kuning atau jagung manis paling sering didapati di kota, seperti Kendari dan Makassar. 

Khusus Makassar, selama 10 tahun hidup disana hampir tak pernah saya jumpai jagung kampung. Melainkan jagung kuning, hampir tiap hari ketemu. Kadang dia mengambil peran sebagai perkedel jagung, kadang juga mengisi peran sebagai salah satu karakter dalam sayur asam.

Paling sering ketika sedang mentas sendirian dipinggir jalan-jalan Kota Makassar saat malam hari. Dengan rasa yang cukup beragam, dia hadir dalam berbagai bentuk yang istimewa. Ada rasa keju jagung bakar keju, ada rasa berbekiu jagung bakar bbq, dan ada juga rasa original. Jagung bakar biasa hanya diolesi mentega.

Jagung kampung berbeda dengan jagung manis dalam beberapa hal. Kalau pohonnya mungkin sama, daunnya juga, hijau memanjang. Tentang bulu-bulu halus dibagian ujung yang berwarna coklat, saya yakin pasti sama. Kecuali kalau itu tumbuh dibagian yang lain, yang mungkin, ah sudahlah.

Usia panen jagung muna cukup cepat, yaitu 2 bulan sudah bisa dipanen. Pada usia 70 hari, jagung sudah cukup tua dan biji jagung sudah mulai mengeras. Biasanya jagung tak dibiarkan sampai tua, kecuali untuk persediaan bahan makanan. Jagung yang masih muda rasanya lebih enak jika direbus, orang muna menyebutnya Kampirodo.

Selain direbus, jagung muda juga dapat diolah menjadi makanan lain dengan cara ditumbuk bijinya, atau diparut dari tongkolnya. Setelah itu adonan biji jagung dipisahkan, bagian satu dicampur gula pasir dan bagian lain dicampur gula merah. Pabila kalian melihat ada yang melakukan hal itu, berarti dia sedang membuat katumbu.

Katumbu ada 2 macam berdasarkan warna dan campuran gulanya. Adonan yang dicampur gula pasir untuk katumbu putih, dan adonan yang dicampur gula pasir serta gula merah untuk katumbu gola. Dan saya lebih suka katumbu gola, titik.

Meski jagung manis punya rasa lebih manis dari jagung muna, jagung manis masih tidak cocok dibuat katumbu. Karena kulit halus yang melapisi biji jagung manis sedikit lebih kuat dan tidak mudah halus saat dikunyah. Berbeda dengan kulit halus pada biji jagung Muna yang sangat lembut dan mudah halus saat dikunyah.

Hal lain yang membedakan jagung manis dengan jagung Muna, jagung manis tongkolnya lebih panjang dan jagung muna tidak. Biji jagung manis sedikit lebih besar dari jagung Muna. Dan waktu panen jagung manis sedikit lebih lama daripada jagung Muna. Jagung manis butuh waktu 3 bulan atau 90 hari untuk panen, sedangkan jagung Muna butuh waktu 2 bulan atau 60-70 hari.

Dalam beberapa tahun terakhir, daerah ini sedang menikmati hasil jagung manis dari para petani di Desa Wakadia Kecamatan Watopute. Konon hasil dari menanam jagung kuning itu, beberapa petani Wakadia sudah bisa ketanah suci untuk berhaji. Karenanya, geliat menanam jagung kuning saat ini sedang tinggi-tingginya.

Saya sendiri sampai heran ketika pertama kali ke Desa Wakadia. Ada sebuah pondok kayu kecil, berbentuk panggung didepan beberapa rumah warga. Kutanya seorang warga sana, dari dia kutau kalau itu tempat penyimpanan jagung kuning setelah dipanen. Sebelum jagung-jagung itu dimasukan kemesin untuk memisahkan biji jagung dari tongkolnya.

Ada satu hal paling mencolok antara jagung Muna dan jagung manis ketika jagung sudah tua. Kalau jagung manis sudah tua bijinya berwarna orange, sedang jagung muna yang sudah tua bijinya berwarna kuning pudar agak keputih-putihan. Biji jagung manis yang sudah tua lebih keras daripada jagung muna, karenanya jagung jenis ini tidak dikonsumsi saat tua.

Terkait hal itu cukup banyak petani yang mengeluh, karena ketika tua, biji jagung kuning tak laku dijual untuk dibuat kambuse. Kalaupun laku, harganya menjadi lebih murah dari jagung Muna. Karena jagung manis yang tua hanya menjadi pakan ternak, sedang jagung muna yang tua masih bisa dibuat makanan pokok pengganti nasi.

Namanya Kambuse. Makanan khas Muna yang dibuat dari biji jagung Muna yang sudah tua. Biji jagung dilepas dari tongkolnya, kemudian direbus lama dengan campuran garam dan kapur sirih secukupnya.

Menyantap kambuse akan makin lengkap dengan ikan kaondo yang dilumuri minyak kelapa, ditambah sedikit perasan jeruk nipis dan cabe rawit. Ah, sungguh tidak cukup hanya dengan menceritkannya, kalian harus datang di Muna dan merasakan sendiri. 

Mai Te Wuna...

Senin, 27 Januari 2020

La Bagel, Kisah Seekor Kucing Burik

Saya membuka pintu depan, melihat kekanan kiri, kesegala sudut mencari-cari dirinya. Kupanggil dia dengan panggilan yang biasa. Barangkali dia hanya sedang jalan-jalan dirumah tetangga atau bercengkrama dengan temannya kucing liar dijalan sana. Kucing kesayangan kami biasanya begitu, paling bentar malam datang juga.

Mungkin saja para netizen ada yang liat, warnanya putih dan burik dengan belang-belang hitam. Kalau makan tak gunakan tangan, kalau minum suka tak pakai gelas. Kalau kalian liat ada yang kencing dimotor, dinding, pagar, pohon atau mobil, tolong kasitau cepat karna itu dia, kucing.

Panggil dia Bagel, jangan panggil "ckckck" apalagi panggil "pusi". Itu nama lamanya, sebelum dia kecewa karena ditinggal pengasuh yang sering memandikan dan memberikannya makan. Hanya karena satu kesalahan biasa, masuk kerumah dan mengambil sepotong besar ikan bandeng milik ibu polisi. Dan dia pun kehilangan kasih sayang.

"Tapi itu bukan kesalahan biasa", mungkin kalian coba memprotes. "Apalagi kalau ikan bandengnya cukup besar, baru habis dibakar, masih panas dan pak polisi tak jadi makan siang". 

Trus, itu kesalahan besar?, atau kesalahan luar biasa mungkin?. Bukannya kucing memang selalu begitu, mana ada kucing lapar akan diam menunggu sedang didepannya ada ikan bakar nikmat dan lezat. Seperti kata temanku Abhil ke Cawang, mana mungkin kucing lapar disuruh jaga ikan.

Sekarang dia bersama kami, menjadi kucing kesayangan yang tak ada saingan. Nama Bagel dia peroleh dari anak kami yang saat itu lagi menonton kartun jepang "Rudolf Black Cat". Kucing hitam kecil yang kesasar jauh dari rumah dan bertemu kucing jalanan berbulu tebal mirip harimau. Namanya Taiger, mantan kucing rumahan yang ditakuti semua kucing liar di jalanan.

Tutano yang baru 2 tahun baru bisa menyebut Bagel untuk kata Taiger. Akhirnya dia memanggil kucing kami itu dengan nama Bagel, dan nama itu pula yang buatnya dikenal tetangga yang juga ikut memanggilnya Bagel.

Seperti biasa, sehabis makan malam saya membuatkan makanan untuknya. Nasi putih dan sepotong bagian kepala ikan cakalang (kerabat ikan tuna) dicampur secara merata dengan sedikit tambahankuah ikan tumis. 

Kupanggil, dia tak ada, tak menjawab juga tak datang. Tak biasanya dia  melewatkan makanan lezat ini saat malam sebelum tidur. Sampai larut malam sebelum kami tidurpun dia masih belum juga datang.

2 hari tak melihatnya sudah cukup membuat kami sedikit gelisah. Biasanya kucing yang sakit parah, sudah tua dan akan meninggal, pergi menjauh dari tuannya, sampai bangkainya tak pernah lagi ditemukan. Kami cukup punya pengalaman dengan 5 ekor kucing peliharaan kami sebelumnya.

Dua diantaranya keracunan dan pergi entah kemana, sampai sekarang tak pernah lagi kelihatan. Seekor lainnya namanya La Premat, ditemukan sudah meninggal digot bawah jembatan depan rumah mertuaku. Dan sekarang La Bagel.

La Bagel mungkin bukan Bob, yang terkenal di inggris dan kisah hidupnya diangkat menjadi sebuah film, "A Street Cat Named Bob". Tapi La Bagel cukup mengenal kami, dan akan langsung ikut pulang ketika melihat motor kami dijalan. Ketika pulang karena beberapa malam nginap dirumah orang tua, dia sudah ada didepan pintu menunggu kami.

2 hari berlalu sejak terakhir kami melihatnya, tiba-tiba dia muncul dari samping rumah. Kulihat badannya yang sedikit kurus, entah apa yang terjadi padanya saat diluar sana. Kubuatkan sedikit makanan baru untuknya, tapi tak dihabiskan. 

Melihat kondisi La Bagel, hanya satu hal yang mungkin telah terjadi, dan itu akan membuat kucing jantan sepertinya jadi tak betah tinggal lama dirumah. Musim kawin telah datang. Semoga sukses kawan.

Jumat, 24 Januari 2020

2 Hadiah Besar dari Syarifuddin Udu untuk Muna & Indonesia

Selamat datang 2020 dan selamat tinggal tahun 2019. Euforia tahun baru mungkin sudah lewat, dan banyak kenangan ditahun sebelumnya yang juga sayang tuk dilupakan. Saat banyak orang berharap perbaikan hidup ditahun 2020, Syarifuddin Udu menjawab dengan memberikan hadiah besar bagi para pahlawan dan masyarakat Desa ditanah kelahirannya.

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, entah mulai kapan kalimat itu didoktrinkan penguasa negri ini kepada para guru. Beruntung nasib para guru yang bersertifikat, tapi Tentang kesejahteraan guru honorer, sampai saat ini masih menjadi permasalahan besar yang harus diselesaikan pemerintah dari pusat sampai daerah.

Banyak kasus menceritakan keluhan para guru honorer yang memiliki beban kerja besar, tapi tak diimbangi dengan gaji yang layak. Yang lebih mengharukan dan mengetuk sisi terdalam kemanusiaan kita, adanya kisah tentang kesetiaan guru honorer yang rela mengajar meski kerap kali tak mendapat upah.

Mungkin mereka-mereka itulah yang paling pantas menyandang status pahlawan tanpa tanda jasa. Tapi apakah pahlawan juga tak butuh makan?, apakah pahlawan tak punya suami/istri juga anak. Dan balasan yang baik untuk menghargai jasa pahlawan yaitu dengan memberikan penghidupan bagi keluarganya.

Untuk memperbaiki hal itu dan demi memutus mata rantai sebuah sistem yang terlanjur mengeksploitasi para manusia dengan slogan pahlawan tanpa tanda jasa, maka Syarifuddin Udu memberikan 2 Hadiah besar.

Yang pertama yaitu peningkatan kesejahteraan Guru Honorer Kabupaten Muna dan se Indonesia  melalui peningkatan upah. Setelah melalui pengkajiam di internal Kemendagri, Syarifuddin kemudian mengundang Mentri Pendidikan untuk membicarakan masalah kebutuhan hidup para guru honorer. Dan hasil dari pertemuan itu, Mentri Pendidikan mensepakati KENAIKAN GAJI UNTUK SEMUA GURU HONORER, MINIMAL SESUAI DENGAN UMR atau UMK (Upah Minimum Kabupaten).

Yang Kedua, Dana Desa yang berasal dari Kementrian Desa mulai tahun 2020 ini akan langsung ditransfer ke rekening Desa, tanpa melalui Kabupaten. Tujuannya tidak lain untuk memangkas birokrasi dan mencegah terjadinya penumpukan anggaran DD di Kabupaten. Karenanya mulai tahun 2020 ini Kemenkeu akan langsung mentransfer DD ke Rekening tiap Desa.

Kebijakan ini tentunya akan mengurangi potongan-potongan yang selama ini sering terjadi. Sehingga Desa bisa menerima Dana Desa tanpa dipotong oleh oknum didaerah, dan menggunakannya secara maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.

Dua kebijakan tersebut merupakan terobosan Syarifuddin Udu selaku Dirjen Bina Keuangan Daerah dan perwakilan Kementrian Dalam Negri. Mungkin belum banyak dari kita yang tau kalau Kementrian Dalam Negri semacam Induk dari semua Kementrian dalam Kabinet. Karenanya Kemendagri juga memiliki Direktorat yang khusus menangani segala hal berkaitan dengan Keuangan Daerah. 

Direktorat Jenderal (Ditjen) dipimpin oleh seorang DIRJEN atau Direktur Jenderal, dan inilah jabatan yang dipercayakan Presiden Jokowi pada Drs. Syarifuddin, MM saat ini. Karenanya kita sebagai orang Muna sangat patut bersyukur karena ada 1 orang Muna yang dapat menjadi Dirjen Bina Keuangan Daerah di Kementrian paling penting di Negri ini.

Semoga kita tidak lagi bertanya apa yang telah diperbuat Syarifuddin Udu ketika dirinya menjabat sebagai Dirjen Bina Keuangan Daerah di Kemendagri.

Neuroplanologi - Jalan Menuju Kota Bahagia / Happy City

Ilustrasi, buku Charles Montgomery
Kota merupakan puncak peradaban manusia, yang memperlihatkan semua capaian-capaian manusia modern lewat bangunan-bangunan juga fasilitasnya. Penyedia layanan jasa juga, mencapai puncaknya dalam merespon kebutuhan masyarakat kota yang kian modern, dengan berbagai layanan kemudahan dan kenyamanan. Dan akhirnya kota menjadi tujuan utama perpindahan manusia.

Dengan kenyamanan dan kemudahan yang ditawarkan, kota seharusnya dapat membuat penduduknya lebih bahagia. Sebagaimana tujuan sebuah kota yang dimaksud Al-Farabi dalam Al-Siyasah Al-Madaniyyah, (dikutip dari Moh. Muttaqin Azikin dalam Menjadi Seorang Planolog). "Kota utama (al-Madinah al Fadhilah) adalah kota yang - melalui komunitas yang ada didalamnya-bertujuan untuk bekerjasama dalam mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya".

Hal ini sejalan dengan yang dianjurkan 2 agama terbesar didunia, Islam dan Nasrani. Kedua agama ini sepakat dalam mengajarkan bagaimana supaya manusia mendapat kebahagiaan didunia. Seperti pada Agama Nasrani, terdapat beberapa ayat dalam perjanjian lama berkenaan dengan kebahagiaan, antara lain ; 

Mazmur 128 : 1-2, "Berbahaigalah setiap yang takut akan tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukan-Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu".

Amsal 14 : 21, Siapa menghina sesamanya berbuat dosa, tetapi berbahagialah orang yang menruh belas kasihan kepada orang yang menderita. 

Pengkhotbah 7 : 14, Pada hari mujur, berbahagialah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang ini pun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya.

Pada Agama Islam pun demikian, terdapat banyak ayat-ayat Al Quran yang menyeru manusia untuk hidup bahagia, diantaranya sebagai berikut :

(Surah 2 : 189) Bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu berbahagia.

(Surah 3 : 200) Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah, saling menyabarkan, dan perkuat persatuanmu supaya kamu berbahagia.

(Surah 7 : 69) Kenanglah anugerah-anugerah Allah supaya kamu berbahagia.

(Surah 62 : 10) Apabila selesai shalat, menyebarlah di muka bumi. Cari anugerah Allah dan ingatlah Allah yang banyak supaya kamu berbahagia.

Selama puluhan bahkan ratusan tahun, konsep pembangunan kota ditujukan untuk menjawab tantangan zaman. Seperti kota hijau dan kota tahan bencana, yang berbasis mitigasi. Smartcity yang berbasis teknologi, juga agropolitan dan minapolitan yang berbasis potensi wilayah. 

Apabila melihat kondisi Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir, agaknya konsep perencanaan lebih dititik beratkan pada upaya mitigasi bencana. Baik itu bencana alam seperti banjir, longsor dan gempa bumi, maupun bencana global yang saat ini tengah mengancam bumi dan seluruh mahluk hidup didalamnya. Yaitu Pemanasan Global. Untuk merespon kondisi itu dan melakukan mitigasi, maka lahirlah konsep Kota Hijau atau Green City dan Kota Tanggap Bencana.

Bagaimana dengan Kota Bahagia atau Happy City?. Sepertinya topik itu masih jarang dibicarakan para perencana di Indonesia. Para calon perencana dikampus-kampus lebih sibuk membicarakan proyek. Sebagian para pengajar juga lebih sering memasukan unsur proyek dalam dunia akademik, sehingga sangat wajar para perencana hari ini hanya membicarakan dunia perencanaan kaitannya dengan proyek.

Disiplin ilmu perencanaan yang seharusnya memfokuskan kajian secara berimbang pada aspek sosial dan spasial, sepertinya tak diminati lagi. Pengembangan metode penelitian dan alat-alat analisa untuk meneliti kondisi masyarakat dan memperoleh informasi statistik mengenai kebutuhan utama masyarakat kota, seperti tak begitu diminati.

Akhirnya mempelajari GIS serta aplikasi pemetaan lainnya menjadi sebuah tren perkembangan mahasiswa perencana yang melek teknologi. Anak plano harus bisa GIS, stigma itu yang terus terbangun dan anak Plano hanya akan berakhir menjadi pembuat atau penggambar peta. 

Ditengah kondisi yang makin mencemaskan itu Charles Montgomery hadir dengan konsep Happy City, yang seakan meneruskan cita-cita Al Farabi yang ingin menciptakan Kota Bahagia. Dengan mengutip pandangan Aristoteles, Montgomery mendefinisikan kebahagiaan bukan hanya mendapatkan kesenangan, tetapi tentang menjadi anggota masyarakat yang aktif. "Efek psikologis paling penting dari kota adalah cara di mana itu memoderasi hubungan kita dengan orang lain".

Montgomery secara aktif melakukan penelitian terhadap masyarakat kota, untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan masyarakat. Selain itu komunikasi dengan para stakeholder pembangunan kota pun dibuka lebar, dan montgomery mendapat banyak masukan mengenai kota bahagia dari berbagai ahli. Beberapa arsitek menjawab bahwa itu semua tentang estetika. Beberapa insinyur lalu lintas mengatakan itu tentang tingkat layanan - yaitu, seberapa efisien mereka dapat menggerakkan mobil.

Dan begitu seterusnya, para ahli saling berdebat panjang untuk mempertahankan pendapatnya masing-masing. Montgomery menengahi, langkah pertama dalam merencanakan kota yang lebih bahagia tidak ada hubungannya dengan desain. Itu tidak ada hubungannya dengan bangunan atau jalan atau pohon atau sepeda. Langkah pertama adalah menyepakati apa yang penting untuk kesejahteraan. 

Montgomery dan tim nya memberikan defenisi tentang kebahagiaan kota mencakup 3 aspek yang saling tumpang tindih. Pertama Kesejahteraan subyektif, adalah jumlah penilaian orang tentang keadaan kebahagiaan mereka sendiri, baik pada saat tertentu, atau dengan kehidupan mereka. Kedua Kesejahteraan psikologis, menggambarkan sejauh mana orang menjalani potensi penuh mereka, menggunakan keterampilan dan perasaan mereka seolah-olah mereka berhasil. Ketiga Tahun hidup sehat, menggambarkan kebanyakan orang mengatakan mereka ingin menikmati umur panjang.

Montgomery memandang kebahagiaan saling berhubungan dengan kesejahteraan. Dengan melakukan penelitian mendalam dan memeriksa bukti dari kesehatan masyarakat, ilmu saraf, sosiologi, ekonomi perilaku dan psikologi lingkungan, mereka kemudian menghasilkan resep yang cukup kuat untuk kebahagiaan perkotaan. Mereka menyebut resep ini sebagai roda kesejahteraan dengan sembilan prinsip utama kesejahteraan kota. 

Sembilam prinsip yang dimaksud adalah : Kebutuhan Inti, Hubungan Sosial, Kesehatan, Ekuitas dan Status Relatif, Kemudahan, Sukacita, Arti dan Milik serta Ketahanan.

Tentu saja ada banyak cara yang bisa digunakan untuk membuat orang bahagia dan mengukur tingkat kebahagiaan seseorang. Banyak variabel yang bisa dikembangkan untuk mengetahui faktor dominan kebahagiaan. Tapi ada sebuah kepastian dalam ilmu neurologi yang dapat membuat manusia bahagia, yaitu ketika tubuh manusia memproduksi hormon kebahagiaan.

Kita dapat memulai kajian atau penelitian mengenai Kota Bahagia/ Happy City, dari mengenal 4 Hormon kebahagiaan tersebut, yaitu Hormon Dopamin, Endorfin, Serotonin dan Hormon Oksitosin. Mengenal 4 Hormon ini akan membawa para perencana (planner) masuk kedalam dimensi baru Neurosains, yang memperlihatkan bagaimana sel-sel saraf otak dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Bagaimana melihat Kesedihan, kebahagiaan, keyakinan, rasa cinta dan juga amarah, sebagai sebuah peristiwa yang terjadi di otak.

Mungkin sudah saatnya sebuah pendekatan baru lahir, dengan memadukan disiplin Planologi dan Neurosains untuk mewujudkan sebuah kota yang bahagia. Dengan kajian yang lebih fokus membahas sebuah perencanaan yang lebih memberikan pengaruh terhadap saraf otak dan membuat manusia lebih bahagia. Semoga tak terlalu dini, saya ingin menyebutnya sebagai NEURO PLANOLOGI.

Penulis : Laode Muh. Azis Syahban, H

***
Referensi :
Meraih Kebahagiaan - Jalaluddin Rakhmat
Menjadi Seorang Planolog - Mohammad Mutaqin Azikin
Esai Sembilan bahan penting untuk kota yang lebih bahagia dan lebih sehat - Charles Montgomery
Jurnal Otak dan kota ; ilmu saraf dan budaya pengambilan keputusan - Steven Johnson
www.thehappycity.com

Para Pejuang TFL TPS 3R

sedang mengikuti tes mandiri
Handphoneku berbunyi, disana terlihat nama yang sangat akrab sedang memanggil. Hanya sekedar menanyakan apakah saya mendaftar sebagai fasilitator lapangan, dia repot menelpon siang ini. Dan saya memberikan jawaban yang buatnya sedikit kecewa, karena tak bisa ikut dalam tes mandiri bersamanya.

Diatas sana awan sedang tak bersahabat, sedikit mendung tapi tak menunjukan tanda-tanda akan turun hujan. Kunyalakan motor dengan harapan tidak akan terjadi hujan, karena proyek jalan warangga sementara dalam proses pengerjaan. Ah, kembali kuingat status Facebook temanku, "Mendung tak berarti hujan, apalagi kalau lagi ada proyek".

Saya pergi dengan keyakinan yang bulat tak akan terjadi hujan. Karena tak ikut mendaftar, saya juga tak ikut tes mandiri. Tapi saya sedikit penasaran, apakah tes mandiri yang dikatakannya ditelpon tadi. Barulah saya tau ketika sampai dirumahnya, dan kutanyakan padanya.

Tes mandiri merupakan tes seleksi online yang dilakukan sendiri dengan peralatan sendiri. Sepertinya ini akan berjalan lancar kataku dan teman lain bisa ikut membantu sementara salah satu dari mereka mengikuti tes. 

Usai menyusun rencana, kami bergegas menuju lokasi tes yang juga merupakan rumah mertua teman kami, namanya La Sabara. Siang ini 3 orang teman akan mengikuti tes, La Pala, La Jahar dan La Anto. Setelah persiapan selesai, laptop yang sudah terhubung wifi juga sudah siap, La Pala maju lebih dulu.

Terdengar ekspresi santai dari suaranya, tapi wajahnya tak bisa menyembunyikan sedikit ketegangan dan rasa kurang percaya diri. Apalagi ketika login, koneksi internet tak terlalu baik, butuh waktu cukup lama untuk mengisi data dan membaca panduan tes sebelum memasuki halaman tes.

Tes pun dimulai ketika jendela soal mulai terbuka. Soal pilihan ganda berjumlah 30 soal dengan durasi waktu hanya 30 menit. Artinya hanya butuh waktu 1 menit untuk menyelesaikan 1 soal, pikirku. Rencana pun mulai bekerja, setiap teman mencari jawaban di google untuk tiap soal yang ditentukan.

Semakin kebawah semakin terarah soalnya, yaitu mengenai TPS 3R atau Tempat Pembuangan Sementara sampah berbasis 3R (Reduce, Recycle, Reuse). Beberapa soal kutau pasti jawabannya, karena beberapa tahun lalu saya pernah mengerjakan Masterplan  Pengelolaan Sampah salah satu Kabupaten di Provinsi Gorontalo.

Seperti batas akhir Jaktranas yaitu sampai dengan tahun berapa, itu menjadi salah satu soal tapi dengan pilihan ganda. Trus perbedaan Bank Sampah dan TPS3R secara pengelolaannya, dan ada beberapa juga yang cukup samar-samar dalam ingatanku. Beruntung ada beberapa kepala yang membantu, jadi ketegangan ikut kami rasakan meski bukan sebagai peserta.

Kulihat waktu dibagian kiri monitor laptop, waktu tersisa hanya tinggal 2 menit. Untungnya semua soal sudah terjawab, hanya tinggal mengklik ya kemudian kirim. Tapi La Pala tak melakukannya, menurutnya tak dilakukan pun itu akan otomatis terkirim saat waktu habis. Saat dia sibuk memotret soal-soal, waktu habis sedang dimonitor terdapat pemberitahuan anda tidak mengikuti tes kembali.

Akhirnya dia pun panik, karena tak bisa melihat nilainya. Dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa itu akan otomatis tersimpan pada server panitia seleksi, tinggal menunggu pengumuman untuk wawancara. Kulihat kembali dirinya yang mulai gelisah, merasa belum puas karena tak dapat melihat nilai akhirnya.

Untuk alasan itu dia sabar menunggu peserta berikutnya, supaya menyelesaikan soal dan mengklik ya kemudian kirim. Dia hanya ingin tau apa yang terjadi dengan itu. Dan ternyata hasilnya memang beda. Mengklik "Ya" kemudian "Kirim" ketika selesai menjawab, membuat kita dapat melihat nilai dari jawaban.

Ah, Untung saja saya tak ikut tes Tenaga Fasilitator Lapangan bidang persampahan ini. Seandainya ikut, saya takut akan melukai hati teman-teman  karena mungkin akan mendapat nilai "90". Semoga salah satu dari mereka lulus daalam tes ini. Harapanku semua bisa lulus, dan bekerja sebaik-baiknya mengembangkan TPS3R, supaya masalah sampah kota bisa sedikit teratasi.

Selamat berjuang kawan...

Minggu, 05 Januari 2020

Silverqueen - Oreo #2

Yang buatku tak percaya pada kisah itu, karena Ghadeh yang tak menyukai pria botak. Sedangkan Mustafa Chamran seorang lelaki botak dibagian tengah kepalanya. Ghadeh sadar akan hal itu setelah beberapa lama mereka menikah dan teman ghadeh menanyakan.

"Bukankah ghadeh tak suka dengan pria botak". 
Ghadeh menjawab "iya memang aku tak suka". 
Temannya balik bertanya, "bukannya Mustafa Chamran lelaki yang botak?". 

Ghadeh malah bingung tak percaya. Sampai dipanti, dia menemui Chamran dan memastikan hal itu. Dan ternyata Chamran memang botak. Aneh kan?. Kutanya Bara tapi dia juga bilang tak tau pasti tentang itu, masa sih dizaman seperti sekarang ini masih ada yang seperti itu. Kalau Ghadeh disantet mungkin saya percaya, tapi itu tak mungkin. Karena kata Bara, Chamran itu seorang yang agamais, hidupnya sangat pas-pasan dan sangat taat beragama. Tak mungkin baginya menggunakan cara kotor untuk memikat hati perempuan. Untuk mengecek kebenaran cerita itu, saya minta dipinjamkan bukunya, "sekalian saja dibawa besok sore", kataku sebelum percakapan kami berakhir.

Pagi ini cerah, saya menuju kampus cukup pagi karena ada janjian dengan dosen pembimbing tuk membahas judul skripsi yang kuajukan. "Kiri daeng", dan angkot berwarna biru langit berhenti sebelum pintu masuk kampus. Setelah menyerahkan 3 lembar uang seribu, saya memasuki area kampus dengan langkah yang sedikit terburu-buru. Kuliat jam ditangan kiriku telah menunjukan pukul 8.29 pagi, semoga pak dosen mentolerir keterlambatanku yang hanya beberpa menit. Kumasuk lift dengan cepat, tanpa menunggu langsung kupencet nomor 6, Artinya menuju lantai 6. Setelah sampai di lantai 6, saya melangkah keluar secepat kilat menuju ruang jurusan. 

Disana sudah ada ibu sekretaris jurusan sedang merapikan berkas-berkas yang tak begitu berantakan. Kutanya dosen pembimbingku padanya, dan dia belum datang, kesal jadinya. Malah dia yang terlambat, padahal saya cukup panik kalau sampai terlambat dari waktu yang ditentukan, yakni pukul 8.30. Kurebahkan diriku dikursi depan jurusan, lemas rasanya, setelah terburu-buru ternyata masih harus menunggu juga. Kembali kulihat tangan kiriku dan waktu telah menunjukan pukul 8.35. Sudah lewat 5 menit dari kesepakatan, dan pak dosen belum juga datang.

Kuambil smartphone dari dalam tas. Saya membuka Facebook sekedar ingin membunuh rasa bosan. Kubiarkan diriku keasyikan tenggelam dalam Facebook. Ada banyak status lucu juga tragis karena putus cinta, para Facebookers sepertinya tak malu mengungkap perasaannya didinding mereka. Lucu saja, saya jadi senyum-senyum sendiri saat membacanya. Tiba-tiba panggilan dari ibu sekjur terdengar, sangat jelas ketika kudengar namaku disebut, semoga saja pak dosen sudah sampai. Dan ternyata benar, pak dosen sudah duduk disitu selama beberapa menit, mungkin karena keasyikan bermain Facebook saya tak menyadari kehadirannya.

Awalnya saya sedikit gerogi, saat pertanyaan pertama dosen pembimbing diarahkan padaku. Ketika selesai menjawab, meski dengan sedikit terbata, sayapun menjadi rileks kembali. Huuf, beberapa menit yang sedikit melelahkan, tapi puas rasanya. Akhirnya judulku mendapat persetujuan dosen pembimbing, artinya hari ini saya harus fokus mencari referensi dan mulai menyusun skripsi. Kubawa perasaan bahagiaku sampai kekantin, dan mengisi perut yang sudah mulai keroncongan karena belum sarapan sejak pagi tadi.

Tau tidak, orang pertama yang tau berita bahagia ini langsung dariku adalah Bara. Sesaat setelah sarapan dikantin, saya mengabarinya lewat sms, dan dia mengucapkan selamat buatku. Senang rasanya. Tak berapa lama, teman-temanku berdatangan, mereka mulai memenuhi kantin dengan muka berseri-seri. Seperti saya, judul yang mereka ajukan akhirnya mendapat persetujuan dosen pembimbingnya masing-masing. Siang itu kami tertawa sepuasnya, kantin jadi ramai dan bunda pemilik kantin sesekali melihat kearah kami dengan senyum bahagia.

Hari mulai sore dan waktu shalat Ashar telah tiba. Saya meminta ijin pada teman-teman untuk pergi menunaikan shalat ashar di masjid samping kampus. Dari sini masjid sudah terlihat, letaknya tak begitu jauh hanya dipisahkan kanal besar dengan lebar hampir 20 meter. Diatasnya ada jembatan penyeberangan yang terbuat dari kayu keras dan terikat kokoh oleh kawat besi tebal. Sebenarnya cukup menyeramkan, kalau temanku yang suka usil ikut menyeberang sambil menggoyang-goyang jembatan. Untung saja kali ini dia tak ikut, hanya saya sendiri menyeberang dengan tenang diatas jembatan kayu.

Setelah mengambil air wudhu saya memakai mukenah yang selalu kubawa dalam tas, melapisnya dengan baju yang kupakai. Di masjid ini selalu ada shalat jamaah yang selalu ramai oleh para mahasiswa dan mahasiswi. Biasanya ada kelompok kajian kecil yang terbentuk secara spontan diteras masjid sehabis shalat. Saya pernah mengikutinya sekali, setelah itu belum pernah lagi.

Habis shalat saya duduk sendiri diteras masjid, sambil merapikan mukenah untuk dimasukan lagi kedalam tas. Tiba-tiba seorang teman wanita menghampiriku, mungkin dia sengaja datang karena melihatku sedang sendiri. Dia mengajakku cerita seadanya, kemudian menanyakan keadaanku. Saya jujur saja kalau sedang menunggu seseorang. Diapun maklum dan masih terus menemani, sepertinya dia mengerti keadaanku yang sudah hampir bete menunggu seseorang. "Huh, awas kalau tak datang lagi", gumamku dalam hati.

Bara muncul dari balik tempat wudhu, dia berjalan menuju kearahku dengan sebuah buku kecil ditangan kanannya. Saya menyambutnya dengan senyum terbaikku, kuyakin ini senyum paling manis yang bisa kuberikan padanya sore ini. Setelah membuatku menunggu dan hampir meledak.

"Sudah lama?"
"Iya, malah hampir kering, tanya saja dia" jawabku sambil melihat kearah temanku. Dan temankupun tertawa. Tak berapa lama temanku meminta ijin untuk pulang duluan, mungkin tak enak nanti menganggu.

"Maaf terlambat" kata Bara. Dan dia memberikanku buku kecil yang dipegangnya tadi.
"Iya, kumaafkan dan Terimakasih bukunya"
"Hehe, santai saja"
Haah, santai saja katanya. Memang yang salah siapa, yang terlambat siapa. Huh, dasar.
"Selamat karena judulnya di acc". Sambil memasukan tangannya kedalam tas kecil miliknya, kemudian mengeluarkan sebungkus besar Oreo dan diberikan kepadaku.
"Waduh, Terimakasih banyak"

Sebungkus besar Oreo rasa vanila. Saya tak sungkan menerimanya. Oreo', Sungguh diluar perkiraanku. Nyatanya saya sangat senang dengan hadiahnya. Kembali kulihat matanya dan kuhadiahkan senyum termanis yang kumiliki. Rasanya ingin kusimpan saja Oreo ini untuk kubawa pulang. Kuyakin akan selalu mengingat manisnya hari ini lewat manisnya krim vanila putih didalamnya.

"Oreonya tak dibuka dulu?" tanya Bara tiba-tiba.
"Enak saja, ini kan hadiahku", dan kamipun tertawa.

Sore itu sangat spesial, meski tak banyak yang kami ceritakan, dan Bara tak membacakanku satupun puisinya. Ternyata dia masih menyimpan sebungkus kecil Oreo dalam tasnya untuk kami makan berdua di masjid kampus sore itu. Saya sangat senang, rasanya hari itu hari keberuntunganku karena banyak hal menyenangkan yang kudapati dari pagi sampai malam. Kusimpan nama Bara pada sebuah tempat spesial dalam hatiku. Kuingin selalu mengingatnya dengan Oreo, dan mengenang manisnya hari itu dalam tiap manisnya krim vanila putih yang terasa oleh lidahku.

Dibuka, Dijilat, Dicelupin...

Silverqueen - Oreo #1

Pada suatu hari dimusim panas, saya ingat ada janjian ketemu dengan seorang lelaki. Kami sudah sangat akrab lewat telepon, tapi belum pernah ketemu muka barang satu kalipun. Saya biasa melihatnya melintas begitu saja didepanku, tapi tak pernah sekalipun wajahku dan wajahnya saling bertemu. Mungkin dia juga sering melirikku tanpa kuketahui. Para lelaki biasanya begitu, curi-curi pandang.

Setelah perkenalan yang tak disengaja, kami jadi sering berkomunikasi. Kadang dia menelponku, dan saya juga kadang menelponnya. Tak cukup sering tapi sangat berkesan. Entahlah kenapa bisa begitu, mungkin karena ada kecocokan saja, dan saya cukup merasa nyaman saat bicara dengannya. Namanya Bara, umurnya cuma beda setahun denganku. Rambutnya gondrong dan kriting, pakaiannya serba hitam. Kalian mungkin tak percaya, tapi itu nyata, dari baju, celana, ikat pinggang, tas sampai sandal, semuanya hitam. 

Mungkin dia akan cocok hidup dizaman dulu, zaman dimana papan tulis hitam masih digunakan dan para dosen menulis menggunakan kapur putih, ixixixi. Orang seperti dia sudah barang pasti akan membuat takut para perempuan untuk berada didekatnya.

3 hari yang lalu kulihat rambutnya sudah dipotong, biasanya itu terjadi karena mahasiswa sudah mulai menyusun tugas akhir. Banyak senior yang bilang begitu, karena dosen pembimbing enggan berhadapan dengan mahasiswa gondrong, kata mereka. Kalian percaya?, hmm, saya tidak. Menurutku Bara hanya gerogi saja jika harus bertemu saya dengan penampilan seperti itu. Wkwkwk.

Sebelumnya pernah sekali saya mengajaknya ketemuan, paginya dia bilang oke akan ketemuan nanti sore dikampus. Saat sore, ternyata dia tak datang, saya sempat marah padanya. Kemarahanku redah ketika Bara menjelaskan alasannya, kalau sore itu dia lagi ada kerjaan mendesak. Haah dia kerja, saya cukup terkejut saat tau kalau Bara kerja di konsultan dan sudah terlibat proyek saat semester 5. Huh, mungkin dia cuma berlagak keren. 

Hubungan kami berjalan begitu saja, alamiah tanpa ada seremoni tembak menembak atau katakan cinta seperti reality show di tv. Seingatku Bara tak pernah bilang suka padaku secara langsung, atau menanyakan apakah saya suka padanya atau tidak. Dia bilang cinta hanya dalam puisi, ketika malam  sebelum tidur dia mengirimkanku sebuah puisi lewat sms, biar cepat tidur katanya.

Aku mencintaimu
Bukan karena mata indahmu
Atau karena senyum manismu
Karena meski tak bisa melihatpun aku tetap mencintaimu
Karena meski tak sedang tersenyum pun aku tetap mencintaimu

So sweet. Malah saya yang jadi penasaran, dan bertanya kenapa suka padaku, apa yang ada padaku yang buatnya suka. Dia cuma bilang "tak tau, hanya suka saja". Garing kan?. Coba bayangkan, saat dirimu diselimuti rasa penasaran tentang perasaan seseorang padamu, saat orang itu ada didepanmu dia hanya memberi jawaban singkat, "tak tau, hanya suka saja". Whaatt, memang ga ada ya kata-kata yang lebih bagus dan bisa buatku berbunga-bunga. Huh, dasar lelaki kurang peka.

Bara sangat jago menulis puisi. Tapi dia sering berkata kalau beberapa temannya justru lebih baik darinya. Saya ingat sebuah puisi yang dikirimkannya buatku saat awal-awal kami kenalan. Karna cukup panjang dia mengirim lewat pesan email, bukan lewat sms lagi. Puisinya sangat menyentuh, membuat perasaanku bercampur aduk setelah membacanya, romantis tapi membingungkan. Ini puisi dari Bara, untukku.

Dari mata semua berawal
Namun bukan lewat mata semua akan berakhir
Bukan mata yang memberi CITA manawan
Karena mana mungkin mata peroleh CINTA dari SANG MAHA RUPAWAN

Itulah HATI kata MALAIKAT SUCI
Sebuah semesta mungil namun tak terpahami
Menampung CINTA dalam KEABADIAN ILAHI
Menempuh jalan KERINDUAN namun tiada henti

Aku punya hadiah buatmu
Yang kuambil dari petualangan menembus kalbumu
Ini bukan dari belantara tempat segala gundah berlalu
Namun keajaiban karena keridhaan penghulumu

Putri, ajari aku menjadi dirimu
Namun tiada kuingin mendua hingga lepas darimu
Cukuplah penjara dunia memisahkan nafasku darimu
Oh, aku rindu

Putri, aku bahagia dengan semua ini
Pula alam karena telah mendukungku dalam CINTA ini
Mentari berbisik pada pagi
Sambutlah CINTA darinya SANG KEKASIH HATI

Mawar-mawar menari menyongsong pagi
Pula kekupu dalam senandung lirih susana pagi
Angin membuka sebuah lembaran sunyi
Yang tetap kosong karena kerinduan menyayat hati

Aku tlah cukupkan diri dengan kerinduanku
Walau tak menatap namun kau tetap dihati slalu
Bibir tak perlu berucap banyak tentang masa lalu
Namun biarkan hati berujar dengan suara merdu

AKU RINDU…..

Senang rasanya jadi orang yang dirindukan. Bagi para wanita ungkapan seperti itu akan sangat menyentuh hati. Bagaimana denganmu?. Kalau saya, jadi makin penasaran ingin bertemu dengannya, ingin mendengar suaranya dan ingin dibacakan puisi olehnya. Setelah sekian lama hanya komunikasi lewat handphone, sayapun jadi bertanya-tanya, mungkinkah kami akan tetap akrab ketika ketemu?, mungkinkah Bara akan sama seperti dia yang kutelpon saat malam?, atau nanti malah saya yang jadi gerogi saat dihadapannya.

Entahlah, nanti diliat. Kami akhirnya sepakat untuk ketemuan di masjid kampus besok sore, ini kedua kalinya kami janjian, semoga saja tak ada halangan. Seperti biasa, malam ini sebelum tidur kami kembali berbicara lewat telepon. Karena besok hari pertemuan kami, maka Bara menceritakanku sebuah kisah nyata yang berasal dari timur tengah, tepatnya Lebanon. Kisah yang sangat romantis juga menyentuh hati. Tentang seorang lelaki yang tak punya apa-apa kecuali cinta, ingin melamar seorang wanita muda dari keluarga kaya raya.

Mustafa Chamran namanya. Seorang tentara dari iran, yang membantu para pejuang lebanon melawan agresi israel. Sang perempuan bernama Ghadeh, adalah perempuan muda asli lebanon yang bekerja sebagai jurnalis sebuah koran, yang mengecam keras tindakan kotor israel mengagresi lebanon selatan. Sebagai seorang tentara yang terlibat dalam banyak pertempuran, chamran pasti merupakan pribadi yang keras dan kaku, pikir ghadeh. Namun semua persepsi itu berubah setelah pertemuan pertama mereka disebuah panti asuhan. 

Di panti itu Ghadeh mencari Chamran. Setelah gambar lilin buatan Chamran pada sebuah kalender yang diberikan padanya, ternyata mampu menggugah perasaannya. Kata-kata Chamran pada lukisan lilin itu terus merasukinya, sampai dasar terdalam hatinya kemudian menggugah kesadarannya. Sungguh kata-kata yang indah dari seorang pejuang kemerdekaan.

Mungkin kutak mampu usir gelap ini
Tapi dengan nyala nan redupku ini
Kuingin tunjukan beda gelap dan terang
Kebenaran dan kebatilan
Orang yang menatap cahaya, meski temaram
Kan menyala terang di hatinya yang dalam

(Mustafa Chamran)

Bersambung...