Rabu, 16 Januari 2019

Keindahan Yang Terselip Di Arena Dayung



Hawa panas mulai kurasakan, perlahan keluar dari tubuhku yang kata teman sudah keliatan lebih bagus. Dari balik jaket hitam kuning, yang didada kirinya logo Arsenal.FC bertahta, butir-butir keringat seakan berlomba untuk keluar.

Sungguh aneh, mereka berebutan keluar tuk menjemput mimpi, menyatu dengan udara dan kemudian hilang menguap bersama angin.

Napasku terasa berat, ketika kutarik, seperti ada rasa hangat yang tertahan didalam dada. Ah, rasanya melelahkan, untuk hari ini cukup sampai disini dulu.

***

Waktu menunjukan tepat pukul 15.00 saat tali sepatu telah selesai kuikat. Sesuai rencana, sayapun bangkit dan bergegas menuju SOR Laode Pandu. 3 minggu berlalu sejak terakhir kali lari sore mengelilingi Arena Dayung saya lakukan.

Dari apa yang tertangkap kedua mataku, sepertinya ada sedikit yang berubah pada pemandangan disekelilingnya. Rerumputan yang tumbuh liar dipinggir jalan mulai menghijau. Dari kejauhan terlihat pula tunas-tunas baru pohon trembesi, mereka tumbuh dari sela-sela tumpukan daun dan kulit mati yang berserakah dibahu jalan.

Sejak November tahun lalu, hujan seringkali membasahi kota raha dan sekitarnya. Serasa tuhan telah melimpahkan rahmatnya, karena sebelumnya cuaca begitu panas dan tanah mulai mengering.

Bukan hanya tanah, banyak rumput dan bunga-bunga kemudian mati karena cuaca yang teramat panas. Dedaunan dari Pohon-pohon dipinggir jalanpun banyak berguguran, mereka kemudian memilih pasrah ditiup angin dan berhamburan dibadan jalan. Kulit dan ranting pohon yang ikut mengering, terkadang jatuh diterpa angin laut yang mendadak keras ketika sore.

Arena dayung merupakan sebuah kawasan berbentuk segi 4 memanjang yang dikelilingi jalan beraspal. Dari hasil pengukuranku menggunakan google earth, panjang jalan keliling arena dayung kurang lebih 2.670 meter, atau 2,67 Km.

Posisinya sangat strategis, karena terletak dipinggir laut, maka pengunjung akan sangat dimanjakan oleh pemandangan laut yang tenang dan damai. Rencananya kawasan ini akan dijadikan sebagai fasilitas utama Pelatnas Dayung.

Namun hingga kini nasibnya dalam ketidak jelasan, seperti perahu kertas yang terus diombang-ambing gelombang laut, entah kapan akan sampai didaratan.  Masih lebih beruntung si perahu kertas, karena dapat melihat tujuannya meski samar. Dibanding sang arena dayung, yang tiap hari meratapi nasib dan sesekali berteriak ketika para pencari besi mencuri mesin-mesin airnya.

Sebelum lari, saya mulai dengan peregangan dan diteruskan dengan berjalan kaki sekitar 500 meter. Belum sampai 500 meter dari titik awal, saya menyaksikan sebuah pemandangan yang tak biasa.

Setidaknya itu buat saya, yang baru beberapa bulan kemarin aktif lari sore di arena dayung. Adalah sekumpulan jamur payung putih yang sore itu menarik perhatianku. Dalam formasi menyebar mereka tumbuh liar dibawah pohon trembesi diantara jalan aspal dan arena dayung.

Kebanyakan dari mereka tumbuh sendiri-sendiri, namun ada juga yang tumbuh secara bergerombol. Saya yang melihatnya cuma senyum-senyum sendiri.

Dan sayapun mulai berlari, dimulai dengan joging-joging kecil dan setelah beberapa saat baru kemudian langkahku sedikit kupercepat secara bertahap. Sepanjang jalan mataku asik melihat dedaunan dari pohon trembesi yang ada diatasku. Sangat rimbun, sehingga dahan pohon yang dikiri dan yang kanan bertemu ditengah. Mereka seakan membentuk payung tuk melindungi kami dari sinar matahari.

Sambil berlari sesekali saya menoleh kekanan untuk melihat laut dan menikmati ombak. Ombak kecil yang berlomba-lomba dari tengah laut menuju kemari hanya untuk menghantam tanggul.

Meskipun belum ramai, namun pada waktu-waktu seperti inilah banyak orang-orang yang melakukan lari sore untuk menurunkan berat badan. Tak terkecuali saya. Selain untuk memperbaiki stamina, saya juga termasuk satu diantara sekian banyak laskar yang berjuang keras untuk menurunkan berat badan.

Tak terasa setengah putaran telah kulalui dengan berlari, dan sayapun sampai pada sisi arena dayung yang berhadapan dengan laut. Dibagian ini tidak ditanami pohon trambesi dikedua sisinya, makanya agak panas karena terkena sinar matahari secara langsung.

Agak miris rasanya ketika melewati beberapa bangunan. Sangat bau, pada beberapa bangunan, dinding dan atapnya sangat memprihatinkan, tidak layak lagi tuk digunakan. Beberapa bangunan yang dulu digunakan sebagai rumah pompa air, kondisinya lebih memprihatinkan.

Bagaimana tidak, mesin pompa air yang tidak terawat, telah berkarat dan hampir habis dipreteli penjual besi tua. Bahkan ada bangunan pompa yang telah kosong, semoga saja mesinnya tidak diangkat dengan gerobak kemudian dijual. Sangat disayangkan, disaat Pemerintah Daerah mulai membangun, aset-aset daerah tidak diperhatikan. Semoga saja mereka tidak lupa dengan aset lainnya, sehingga tidak mengalami nasib serupa.

Saya kembali teringat jamur payung tadi. Semoga saja mereka belum dihancurkan atau dibuang ketika saya sampai disana beberapa menit lagi. Atau belum diinjak orang-orang yang mengira itu racun karena tidak memahami keindahannya.

Saya sedikit cemas dan terus memikirkannya. Keberadaan jamur seakan memenuhi kepalaku, mengalahkan segala gambaran mengenai bau busuk dan pompa air yang telah hilang tadi. Kupercepat langkahku, diantara rasa lelah dan ingin melihat kembali si jamur tadi, kakiku melawan beban berat demi terus melangkah maju.

Akhirnya sampai juga, selamat bertemu kembali jamur, jamur payung, untunglah kalian baik-baik saja. Mungkin hidupmu takkan lama, entah besok atau lusa, kalian akan mengering dan berubah warna kecoklatan. Bersamaan dengan itu keindahanmu ikut pergi, dan berganti dengan jamur baru yang mungkin lebih indah.

Saya hanya bisa mengabadikanmu, lewat kamera hp yang juga biasa saja. Supaya semua orang bisa melihatmu, kemudian merindukanmu dan setelah itu menantikan munculnya jamur lain yang lebih indah darimu. Jangan pula bersedih, karena hanya saya seorang yang datang menemui dan menyapamu dengan bahasa cinta.

***

Jamur yang terdapat di arena dayung merupakan jenis Lepiota Cristata, umumnya dikenal sebagai dapperling bau atau payung bau, adalah jamur agaric dan mungkin beracun dalam keluarga Agaricaceae. Spesies yang umum dan tersebar luas — salah satu jamur yang paling tersebar luas dalam genus Lepiota. Ini berbuah di tanah di daerah yang terganggu, seperti rumput, jalan dan tepi jalan, taman, dan kebun.

Spesies ini menghasilkan tubuh buah yang ditandai dengan sisik konsentris berwarna coklat kemerahan pada tutupnya, dan aroma yang tidak menyenangkan menyerupai karet yang terbakar (Wikipedia).

0 comments: