Kamis, 11 Maret 2021

Menikmati Malam di Kota Raha

Foto : Akat Mienowuna

Adakah cara lebih baik melewati malam di Kota Raha?. Ada perbedaan antara suasana malam di kota besar dan kota kecil, dan kota kecil selalu berhasil meninggalkan kesan romantis dikala malam, dipesisir Kota Raha.

 

Malam berarti gelap, diatas hanya gemintang yang terlihat berhamburan menghias langit. Ada juga rembulan, yang tak seperkasa matahari siang, namun selalu mesra kala menyapa.

 

Jalan Baypass selalu ramai setiap malam pergantian tahun. Kios dadakan yang menyajikan makanan-minuman tahun baru rasanya tak pernah absen dari tempat ini. Beragam jenis minuman dari yang hangat sampai yang dingin, hampir selalu dapat menemani kala malam. Kita hanya perlu datang, duduk, dan meneguk kenikmatan diantara eksotisme suasana malam ditepi pantai.

 

Dahulu, harus menunggu tahun baru untuk menyaksikan pemandangan ini. Keramaian penduduk Kota Raha, lampu-lampu yang didesain sedemikian rupa supaya lebih menarik, dan kendaraan yang lalu lalang karena mencari ruang parkir atau hanya sekedar lewat saja.

 

Hari ini semua telah berubah, tak perlu menunggu tahun baru yang datang hanya sekali dalam setahun. Tak perlu juga menunggu Desember yang datang setelah melewati sebelas bulan lamanya. Tiap malam dalam seminggu, pesisir pantai Kota Raha selalu ramai dan selalu siap menerima pengunjung berapapun jumlahnya.

 

Namanya Pirla singkatan dari Pinggir Laut. Merupakan sebuah kawasan yang menjadi pusat kosentrasi masyarakat Kota Raha saat malam hari. Kawasan ini menyajikan aneka kuliner dari makanan ringan sampai makanan berat. Selain itu ada juga yang menyediakan kuliner khas Muna, yang disajikan bersama ikan bakar segar dan baru ditangkap sorenya.

 

Untuk Makanan ringan ada beragam menu gorengan, yang disajikan secara modern dengan beberapa kombinasi seperti ; coklat, keju, milo, atau kombinasi antara ketiganya coklat, keju dan milo. Namun bukan berarti melupakan bentuk awalnya, yaitu original, seperti yang lazim dijumpai hampir diseluruh pantai Indonesia Timur, dimana gorengan selalu berpasangan dengan sambal pedas.

 

Menikmati gorengan menjadi lebih lengkap bersama minuman. Saat cuaca sedang panas, minuman dingin adalah pilihan tepat. Sebaliknya pabila cuaca semakin dingin, maka meneguk minuman hangat akan membantu menghangatkan tubuh dari dinginnya angin malam dipinggir laut. Semua itu tersedia dalam daftar menu diatas meja, yang selalu setia menunggu pelanggan untuk memesan.

 

Kawasan Pirla dapat dibagi atas dua bagian. Pertama area yang menyediakan aneka minuman beserta cemilan, dan yang menyediakan makanan khas Muna. Mungkin sedikit lebih tepat dikatakan yang menyediakan makanan tradisional dan makanan modern.

 

Langit-Langit (Foto : Akat Mienowuna)

Pertama Langit-Langit, terletak disamping kiri bundaran Tugu Jati, yang areanya makin meluas dari tongkrongan diatas atap sampai membentuk lesehan dibagian bawah yang menawarkan beragam menu makanan modern. Area ini ditata dengan lampu warna-warni dan beragam asesoris kayu, dan setiap malam sabtu juga minggu menjadi makin ramai dengan penampilan Band Lokal yang membawakan beragam lagu pilihan.

 

Berikutnya Lapak, yang menyajikan kuliner khas Muna ditemani ikan bakar segar. Tempat ini sangat cocok buat yang ingin menikmati cita rasa kuliner khas daerah Muna yang kurang berminyak. Bagi yang baru pertama kali datang ke Muna, tak sulit mencari tempat ini. Apabila punya kenalan atau driver penduduk asli, cukup katakan "tolong antar saya ke Lapak".

 

Selain itu masih ada satu tempat lagi, yang juga menyediakan cemilan dan berbagai menu minuman. Berbeda dengan lngit-langit, tempat ini memiliki satu menu lain, yang dapat menghangatkan tubuh dari dinginnya angin malam di pinggir laut. Namanya Saraba, minuman kaya rempah khas Makassar.

 

Bagi yang ingin sekedar nongkrong, jauh dari keramaian dengan menikmati desiran angin dan deburan ombak malam hari, area sepanjang Pinggir Laut dapat menjadi pilihan. Dari sini bintang-bintang terlihat begitu jelas berhamburan dilangit yang hitam pekat. Sedangkan kalau cuaca sedang bagus, pulau buton diseberang akan terlihat bagaikan tembok cina membentang dari utara ke selatan.

 

Kawasan Pirla mungkin akan lebih baik pabila memiliki penerangan jalan yang memadai. Atau variasi lampu hias yang dikreasikan sedemikian rupa dibatang pohon-pohon kelapa yang berbaris rapi disepanjang jalan Pirla. Setidaknya penerangan yang baik akan membuat kesan area pinggir laut bukan merupakan tempat yang seram atau angker kala malam, atau mencegah menjadi tempat mesum.

 

Dibanding motewe, area ini rasanya lebih siap menerima konsep waterfront city, namun dengan penataan kawasan serta perencanaan fasilitas pendukung yang baik. Seperti toilet umum selalu bersih, ditempatkan dibeberapa titik strategis yang mudah dijangkau dan dapat melayani seluruh kawasan.

 

Foto : Akat Mienowuna

Sambil membayangkan kawasan Pirla memiliki anjungan besar yang mengarah ke selat buton. Dimana pada salah satu bagiannya akan terendam saat air mencapai titik pasang tertinggi kala malam, pagi atau siang hari. Atau dapat juga menjadi tempat bermain ombak dari kapal cepat yang datang dari atau berangkat ke kendari. Namun tetap memperhatikan pengamanan, supaya ketika ombak kembali kelaut, orang-orang tak terbawa kelaut.

 

Dan ketika membicarakan Landmark, mungkin kawasan Pirla dapat menjadi alternatif Landmark Kota Raha, yang sampai saat ini blom punya. Sedikit latah mengikuti Makassar dengan tulisan "Pantai Losari" besar dibagian tepinya. Yang membedakannya, Pirla memiliki area terendam air juga sensasi menikmati ombak kapal besar, sedang pantai losari tidak.

 

Disana juga terdapat monumen layang-layang menjulang tinggi menghadap keselat buton, yang dibagian bawahnya dibuat prasasti lukisan kuno dari Gua Liangkobori. Menghadirkan kembali setiap tulisan tangan manusia zaman dulu Gua Liangkobori di Ruang Publik dalam bentuk prasasti, mungkin akan menjadi nilai lebih bagi kawasan Pinggir Laut. Saat malam, sorot cahaya lampu menerangi segala penjuru, dan orang-orang datang silih berganti hanya untuk sekedar melihat-lihat atau berfoto selfi.

 

Dengan Pirla menjadi pusat keramaian, setiap orang tak perlu kuatir menghabiskan waktu di Pinggir Laut, karena Masjid Al Munajad akan selalu setia mengumandangkan panggilan ketika waktu ibadah telah tiba.

 

Mai Te Wuna...

0 comments: