Hawa panas mulai
kurasakan, perlahan keluar dari tubuhku yang kata teman sudah keliatan lebih
bagus. Dari balik jaket hitam kuning, yang didada kirinya logo Arsenal.FC
bertahta, butir-butir keringat seakan berlomba untuk keluar.
Sungguh aneh,
mereka berebutan keluar tuk menjemput mimpi, menyatu dengan udara dan kemudian
hilang menguap bersama angin.
Napasku terasa
berat, ketika kutarik, seperti ada rasa hangat yang tertahan didalam dada. Ah,
rasanya melelahkan, untuk hari ini cukup sampai disini dulu.
***
Waktu menunjukan
tepat pukul 15.00 saat tali sepatu telah selesai kuikat. Sesuai rencana, sayapun
bangkit dan bergegas menuju SOR Laode Pandu. 3 minggu berlalu sejak terakhir
kali lari sore mengelilingi Arena Dayung saya lakukan.
Dari apa yang
tertangkap kedua mataku, sepertinya ada sedikit yang berubah pada pemandangan
disekelilingnya. Rerumputan yang tumbuh liar dipinggir jalan mulai menghijau.
Dari kejauhan terlihat pula tunas-tunas baru pohon trembesi, mereka tumbuh dari
sela-sela tumpukan daun dan kulit mati yang berserakah dibahu jalan.
Sejak November
tahun lalu, hujan seringkali membasahi kota raha dan sekitarnya. Serasa tuhan
telah melimpahkan rahmatnya, karena sebelumnya cuaca begitu panas dan tanah mulai
mengering.
Bukan hanya tanah,
banyak rumput dan bunga-bunga kemudian mati karena cuaca yang teramat panas.
Dedaunan dari Pohon-pohon dipinggir jalanpun banyak berguguran, mereka kemudian
memilih pasrah ditiup angin dan berhamburan dibadan jalan. Kulit dan ranting
pohon yang ikut mengering, terkadang jatuh diterpa angin laut yang mendadak
keras ketika sore.
Arena dayung
merupakan sebuah kawasan berbentuk segi 4 memanjang yang dikelilingi jalan
beraspal. Dari hasil pengukuranku menggunakan google earth, panjang jalan
keliling arena dayung kurang lebih 2.670 meter, atau 2,67 Km.
Posisinya sangat
strategis, karena terletak dipinggir laut, maka pengunjung akan sangat
dimanjakan oleh pemandangan laut yang tenang dan damai. Rencananya kawasan ini
akan dijadikan sebagai fasilitas utama Pelatnas Dayung.
Namun hingga kini
nasibnya dalam ketidak jelasan, seperti perahu kertas yang terus
diombang-ambing gelombang laut, entah kapan akan sampai didaratan. Masih lebih beruntung si perahu kertas,
karena dapat melihat tujuannya meski samar. Dibanding sang arena dayung, yang
tiap hari meratapi nasib dan sesekali berteriak ketika para pencari besi
mencuri mesin-mesin airnya.
Sebelum lari, saya
mulai dengan peregangan dan diteruskan dengan berjalan kaki sekitar 500 meter.
Belum sampai 500 meter dari titik awal, saya menyaksikan sebuah pemandangan
yang tak biasa.
Setidaknya itu buat
saya, yang baru beberapa bulan kemarin aktif lari sore di arena dayung. Adalah
sekumpulan jamur payung putih yang sore itu menarik perhatianku. Dalam formasi
menyebar mereka tumbuh liar dibawah pohon trembesi diantara jalan aspal dan
arena dayung.
Kebanyakan dari
mereka tumbuh sendiri-sendiri, namun ada juga yang tumbuh secara bergerombol.
Saya yang melihatnya cuma senyum-senyum sendiri.
Dan sayapun mulai
berlari, dimulai dengan joging-joging kecil dan setelah beberapa saat baru
kemudian langkahku sedikit kupercepat secara bertahap. Sepanjang jalan mataku
asik melihat dedaunan dari pohon trembesi yang ada diatasku. Sangat rimbun,
sehingga dahan pohon yang dikiri dan yang kanan bertemu ditengah. Mereka seakan
membentuk payung tuk melindungi kami dari sinar matahari.
Sambil berlari
sesekali saya menoleh kekanan untuk melihat laut dan menikmati ombak. Ombak
kecil yang berlomba-lomba dari tengah laut menuju kemari hanya untuk menghantam
tanggul.
Meskipun belum
ramai, namun pada waktu-waktu seperti inilah banyak orang-orang yang melakukan
lari sore untuk menurunkan berat badan. Tak terkecuali saya. Selain untuk
memperbaiki stamina, saya juga termasuk satu diantara sekian banyak laskar yang
berjuang keras untuk menurunkan berat badan.
Tak terasa setengah
putaran telah kulalui dengan berlari, dan sayapun sampai pada sisi arena dayung
yang berhadapan dengan laut. Dibagian ini tidak ditanami pohon trambesi dikedua
sisinya, makanya agak panas karena terkena sinar matahari secara langsung.
Agak miris rasanya
ketika melewati beberapa bangunan. Sangat bau, pada beberapa bangunan, dinding
dan atapnya sangat memprihatinkan, tidak layak lagi tuk digunakan. Beberapa
bangunan yang dulu digunakan sebagai rumah pompa air, kondisinya lebih
memprihatinkan.
Bagaimana tidak,
mesin pompa air yang tidak terawat, telah berkarat dan hampir habis dipreteli
penjual besi tua. Bahkan ada bangunan pompa yang telah kosong, semoga saja
mesinnya tidak diangkat dengan gerobak kemudian dijual. Sangat disayangkan,
disaat Pemerintah Daerah mulai membangun, aset-aset daerah tidak diperhatikan.
Semoga saja mereka tidak lupa dengan aset lainnya, sehingga tidak mengalami
nasib serupa.
Saya kembali
teringat jamur payung tadi. Semoga saja mereka belum dihancurkan atau dibuang
ketika saya sampai disana beberapa menit lagi. Atau belum diinjak orang-orang
yang mengira itu racun karena tidak memahami keindahannya.
Saya sedikit cemas
dan terus memikirkannya. Keberadaan jamur seakan memenuhi kepalaku, mengalahkan
segala gambaran mengenai bau busuk dan pompa air yang telah hilang tadi. Kupercepat
langkahku, diantara rasa lelah dan ingin melihat kembali si jamur tadi, kakiku
melawan beban berat demi terus melangkah maju.
Akhirnya sampai
juga, selamat bertemu kembali jamur, jamur payung, untunglah kalian baik-baik
saja. Mungkin hidupmu takkan lama, entah besok atau lusa, kalian akan mengering
dan berubah warna kecoklatan. Bersamaan dengan itu keindahanmu ikut pergi, dan
berganti dengan jamur baru yang mungkin lebih indah.
Saya hanya bisa
mengabadikanmu, lewat kamera hp yang juga biasa saja. Supaya semua orang bisa
melihatmu, kemudian merindukanmu dan setelah itu menantikan munculnya jamur
lain yang lebih indah darimu. Jangan pula bersedih, karena hanya saya seorang
yang datang menemui dan menyapamu dengan bahasa cinta.
***
Jamur yang terdapat
di arena dayung merupakan jenis Lepiota Cristata,
umumnya dikenal sebagai dapperling bau atau payung bau, adalah jamur agaric dan
mungkin beracun dalam keluarga Agaricaceae. Spesies yang umum dan tersebar luas
— salah satu jamur yang paling tersebar luas dalam genus Lepiota. Ini berbuah
di tanah di daerah yang terganggu, seperti rumput, jalan dan tepi jalan, taman,
dan kebun.
Spesies ini
menghasilkan tubuh buah yang ditandai dengan sisik konsentris berwarna coklat
kemerahan pada tutupnya, dan aroma yang tidak menyenangkan menyerupai karet
yang terbakar (Wikipedia).
0 comments:
Posting Komentar