Selasa, 30 Juli 2019

Jackie Chan Yang Kehilangan Karakter dalam Film "The Foreigner"


Malam ini kami kedatangan tamu. Karena jalan didepan rumah belum punya penerangan yang baik, kupikir mereka hanya singgah sebentar tuk bertanya alamat. Orang ini tak memakai helm, langkah kakinya kecil, dengan irama yang cukup lambat dia memasuki halaman. Wajahnya mulai keliatan setelah memasuki area yang diterangi lampu depan. Ternyata teman ingin mengembalikan fd, yang tempo hari dipakai tuk copy film.

Dia cuma singgah sebentar kemudian pulang. Sebelumnya kami biasa bertukar film, malam ini dia juga ada film bagus tuk saya, judulnya "The Foreigner", pemeran utamanya Jackie Chan. Sayapun membayangkan ini film laga holywood, yang menampilkan adegan perkelahian kocak ala Jackie.

Saya sering menonton filmnya saat kecil dulu, dan saya sangat terhibur dengan aksinya yang menampilkan kungfu dan komedi secara bersamaan. Belakangan saya baru tau, kalau semua adegan berbahaya dalam film-filmnya, diperankan sendiri oleh Jackie Chan, tanpa menggunakan stuntman, atau pemeran pengganti.

Kali ini Jackie berperan sebagai Mr. Quan, orang tua yang sudah berumur. Mukanya mulai keriput, rambutnya sudah ber uban, dari jalannya dapat dipastikan dia seorang kakek-kakek. Bersama putri dan seorang temannya, mereka tinggal di London dan mengelola sebuah rumah makan miliknya.

Cerita dimulai ketika Jackie menjemput anak perempuannya dikampus, kemudian ke toko  untuk membeli gaun. Sementara Jackie berhenti dan mencari tempat parkir, anaknya turun dan masuk ke toko untuk membeli gaun yang hanya tersisa 2 lembar. Diluar, Jackie sedang bermasalah karena berebut tempat parkir, dan seketika bom meledak di Bank OBT Knightsbridge London disampimg toko gaun.

Sebuah mobil terpental, ledakan membuat kaca depan pecah berantakan. Jackie terlempar, saat bangkit wajahnya sudah terkena pecahan kaca. Jackie kehilangan anak perempuannya karena pemboman oleh kelompok teroris. Tragedi ini menghilangkan keceriaan diwajahnya, dan menggantinya dengan raut waja muram.

Sebetulnya, saya tak biasa melihat ekspresi muram dari seorang Jackie Chan. Seorang pahlawan masa kecil, yang selalu ceria dan melawak meski dalam situasi dikeroyok lawan-lawannya.

Bagian awal film ini menyajikan aksi terorisme yang dilakukan sebuah kelompok bernama Authentic IRA. Kelompok ini merupakan sebuah organisasi perlawanan asal Irlandia Utara, dengan IRA sebagai induknya. Sejak puluhan tahun fakum, mereka kembali muncul dengan merencanakan beberapa aksi pemboman dibeberapa titik di London.

Rencana terakhir mereka gagal, yaitu berusaha meledakan bom yang ditanam pada laptop seorang penumpang pesawat. Alasan utama gerakannya adalah karena badan keuangan Inggris bersikeras mendukung penjajahan terhadap Irlandia Utara.

Dari kejadian itu, banyak korban luka-luka dan beberapa lainnya meninggal. Ada juga seorang korban luka yang masih hidup, yang dengan cepat dievakuasi medis. Ada seorang korban meninggal, mungkin jaraknya sangat dekat dengan ledakan, sehingga nampak perutnya sudah hancur. Kamera seorang wartawan menangkap pemandangan sedih dari dalam gedung, yaitu seorang ayah sedang memeluk mayat putrinya.

Kondisi Mr. Quan menjadi rapuh, sedih dan marah seolah menjadi satu dan berusaha menghancurkan sisa-sisa hidupnya. Mau mengeluh pada siapa, mau marah pada siapa, dia tak pernah tau siapa pelaku pemboman dan kenapa anaknya yang jadi korban. Perasaan itu seperti mewakili semua sanak keluarga yang kehilangan keluarga karena aksi terorisme dan bom bunuh diri.

Dalam kesendirian Mr. Quan hanya merenungi kejadian itu, melihat kembali foto keluarganya ketika mereka masih bersama. Istrinya meninggal ketika melahirkan anak perempuan terahirnya dan kedua anaknya sebelumnya juga korban aksi terorisme. Sekarang putri terahirnya kembali mengalami hal serupa. Rasa ingin menuntut balas makin menguat, Jackie berusaha keras mencaritau sendiri identitas para pelaku.

Akhirnya dia mendapat petunjuk penting, bahwa aksi pemboman dilakukan oleh kelompok IRA asal Irlandia Utara. Lewat tayangan tv dia menonton wawancara Liam Hennessy, wakil utama mentri Irlandia Utara yang dulu merupakan anggota IRA. Setelah berbicara melalui sambungan telepon, Mr. Quan tokoh yang diperankan Jackie, tak mendapat jawaban yang diinginkan yaitu siapa nama pelaku. Diapun pergi ke Irlandia Utara untuk menemui Liam.

Petualangan Mr. Quan dimulai. Dia menemui langsung Wakil Mentri di Irlandia Utara dan tak juga mendapat jawaban siapa nama pelakunya.  Mr. Quan balik melakukan teror pada Wakil Mentri, dan meledakan toilet dilantai bawah kantornya. Sampai disini saya masih bertanya-tanya, siapa sebetulnya Mr. Quan, apa profesinya dimasa lalu, bagaimana dia bisa tau cara merakit bom.

Yang buatku semakin penasaran, Mr. Quan sangat mahir melakukan pengintaian dan penyusupan. Dia terus memburu targetnya Wakil Mentri Liam Hannessy sampai ke peternakan yang letaknya cukup jauh diluar kota. Pada beberapa momen, Mr. Quan berhasil menyelinap masuk kedalam ruang pribadi Liam Hannessy di peternakan dan mengalahkan beberapa anak buahnya.

Mr. Quan juga memperlihatkan kemampuannya melakukan perang hutan. Dia bahkan menang ketika berhadapan dengan salah satu pasukan khusus dan mendapat nama serta ciri-ciri pembunuh anaknya. Masa lalunya terbongkar ketika Liam Hannessy mengakses data Mr. Quan, yang dahulu ternyata adalah salah satu anggota pasukan khusus.

Dari sini cerita sudah dapat ditebak. Tak perlu lanjut menonton kita langsung tau, di akhir cerita Mr. Quan akan mengalahkan mereka para pembunuh anaknya seorang diri. Cerita ini sudah sangat sering muncul pada bagian akhir film balas dendam yang tokoh utamanya mantan militer atau punya kemampuan bela diri tingkat master.

***
Setidaknya ada 3 bagian besar juga saling terkait  yang dapat ditangkap dalam film ini. Yang pertama tentang Terorisme, yang kedua tentang Balas Dendam, dan ketiga tentang Politik yang merupakan motif utama segala kejadian dalam film.

Terorisme
Pelakunya adalah kelompok kecil yang terdiri dari beberapa orang, juga memiliki koneksi kuat sampai pada para pembesar di Irlandia Utara. Gerakan ini direncanakan oleh para pembesar itu, dan kelompok kecil yang beranggotakan beberapa orang di London hanya sebagai eksukutor lapangan.

Ketika membicarakan pemboman, pikiran kita langsung tertuju pada beberapa peristiwa serupa yang terjadi di Indonesia. Seperti Bom JW Marriot 2003, Bom Bali II 2005, Tahun 2016 ada Bom bunuh diri di Mapolresta Solo. Bom Panci Kampung Melayu 2017, Bom Gereja Surabaya 2018 dan keesokan harinya, pada 14 Mei 2018, bom meledak di Mapolrestabes Surabaya. Pelaku membawa serta istri dan tiga anaknya. Dia, istri dan dua anaknya tewas sedangkan satu anak selamat.

Dari film ini dapat diambil pelajaran, bahwa aksi terorisme hanya akan merugikan pelaku utama dilapangan. Sedangkan para penggeraknya yang merupakan pejabat dan orang besar hanya duduk manis dibelakang layar. Kalaupun gagal, yang ditangkap adalah pelaku lapangan dan para pembesar akan memutus komunikasi atau bahkan melenyapkan pelaku lapangan yang tertangkap untuk mencegah keterlibatannya.

Politik
IRA merupakan kelompok perlawanan yang para anggotanya telah menjadi pembesar saat ini. Bagaimanapun perjanjian damai dibuat dengan pemerintah Inggris, IRA akan selalu bersikap keras ketika Inggris melakukan tindakan dukungan atas penjajahan Irlandia Utara.

Liam Hannessy yang dahulu merupakan pemimpin IRA, saat ini telah menjadi Wakil Utama Mentri dan kaki tangan inggris untuk menjaga kepentinganya di Irlandia Utara. Inggris berada dibelakang naiknya Liam menjadi Wakil Utama Mentri dan akan selalu menyandera Liam demi me
njaga jabatan politiknya di Irlandia Utara.

Ketika kondisi memperhadapkan antara Inggris vs Irlandia Utara dan IRA sebagai organisasi perlawanan, Liam akan berpihak pada Inggris. Karena disisi lain Liam juga punya kewajiban menjaga perjanjian Damai, yang terus mengikat Inggris untuk mentaati perjanjian yang telah dibuat dan disepakati bersama.

Dari sini ada pesan berharga yang bisa didapat, bahwa menjadi politikus dan pejabat publik itu sangat berat. Setidaknya ada 3 hal penting yang harus dijaga, pertama integritas, loyalitas pada negara dan loyalitas pada pendukung utama.

Selamat Menonton...

0 comments: