Neuroplanologi - Bahagia Untuk Menjadi Kuat

Kota Bahagia adalah Kota yang mampu memberikan kebahagiaan bagi warganya. Saya ingin memulainya dari defenisi yang sederhana tentang Kota Bahagia, sesederhana yang saya pikirkan tentang jalan kebahagiaan.

Urbanisasi dan Masyarakat Kota

Urbanisasi muncul karena ada kebutuhan, begitupun dengan kota sebagai sebuah peradaban. Kota lahir karena kebutuhan, bukan secara alamiah, melainkan dibentuk dengan sengaja oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Neuroplanologi - Jalan Menuju Kota Bahagia / Happy City

Mungkin sudah saatnya sebuah pendekatan baru lahir, dengan memadukan disiplin Planologi dan Neurosains untuk mewujudkan sebuah kota yang bahagia. Dengan kajian yang lebih fokus membahas sebuah perencanaan yang lebih memberikan pengaruh terhadap saraf otak dan membuat manusia lebih bahagia. Semoga tak terlalu dini, saya ingin menyebutnya sebagai NEURO PLANOLOGI.

Silverqueen - Berhenti Menangis

Selalu ada kisah haru pada malam-malam disaat musim hujan yang pernah kita lalui bersama. Kau disana, dan aku disini, hanya kita berdua. Belum cukup setahun kita kenalan, tapi rasanya sudah bertahun-tahun kita berteman. Sangat akrab, dan kau selalu saja buatku rindu.

Pak Udin, Penjaga Tradisi Suku Bajo Mola di Wakatobi

Pak Udin merupakan seorang Suku Bajo yang berasal dari Mola, pemukiman suku bajo terbesar didunia yang berada di Pulau Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi. Layaknya suku bajo yang selalu dikatakan dalam berbagai literatur, pak udin sangat menggantungkan hidupnya pada laut.

Sabtu, 23 November 2019

Tugas Berat Kepala Daerah namanya SDGs

Saat itu tahun 2017, saya dan partner seorang senior sedang menggarap sebuah kerjaan dibagian utara sulawesi. Jari jemariku sedang asik bercengkrama dengan laptop, dan menghasilkan bunyi khas dengan tempo yang naik turun. Bunyi keyboard yang sangat halus tapi cepat, terdengar seperti sedang mengikuti lagu Under Glass Moon milik Dream Theater.

Kuisap rokok Dje Sam Soe kretek dalam-dalam, biarkan semua orang tau bahwa ada harapan besar pada asap yang mengepul itu, semoga pipiku bisa kembali seperti dahulu. Pak Dir muncul dengan tiba-tiba dari depan pintu, menyapa kami berdua dengan ekspresi yang tidak biasa.

Benar saja, dia menawarkan 3 kerjaan baru dan kami harus memilih untuk menggarap salah satunya. Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Korupsi, Rencana Aksi Daerah SDGs dan Masterplan Kawasan Sentra Sapi Potong. "Kamu pilih yang mana Zis?", tanyanya padaku. "Semuanya menantang, tapi hanya 2 yang buatku sangat tertarik, Korupsi dan SDGs", jawabku.

Saya memilih SDGs, itu hal baru buatku, dan sepertinya saya akan lebih banyak membaca dan berpikir ekstra untuk memahami dengan cepat dan menyelesaikan kerjaan ini. Sayapun mulai berselancar dan memulai pencarian tentang SDGs di google. Ternyata ini memang sangat menantang dan memiliki cakupan sangat luas yang melibatkan semua SKPD di daerah.

SDGs adalah singkatan dari Sustainable Development Goals, atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dalam bahasa muna nya. SDGs sendiri merupakan lanjutan dari MDGs yang sebelumnya tak cukup berhasil memenuhi target capaian atau goals yang telah ditentukan.

Berbeda dengan MDGs, SDGs memiliki 17 Goals atau target capaian, yang mana hal itu telah disepakati oleh 159 Kepala Negara untuk dapat diwujudkan pada tahun 2030. Karenanya, SDGs merupakan cita-cita bersama antar Kepala Negara, dan Kepala Daerah harus mampu melaksanakan dan menjadikannya sebagai rujukan dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Jangka Panjang.

17 Goals SDGs, adalah sebagai berikut : 1. Tanpa Kemiskinan, 2. Tanpa Kelaparan, 3. Kehidupan Sehat dan Sejahtera, 4. Pendidikan Berkualitas, 5. Kesetaraan Gender, 6. Air Bersih dan Sanitasi Layak, 7. Energi Bersih dan Terjangkau, 8. Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, 9. Industri, Inovasi dan Infrastruktur, 10. Berkurangnya Kesenjangan.

11. Kota dan Pemukiman Yang Berkelanjutan, 12. Konsumsi dan Produksi Yang Bertanggung Jawab, 13. Penanganan Perubahan Iklim, 14. Ekosistem Lautan, 15. Ekosistem Daratan, 16. Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan Yang Tangguh, 17. Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan.

17 Goals itu dapat dikelompokan kedalam 4 pilar besar pembangunan Nasional. Yaitu Pilar Hukum dan Tata Kelola dalam Goals 16, Pilar Sosial mencakup Goals 1-2-3-4-5, Pilar Lingkungan mencakup Goals 6-11-12-13-14-15 dan Pilar Ekonomi mencakup Goals 7-8-9-10-17.

Ada cita-cita besar yang ingin dicapai dalam SDGs, juga untuk menghindari terjadinya bencana besar akibat pemanasan global. Pemerintah Daerah harus ikut terlibat dalam hal itu, untuk ikut menjaga lingkungan dengan merumuskan program yang sesuai dengan target serta indikator dalam SDGs.

Sebentar lagi akan digelar Pemilihan Umum untuk memilih Kepala Daerah Kab. Muna. Tentu akan sangat menarik menyimak visi misi yang akan ditawarkan tiap kandidat yang akan berkompetisi. Disana akan terlihat siapa calon kepala daerah yang paham akan kondisi global dengan tidak. Bagi yang paham, tentu akan menjadikan 17 Goal SDGs sebagai rujukan utama merumuskan visi misi nya.

Visi misi yang selaras dengan Goals SDGs adalah salah satu bentuk komitmen Kepala Daerah dalam menjaga bumi dari bencana besar akibat pemanasan global. Apakah itu terlalu berlebihan?, saya kira tidak, karena dampak pemanasan global mulai kita rasakan sejak 2 tahun belakangan, yaitu suhu panas yang cukup tinggi. Puncaknya terjadi di tahun 2019 ini, dimana suhu panas di Kota Raha menyentuh angka 37° Celcius.

Mengikuti SDGs tentu saja bukan hanya berkewajiban menjaga lingkungan, tapi tetap memperhatikan pembangunan ekonomi daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Artinya kesesuaian dengan 17 Goals SDGs, dapat dijadikan dasar bagi kita dalam menilai figur mana yang betul-betul akan membawa masyarakat kearah lebih baik, bukan membawa pada kehancuran.

SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan memiliki dasar hukum kuat, yang mengharuskan setiap daerah untuk mengikuti. Hal itu tertuang dalam Perpres Nomor 59 tahun 2017, tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Oleh karena itu, TPB/SDGs menjadi salah satu acuan dalam pembangunan nasional dan daerah, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.

Dalam sebuah diskusi tim, saya menceritakan tentang SDGs pada teman-teman yang mengerjakan RAD Korupsi dan MP Kawasan Sapi Potong. Salah seorang dari mereka berpendapat, bahwa indikator dan program SDGs seharusnya bisa digunakan untuk merumuskan visi misi Calon Kepala Daerah. Dan orang yang menyelesaikan kerjaan SDGs, sudah layak menjadi tim perumus visi misi Calon Kepala Daerah.

Tentu saja dia sedang bercanda ketika mengatakan itu. Saya hanya sedang memikirkan, seorang Kepala Daerah akan berhadapan dengan tugas yang sangat berat. Selain memastikan pembangunan ekonomi dan manusia tetap berjalan dengan baik, dia juga harus mampu merumuskan program strategis untuk terus menjaga kualitas lingkungan.

Sepertinya kita harus menetapkan sebuah standar tinggi bagi calon kepala daerah. Salah satunya mungkin ketika seseorang telah selesai dengan dirinya, artinya tidak adalagi kepentingan pribadi yang ingin dikejar. Seperti jabatan atau kekayaan, karena 2 hal itu akan membuat mereka tak bisa fokus membangun daerah. Sedangkan kita sedang diperhadapkan pada sebuah kondisi, dimana perubahan lingkungan akan sangat mengancam kehidupan kita kedepan.

Yang saya kurang sepakat dari SDGs, karena posisi Dokumen SDGs dalam perencanaan sistem pembangunan di Indonesia. Dokumen SDGs diposisikan berada setelah RPJM dan setelah Renstra SKPD, artinya SDGs baru digunakan sebagai acuan ketika akan menyusun RKPD di daerah. Menurut saya, mungkin SDGs akan lebih mempengaruhi arah perencanaan didaerah ketika diposisikan setelah RPJMD atau sebelum Renstra.

Dengan begitu, beberapa Rencana Aksi/RA seperti ; RA penurunan emisi gas rumah kaca, RA adaptasi perubahan iklim, Kebijakan dan strategi penanggulangan bencana, RA pangan dan gizi, RA pencegahan korupsi, dan beberapa Rencana Aksi lainnya, akan menjadi keharusan bagi daerah untuk menyusunnya. Karena dokumen-dokumen itu yang kemudian akan menjabarkan secara rinci mengenai aksi nyata dalam memenuhi target 17 Goals SDGs.

Dari 17 Goals dalam SDGs, saya sangat tertarik pada yang terakhir, Goal 17 tentang Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan. Poin ini seperti memberi jawaban bagaimana dan apa cara yang bisa ditempuh untuk dapat mewujudkan tujuan atau Goals dalam SDGs. Menurut saya, tanpa poin ini dokumen SDGs akan terasa hambar, dimana daerah hanya diajak untuk bermimpi menyelamatkan dunia tanpa tau bagaimana cara mewujudkannya.

Yang juga membuat menarik, karena ada kata Kemitraan didalamnya. Hal ini memberi penegasan, bahwa untuk melakukan pembangunan dan menjaga kualitas lingkungan, Pemerintah Daerah harus saling bekerjasama. Membentuk hubungan kemitraan dengan daerah lain maupun dengan pihak swasta, untuk melakukan kerjasama diberbagai bidang.

Kemitraan dapat diartikan sebagai strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih, dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan.

Saya teringat bagaimana Basuki Tjahaya Purnama ketika memimpin Provinsi DKI Jakarta. Saat itu produksi sampah DKI mencapai angka 7000 ton. DKI yang tidak punya TPA Sampah, harus membuang sampah di TPST Bantargebang Yang terletak di Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat. Akhirnya Basuki membangun kemitraan dengan Kota Bekasi yang akan menampung sampah Provinsi DKI.

Hasilnya, Kota Bekasi mendapat dana hibah sekitar 200an miliar dari Pemprov DKI Jakarta, yang dibayarkan setiap awal tahun.

Saya sedang membawakan Seminar Akhir RAD SDGs Kabupaten



Jumat, 22 November 2019

Menonton Film 2040

Hai kawan, apakah kalian merasa ada yang lain dengan cuaca akhir-akhir ini?, seperti hawa panas yang dipancarkan matahari lebih terasa belakangan ini, dan kalianpun gerah berada dalam ruangan tanpa pendingin.

Saya pun merasakannya, kondisi akan semakin panas apabila sinar matahari dipantulkan oleh tembok ataupun atap seng, dan kitapun berkeringat. Kawan, itu artinya telah terjadi perubahan iklim di bumi kita, diplanet yang kita huni saat ini.

Kita mungkin pernah mendengar Pemanasan Global, atau Global Warming dalam bahasa Muna nya, itulah yang saat ini sedang terjadi. Baru 2 tahun belakangan kita mulai merasakan dampak yang sangat nyata dalam kehidupan kita. Yaitu suhu yang sangat panas terjadi pada bulan Agustus sampai saat ini.

Di TV hampir setiap hari kita disuguhkan berita kekeringan di Jawa sana, mata air yang mengering, sungai yang hampir kering, orang-orang mulai kesulitan air, dan lain sebagainya.

Dihadapan saya ada satu film bagus, judulnya 2040. Ketika pertama melihat judul dan cover depannya,  saya membayangkan film tentang teknologi informasi yang diramalkan akan ada ditahun 2040 mendatang. Atau film tentang Artificial Inteligen (Kecerdasan Buatan) yang akan diciptakan tahun 2040 nanti.

Film ini tak kalah menarik dari perkembangan teknologi, juga tak kalah penting dari kabar teroris bom bunuh diri yang saat ini lagi rame pengen cepat-cepat kesurga bertemu bidadari. Saya dan mungkin juga kita semua penyuka film, sepertinya harus berterimakasih pada pemilik indoxxi. Berkat jasanya kita dapat menikmati setiap film baru dan film lawas dengan berbagai kualitas, juga subtitle/ terjemahan yang baik.

Film 2040 mengangkat tema lingkungan, tentang perubahan iklim yang sedang terjadi dalam beberapa tahun terakhir sejak revolusi industri. Selama jutaan tahun planet kita telah menjadi bagian dari siklus karbon alami, beberapa dilepaskan, beberapa disimpan. Tapi sejak memasuki revolusi industri, keseimbangan yang dilepaskan dan yang disimpan pun rusak, dan atmosfer lebih banyak menyimpan karbon.

Sampai saat ini jumlah Karbon Dioksida (CO2) yang terperangkap di atmosfer kita mencapai 400 bagian per juta CO2. Angka ini telah naik 40% sejak terjadinya revolusi industri, dari yang sebelumnya hanya 180-280 bagian per juta CO2 di atmosfer. Lebih dari 90% kelebihan panas itu diserap oleh laut, dan itu akan sangat berdampak bagi kehidupan berbagai biota laut didalamnya.

Saya suka bagian awal film ini, yang dibuat lebih edukatif, dimana Damon yang menjadi pemeran utama dalam film ini memiliki anak. Untuk menyiapkan anaknya menghadapi perubahan lingkungan yang berbeda di tahun 2040 mendatang, ia keliling ke beberapa negara untuk menemukan solusi dari permasalahan yang akan dihadapi kedepan.

Yang juga menarik, Damon mengunjungi sekolah dasar, bercengkrama dengan anak-anak dan meminta mereka berbagi cerita serta harapan yang ingin mereka lihat dimasa depan nanti. Saya membayangkan ketika anak-anak Sekolah Dasar di Indonesia seperti mereka, mampu berpikir dan berani menceritakan apa yang ingin mereka lihat dimasa depan nanti.

Anak-anak saat ini adalah penghuni masa depan, mereka harus dibekali informasi tentang apa yang saat ini terjadi, dan apa yang nanti akan terjadi. Saya juga senang bagian lain dari film ini, dimana anak-anak dari beragam negara dan ras mengungkapkan isi hatinya dengan jujur, tentang bagaimana mereka akan menyelesaikan beberapa masalah lingkungan dimasa akan datang.

Mulai saat ini, sepertinya kita harus lebih menghargai pendapat para anak-anak. Apa yang mereka pikirkan dan katakan saat ini, boleh jadi hasil daya hayalnya, tapi bukan berarti itu tak dapat menjadi nyata dimasa depan. Seperti pada bagian ketika seorang anak yang sangat fasih berbicara tentang sampah dan luar angkasa. Wow, luar biasa.

Menurut laporan PBB, tahun 2019 merupakan tahun dengan suhu panas tertinggi sejak 2015, dimana hal tersebut menjadi pengingat bagi masyarakat dunia untuk lebih menjaga bumi dari perubahan iklim. Karenanya PBB kemudian mengeluarkan sebuah peringatan kepada penduduk bumi, bahwa kurang dari 10 tahun untuk melakukan mitigasi bencana terbesar yang dapat disebabkan oleh pemanasan global.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka para anggota PBB kemudian sepakat untuk bersama-sama mendorong negara-negara meningkatkan target pengurangan gas rumah kaca.

Setidaknya ada beberapa masalah yang akan dihadapi dunia ketika pemanasan global tak terkendali. Dalam film ini Damon mencoba mencari solusinya pada beberapa negara yang dikunjunginya. Masalah pertama yaitu energi listrik, dan Bangladesh menjadi percontohan dengan sistem Microgridnya sebagai salah satu yang terbesar didunia. 

Sistem ini merupakan rangkaian pengguna listrik tenaga surya yang dapat saling berhubungan setiap rumah. Sebuah rumah yang memiliki panel surya dan baterei, dapat menyimpan, membeli dan menjual listrik pada rumah lain, dengan bantuan sebuah alat kecil. Neel Tamhane adalah seorang lelaki keren Bangladesh yang membantu masyarakat menyelesaikan masalah listrik, dengan sistem Microgrid.

Alih-alih membangun grid besar atau PLTS terpusat skala besar, membangun grid dari bawah keatas atau sistem dari rumah, dapat lebih membantu ekonomi masyarakat. Masyarakat hanya perlue mengeluarkan uamg sekali untuk membeli peralatan, setelah itu mereka dapat menghasilkan uang dengan alat itu.

Wow, itu kata pertama yang dihasilkan pikiranku ketika menonton bagian awal dari film ini. Tentu saja ini penemuan besar, yang kalau digunakan dapat menyelesaikan permasalahan listrik mahal di negara ini. Saya dan seorang teman, dahulu pernah membincangkan bahwa masyarakat dapat menghasilkan sendiri listrik kemudian dijual untuk kebutuhan rumah tangga.

Tapi bukam sistem seperti ini yang kami maksudkan. Kami sedang membicarakan bagaimana mengolah sampah menjadi listrik, kemudian dijual dan hasilnya dapat digunakan untuk merawat dan mengelola alat pembangkit listrik yang ramah lingkungan.

Saya kemudian membayangkan, apabila sistem Microgrid terkoneksi keseluruh negara, maka masyarakat kecil akan mampu menjual listrik ke perusahaan besar. Mungkin ini takkan berlaku setahun penuh, karena masih harus berhadapan dengan musim penghujan yang terjadi dalam beberapa bulan.

Saya juga membayangkan, ada berapa pembangkit listrik besar yang kemudian istrahat atau berhenti bekerja. Mereka akan menghemat penggunaan solar, batu bara dan bahan bakar lain untuk kebutuhan mesin-mesinnya, dan rakyat tak perlu mengeluh karena ada pengumuman kenaikan tarif listrik yang datang tiba-tiba.

Sepertinya saya harus menonton film ini sampai akhir untuk melanjutkan ceritaku. Saat ini saya masih berada pada menit 14.03, artinya saya masih berada pada bagian awal. Tentu masih banyak hal menarik dalam film berdurasi 1.31.43 ini, semoga kita dapat peroleh banyak manfaat darinya.

Saya teringat ucapan Damon dibagian awal tadi. "Bumi adalah rumah kita bersama, tapi kita sebenarnya hanya sedang menyewanya dari generasi masa depan. Jadi kita jangan hanya mengurangi emisi dengan cepat, tapi harus mampu menemukan cara untuk dapat menarik kelebihan karbon dioksida untuk dimasukan kedalam sistem dibumi. Banyak ilmuwan percaya, apabila karbon yang terperangkap di atmosfer dapat turun sampai 350 ppm, kita akan dapat menghindari bencana besar dari pemanasan global.

Dapatkan informasi terbaru tentang oemanasan global dan isu terbaru di https://whatsyour2040.com/