Beberapa kali menonton film Mirai no Mirai, saya tak bisa fokus pada keseluruhan isi ceritanya. Padahal ini film bertema keluarga dengan cerita yang cukup bagus. Tentang sebuah keluarga yang memiliki anak lelaki berusia empat tahun bernama Kun Chan. Yang baru saja memiliki adik Perempuan dan diberinama Mirai.
Ada kesamaan antara saya dan ayah Kun Chan, yaitu sama-sama orang teknik. Bedanya Ayah Kun Chan seorang Arsitek, sedang saya seorang Perencana yang fokus pada wilayah dan kota. Karenanya dalam film ini, Kun Chan digambarkan memiliki rumah dengan arsitektur yang sangat unik dan juga menarik.
Dari awal hingga akhir film, saya terus mencari dan memikirkan desain rumah Kun Chan. Dimana ruang tamunya?, dimana kamar tidurnya? Dimana toiletnya?, saya tak melihat sama sekali. Hanya ada 3 tempat yang selalu diperlihatkan dalam film ; dapur, ruang bermain Kun Chan dan taman ditengah rumah yang terdapat pohon Ek.
Keseringan menonton film ini bersama keluarga, membuat kami berkeinginan memiliki sebuah rumah. Sebagai keluarga kecil yang mandiri, kami beruntung memilih tinggal dikampung. Bukan di Kota, dimana mendapat tanah dan memikirkan sendiri bentuk rumah merupakan hal yang susahnya bikin ampun.
Setelah melalui diskusi berbulan-bulan, juga perdebatan kecil yang menguras tenaga, pikiran dan isi dompet. Ya, isi dompet. Saat perdebatan menemui jalan buntu, maka refreshing menjadi solusi. Jalan ke baypas untuk minum saraba dan bakwan dengan sambal yang kadang pedas kadang tidak. Atau sekedar nongkrong di baypas, dengan 2 kantong somay, satu pedas dan satu manis.
Bukankah itu menguras isi dompet?. Begitulah, dan semua akan berakhir ceria. Setidaknya ada beberapa hal yang kami sepakati untuk rumah impian kami.
Pertama, kami ingin bentuk rumah kami melebar, tidak memanjang kebelakang sebagaimana model rumah kebanyakan. Model memanjang sudah menjadi tren rumah-rumah diperumahan, entah elit atau rumah subsidi. Bagi yang berduit lebih cenderung mengambil 2 kavling atau mengambil rumah dibagian ujung perumahan.
Selain itu model melebar lebih memberi kesan rumah-rumah zaman dulu. Coba saja lihat model rumah tua yang berumur sekitar 50 tahun atau lebih, sepertinya desainnya masih terpengaruh dengan Belanda. Atau paling tidak, ya, biar seperti rumah-rumah eropa jaman dulu, yang biasa ditempati keluarga kerajaan atau para bangsawan.
Kedua, dalam menentukan ruang, kami membaginya dalam 3 bagian. Ruang Privat, Ruang Keluarga dan Ruang Publik. Ruang Privat diperuntukan untuk masing-masing anggota keluarga yang sifatnya lebih pribadi. Dimana untuk memasukinya harus meminta ijin, memberi salam atau mengetok pintu. Seperti kamar tidur.
Ruang Keluarga merupakan ruang yang dapat diakses oleh seluruh anggota keluarga, tanpa meminta ijin. Ruang Keluarga mencakup seluruh ruangan dalam rumah, sedang untuk kamar mandi dan toilet kami masukan dalam kategori ini. Ruang keluarga dapat kami bagi menjadi dua, untuk keluarga dalam rumah dan keluarga luar rumah atau kerabat.
Ruang publik merupakan ruang yang dapat diakses oleh semua orang, baik keluarga maupun tamu yang bukan keluarga.
Ketiga, rumah didesain sedemikian rupa untuk mengatur ruang gerak keluarga, kerabat maupun tamu yang bukan kerabat. Artinya desain rumah juga untuk memproteksi beberapa ruangan yang tak boleh dijangkau tamu yang bukan kerabat. Seperti peletakan toilet diatur supaya tamu dapat menggunakannya tanpa melewati ruang tengah ataupun dapur.
Ruang tengah merupakan ruang keluarga, biasanya jadi tempat bersantai keluarga. Atau dapur yang jadi area aktifitas perempuan yang ketika memasak selalu tampil seadanya, bahkan seringkali tak memakai jilbab. Hal seperti ini harus dijaga dalam meletakan toilet pada desain rumah, supaya tamu yang bukan kerabat tak perlu ijin pabila ingin ke toilet karena melewati ruang tengah atau dapur.
Bayangkan, bisa repot kalau tamu sudah kebelet pengen buang air besar tapi harus menunggu beberapa saat sampai istrimu selesai memakai jilbabnya. Itu kalau tamunya dalam kondisi normal, kalau sedang sakit perut gimana?. Setelah masuk ketoilet ternyata bunyinya terdengar sampai kesegala penjuru rumah, sampai ke tetangga.
Makanya kami sepakat akan membuat rumah yang ramah buat tamu. Kran dalam toiletnya pun memakai yang tekanannya kuat. Selain airnya bisa keluar lebih cepat, skalian berfungsi sebagai peredam bunyi-bunyi yang kita semua tak ingin buat tetangga tertawa geli seperti sedang menonton standup komedi.
Keempat, sebetulnya kami juga sedang memikirkan alasan keempat untuk rumah impian. Rasanya tiga diatas sudah cukup memenuhi harapan kami saat ini. Namun jangan berpikiran bahwa ini akan menjadi sebuah rumah yang luas apalagi mewah. Tidak. Ini sangat sederhana, mungkin juga minimalis.
###
Rumah yang baik adalah rumah yang dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi penghuninya. Tapi lebih baik lagi, kalau dapat memberi kenyamanan bagi siapapun yang datang dan masuk didalamnya.
Karena memberikan kebaikan pada setiap yang datang dirumah kita, sejalan dengan yang dikatakan hadis shahih berikut :
“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.”
(HR. Bukhari)
0 comments:
Posting Komentar