(Sumber Gambar : Jendelasultra) |
Pohon jagung diseberang jalan, tingginya sudah seukuran pinggang orang dewasa. Padahal baru sebulan ditanam, tapi dia tumbuh dengan sangat cepatnya. Kuingat akhir tahun lalu saat pertama pucuknya muncul, dengan malu-malu dia perkenalkan diri pada para pelintas dijalan sana. Sekarang dia cukup tinggi, mungkin sebentar lagi akan berbuah.
Sepetak tanah kosong itu kira-kira berukuran 25 x 15 meter. Beberapa bulan lalu hanya tanah kosong yang ditumbuhi rumput liar, dengan beberapa pohon pisang dan serumpun pohon bambu. Tak terlalu bersih, meski terkadang menerima nasib menjadi tempat pembuangan sampah sementara.
Tanah itu milik perusahaan swasta pelat merah penyedia layanan internet, kata seorang penjaga. Rencananya akan dibanguni rumah untuk penjaga, biar lebih muda memantau dan menjaga keamanan bangunan serta peralatannya. Namun sampai sekarang rencana itu tidak terealisasi. Dan akhirnya menjadi kebun jagung yang hijau.
Jagung Muna atau jagung kampung, begitu orang muna sering menyebutnya, untuk membedakan dengan jagung kuning atau jagung manis. Berarti jagung kuning bisa dibilang jagung kota?, ya, mungkin juga begitu. Karena jagung kuning atau jagung manis paling sering didapati di kota, seperti Kendari dan Makassar.
Khusus Makassar, selama 10 tahun hidup disana hampir tak pernah saya jumpai jagung kampung. Melainkan jagung kuning, hampir tiap hari ketemu. Kadang dia mengambil peran sebagai perkedel jagung, kadang juga mengisi peran sebagai salah satu karakter dalam sayur asam.
Paling sering ketika sedang mentas sendirian dipinggir jalan-jalan Kota Makassar saat malam hari. Dengan rasa yang cukup beragam, dia hadir dalam berbagai bentuk yang istimewa. Ada rasa keju jagung bakar keju, ada rasa berbekiu jagung bakar bbq, dan ada juga rasa original. Jagung bakar biasa hanya diolesi mentega.
Jagung kampung berbeda dengan jagung manis dalam beberapa hal. Kalau pohonnya mungkin sama, daunnya juga, hijau memanjang. Tentang bulu-bulu halus dibagian ujung yang berwarna coklat, saya yakin pasti sama. Kecuali kalau itu tumbuh dibagian yang lain, yang mungkin, ah sudahlah.
Usia panen jagung muna cukup cepat, yaitu 2 bulan sudah bisa dipanen. Pada usia 70 hari, jagung sudah cukup tua dan biji jagung sudah mulai mengeras. Biasanya jagung tak dibiarkan sampai tua, kecuali untuk persediaan bahan makanan. Jagung yang masih muda rasanya lebih enak jika direbus, orang muna menyebutnya Kampirodo.
Selain direbus, jagung muda juga dapat diolah menjadi makanan lain dengan cara ditumbuk bijinya, atau diparut dari tongkolnya. Setelah itu adonan biji jagung dipisahkan, bagian satu dicampur gula pasir dan bagian lain dicampur gula merah. Pabila kalian melihat ada yang melakukan hal itu, berarti dia sedang membuat katumbu.
Katumbu ada 2 macam berdasarkan warna dan campuran gulanya. Adonan yang dicampur gula pasir untuk katumbu putih, dan adonan yang dicampur gula pasir serta gula merah untuk katumbu gola. Dan saya lebih suka katumbu gola, titik.
Meski jagung manis punya rasa lebih manis dari jagung muna, jagung manis masih tidak cocok dibuat katumbu. Karena kulit halus yang melapisi biji jagung manis sedikit lebih kuat dan tidak mudah halus saat dikunyah. Berbeda dengan kulit halus pada biji jagung Muna yang sangat lembut dan mudah halus saat dikunyah.
Hal lain yang membedakan jagung manis dengan jagung Muna, jagung manis tongkolnya lebih panjang dan jagung muna tidak. Biji jagung manis sedikit lebih besar dari jagung Muna. Dan waktu panen jagung manis sedikit lebih lama daripada jagung Muna. Jagung manis butuh waktu 3 bulan atau 90 hari untuk panen, sedangkan jagung Muna butuh waktu 2 bulan atau 60-70 hari.
Dalam beberapa tahun terakhir, daerah ini sedang menikmati hasil jagung manis dari para petani di Desa Wakadia Kecamatan Watopute. Konon hasil dari menanam jagung kuning itu, beberapa petani Wakadia sudah bisa ketanah suci untuk berhaji. Karenanya, geliat menanam jagung kuning saat ini sedang tinggi-tingginya.
Saya sendiri sampai heran ketika pertama kali ke Desa Wakadia. Ada sebuah pondok kayu kecil, berbentuk panggung didepan beberapa rumah warga. Kutanya seorang warga sana, dari dia kutau kalau itu tempat penyimpanan jagung kuning setelah dipanen. Sebelum jagung-jagung itu dimasukan kemesin untuk memisahkan biji jagung dari tongkolnya.
Ada satu hal paling mencolok antara jagung Muna dan jagung manis ketika jagung sudah tua. Kalau jagung manis sudah tua bijinya berwarna orange, sedang jagung muna yang sudah tua bijinya berwarna kuning pudar agak keputih-putihan. Biji jagung manis yang sudah tua lebih keras daripada jagung muna, karenanya jagung jenis ini tidak dikonsumsi saat tua.
Terkait hal itu cukup banyak petani yang mengeluh, karena ketika tua, biji jagung kuning tak laku dijual untuk dibuat kambuse. Kalaupun laku, harganya menjadi lebih murah dari jagung Muna. Karena jagung manis yang tua hanya menjadi pakan ternak, sedang jagung muna yang tua masih bisa dibuat makanan pokok pengganti nasi.
Namanya Kambuse. Makanan khas Muna yang dibuat dari biji jagung Muna yang sudah tua. Biji jagung dilepas dari tongkolnya, kemudian direbus lama dengan campuran garam dan kapur sirih secukupnya.
Menyantap kambuse akan makin lengkap dengan ikan kaondo yang dilumuri minyak kelapa, ditambah sedikit perasan jeruk nipis dan cabe rawit. Ah, sungguh tidak cukup hanya dengan menceritkannya, kalian harus datang di Muna dan merasakan sendiri.
Mai Te Wuna...
0 comments:
Posting Komentar