sedang mengikuti tes mandiri |
Handphoneku berbunyi, disana terlihat nama yang sangat akrab sedang memanggil. Hanya sekedar menanyakan apakah saya mendaftar sebagai fasilitator lapangan, dia repot menelpon siang ini. Dan saya memberikan jawaban yang buatnya sedikit kecewa, karena tak bisa ikut dalam tes mandiri bersamanya.
Diatas sana awan sedang tak bersahabat, sedikit mendung tapi tak menunjukan tanda-tanda akan turun hujan. Kunyalakan motor dengan harapan tidak akan terjadi hujan, karena proyek jalan warangga sementara dalam proses pengerjaan. Ah, kembali kuingat status Facebook temanku, "Mendung tak berarti hujan, apalagi kalau lagi ada proyek".
Saya pergi dengan keyakinan yang bulat tak akan terjadi hujan. Karena tak ikut mendaftar, saya juga tak ikut tes mandiri. Tapi saya sedikit penasaran, apakah tes mandiri yang dikatakannya ditelpon tadi. Barulah saya tau ketika sampai dirumahnya, dan kutanyakan padanya.
Tes mandiri merupakan tes seleksi online yang dilakukan sendiri dengan peralatan sendiri. Sepertinya ini akan berjalan lancar kataku dan teman lain bisa ikut membantu sementara salah satu dari mereka mengikuti tes.
Usai menyusun rencana, kami bergegas menuju lokasi tes yang juga merupakan rumah mertua teman kami, namanya La Sabara. Siang ini 3 orang teman akan mengikuti tes, La Pala, La Jahar dan La Anto. Setelah persiapan selesai, laptop yang sudah terhubung wifi juga sudah siap, La Pala maju lebih dulu.
Terdengar ekspresi santai dari suaranya, tapi wajahnya tak bisa menyembunyikan sedikit ketegangan dan rasa kurang percaya diri. Apalagi ketika login, koneksi internet tak terlalu baik, butuh waktu cukup lama untuk mengisi data dan membaca panduan tes sebelum memasuki halaman tes.
Tes pun dimulai ketika jendela soal mulai terbuka. Soal pilihan ganda berjumlah 30 soal dengan durasi waktu hanya 30 menit. Artinya hanya butuh waktu 1 menit untuk menyelesaikan 1 soal, pikirku. Rencana pun mulai bekerja, setiap teman mencari jawaban di google untuk tiap soal yang ditentukan.
Semakin kebawah semakin terarah soalnya, yaitu mengenai TPS 3R atau Tempat Pembuangan Sementara sampah berbasis 3R (Reduce, Recycle, Reuse). Beberapa soal kutau pasti jawabannya, karena beberapa tahun lalu saya pernah mengerjakan Masterplan Pengelolaan Sampah salah satu Kabupaten di Provinsi Gorontalo.
Seperti batas akhir Jaktranas yaitu sampai dengan tahun berapa, itu menjadi salah satu soal tapi dengan pilihan ganda. Trus perbedaan Bank Sampah dan TPS3R secara pengelolaannya, dan ada beberapa juga yang cukup samar-samar dalam ingatanku. Beruntung ada beberapa kepala yang membantu, jadi ketegangan ikut kami rasakan meski bukan sebagai peserta.
Kulihat waktu dibagian kiri monitor laptop, waktu tersisa hanya tinggal 2 menit. Untungnya semua soal sudah terjawab, hanya tinggal mengklik ya kemudian kirim. Tapi La Pala tak melakukannya, menurutnya tak dilakukan pun itu akan otomatis terkirim saat waktu habis. Saat dia sibuk memotret soal-soal, waktu habis sedang dimonitor terdapat pemberitahuan anda tidak mengikuti tes kembali.
Akhirnya dia pun panik, karena tak bisa melihat nilainya. Dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa itu akan otomatis tersimpan pada server panitia seleksi, tinggal menunggu pengumuman untuk wawancara. Kulihat kembali dirinya yang mulai gelisah, merasa belum puas karena tak dapat melihat nilai akhirnya.
Untuk alasan itu dia sabar menunggu peserta berikutnya, supaya menyelesaikan soal dan mengklik ya kemudian kirim. Dia hanya ingin tau apa yang terjadi dengan itu. Dan ternyata hasilnya memang beda. Mengklik "Ya" kemudian "Kirim" ketika selesai menjawab, membuat kita dapat melihat nilai dari jawaban.
Ah, Untung saja saya tak ikut tes Tenaga Fasilitator Lapangan bidang persampahan ini. Seandainya ikut, saya takut akan melukai hati teman-teman karena mungkin akan mendapat nilai "90". Semoga salah satu dari mereka lulus daalam tes ini. Harapanku semua bisa lulus, dan bekerja sebaik-baiknya mengembangkan TPS3R, supaya masalah sampah kota bisa sedikit teratasi.
Selamat berjuang kawan...
0 comments:
Posting Komentar