Selasa, 04 Februari 2020

Lebih Baik Berteman Dengan Ular Atau Monyet?

Blazer hijau meluncur kencang meninggalkan Kota Raha, memasuki kawasan hutan lindung yang sebagian berubah menjadi kebun warga. Tak seperti biasanya, siang ini mobil kami kedatangan seorang tamu. Seorang pria paruh baya bertopi dan berkacamata.

Pada hari yang biasa kunjungan kami kebeberapa Kecamatan di Muna, mobil ini hanya dinaiki 4 orang, 2 didepan dan 2 ditengah. Dibelakang?, kursinya sudah lama dicabut, saat mobil ini masih sering dipakai menganggkat air, kata pemiliknya. 

Saya sangat menikmati tiap perjalanan kami dengan mobil ini. Rasanya sangat nyaman, tak bergetar ketika melaju dijalan berlubang khas Kabupaten Muna. Dari yang kutanyakan pada om basri pemilik mobil, Blazer memang di desain untuk memberikan keamanan dan kenyamanan. Pada body mobil, memiliki dua lapis baja yang buat mobil ini punya bobot sangat besar, 2 ton.

Untuk mesin, Blazer menggunakan mesin berkekuatan 2.200cc, sehingga tenaga yang dihasilkan sangat pas untuk membuat mobil ini melaju kencang. Dari modelnya, menurutku mobil ini akan sanggup melewati berbagai medan, termasuk pegunungan dan off-road semi extreme. 

Om basri sepertinya sudah kenal dengan tamu kami ini, setelah membuka dengan cerita singkat, kamipun mulai menyambung sedikit demi sedikit. Saya menangkap hal positif pada ceritanya, dari pertemuannya dengan Pak Syarifuddin Udu beberapa waktu lalu. Dia dan beberapa pengusaha lain, telah sepakat akan memberikan dukungan buat SU pada Pilkada Muna 2020.

Bukan tanpa alasan, dia dan pengusaha lainnya menilai bahwa visi Pak Syarifuddin akan sangat cocok untuk mewujudkan persaingan usaha yang sehat. Dia sudah mulai berbaur dan mulai bercerita banyak seputar pengalamannya selama menjadi pengusaha di Muna, khususnya dalam 4 tahun belakangan.

Saya dan seorang teman yang sama-sama duduk ditengah hanya prihatin dan berusaha menghibur dengan cerita-cerita lucu. Dan suasana dimobil pun berubah menjadi menyenangkan. Selalu ada cerita lucu penuh tawa dalam mobil ini, disaat kami dan om basri duduk bersama dalam perjalanan keluar kota.

Sudah 4 kali kami selalu menumpang mobil ini, dan om basri sudah sangat mengenal karakter kami masing-masing. Kami menyebut mobil ini "mobil bahagia", om basri hanya tertawa mendengarnya. Kami ingin semua yang naik mobil ini dapat menikmati perjalanan bersama kami, tertawa dan saling bertukar cerita lucu.

Dalam perjalanan kami siang itu menuju wakuru, teman kami bercerita tentang perbedaan berteman dengan monyet dan berteman dengan ular. Sebelum memulai cerita terlebih dahulu dia bertanya pada kami, "ada yang tau perbedaannya?", "tidak tau", kami serentak menjawab.

Kalau berteman dengan monyet yang ada kita tak pernah untung dan akan selalu rugi. Bagaimana tidak, saat ada makanan monyet selalu yang duluan. Ketika perutnya kenyang dia akan tetap makan dan menyimpannya dipipi, karenanya pipi monyet selalu ada tonjolan ketika makan.

Setelah pipinya full, dia akan tetap mengambil makanan untuk disimpan diketiaknya. Kalau ketiak sudah full juga, dia masih terus mengambil makanan untuk dipegang dikedua tangannya. Dan ketika kedua tangannya full, dia masih akan terus mengambil makanan kemudian memegangnya dengan menggunakan kakinya. "Saat semua full, apakah monyet akan berhenti?", dia bertanya kembali.

"Tidak", katanya yang lebih dulu menjawab saat kami sedang berpikir. Karena setelah itu perut monyet sudah kosong lagi, dan begitu seterusnya, monyet takkan pernah berhenti makan, sampai makanan habis dan temannya tak dapat bagian. "Trus bagaimana dengan ular?", tanya temanku sedikit penasaran.

Dia melanjutkan. Nah, kalau ular lain lagi. Ular kalau makan, sekali makan langsung kenyang, setelah kenyang ular akan pergi mencari tempat beristirahat kemudian tidur sampai berbulan-bulan lamanya. Saat ular tidur, teman-temannya bisa lebih leluasa mencari makan, karena ular tidak akan makan lagi dalam waktu yang cukup lama.

Artinya, kalau berteman dengan ular kita juga masih bisa makan dan kenyang seperti ular. Tidak seperti monyet yang rakus, yang tidak menyisahkan sedikitpun makanan bagi temannya. Tentu itu salah satu pertimbangan dalam memilih teman, juga dalam menentukan pilihan pada Pilkada Muna. 

Sambil melihat kearah spion dia menatap kami, jangan sampai kalian salah pilih teman dan berteman dengan monyet. Akhirnya hanya jadi penonton dan tak dapat apa-apa, kalaupun dapat harus menunggu sisa, itupun dibagi-bagi sampai menimbulkan pertengkaran karena ada yang merasa tak puas dengan yang lain.

Hari itu mobil kebahagiaan kembali bahagia, teman baru kami seperti telah melengkapi formasi dalam perjalanan menuju wakuru. Tak terasa kami telah sampai di tugu lagadi, perbatasan dengan Kabupaten tetangga, Muna Barat.

Semoga perjalanan kali ini lancar. Dan Blazer hijau masih sudi menerima kami dalam perjalanan berikutnya menuju Kecamatan paling ujung Kabupaten Muna. 

0 comments: