Senin, 07 Januari 2019

Seleksi CPNS, Bukan Sengsara Membawa Nikmat


Beberapa waktu lalu, di Facebook dan juga grup-grup WhatsApp beredar video seorang wanita muda yang bertingkah cukup aneh. Entah nyata atau cuma ekting, videonya cukup viral dan menarik banyak komentar dari para netizen. Di facebook videonya menjadi perbincangan, tak sedikit yang menertawai namun tak sedikit pula yang bersimpati.

Saya sendiri melihat video itu karena diperlihatkan istri, yang menurutnya didapatkan dari grup WA alumni. Dalam video terdapat 2 orang wanita mengenakan kemeja putih, dikombinasikan dengan rok hitam dan jilbab hitam. Seorang diantara mereka seperti orang sedang stress berat, bahkan hampir gila. Seorang lagi temannya, yang terus memperingatkan temannya itu supaya sadar, sadar dan sadar.

Karena melihat temannya bertingkah aneh, dan bicaranya yang mulai tidak karuan layaknya orang kerasukan, maka si teman yang masih sadar itu terlihat agak panik dan terus berusaha menenangkan temannya tadi. Video itu adalah video 2 perempuan yang baru saja mengikuti seleksi pertama CPNS 2018. Apabila benar, maka kejadian itu cukup memprihatinkan.

Saya sebetulnya tidak begitu tau dengan kejadian yang sesungguhnya. Mungkin tress berat karena tidak lulus, ataukah karena terlalu bahagia sampai kehilangan kesadaran, atau mungkin juga cuma acting tuk menghilangkan stress akibat tekanan yang terlalu besar saat mengikuti seleksi CPNS.

Seleksi CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) telah selesai dilaksanakan sejak akhir tahun lalu. Dari 2 kali tes yang diselenggarakan, diharapkan seleksi tersebut berhasil menjaring orang-orang dengan kualitas terbaik menjadi Pegawai Negeri Sipil.

Tentu saja ada harapan besar yang kemudian dititipkan dipundak mereka dengan predikat terbaik dalam sebuah kompetisi. Salah satunya, agar supaya mereka dapat bekerja dengan baik, jujur, sepenuh hati dan memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.

Yang guru agar supaya mengajar para murid dengan sebaik-baiknya, karena dari kesabaran mereka lahir tunas-tunas baru yang dikemudian hari akan menjadi pohon-pohon besar penopang masa depan bangsa. Yang bertugas dibagian kesehatan, supaya dapat memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Karena penyakit tak mengenal hari libur, maka para tenaga kesehatan dituntut bekerja dengan lebih baik lagi, setidaknya yang PNS lebih rajin daripada yang masih honorer.

Begitupun dengan yang lainnya. Harapan-harapan itu agaknya tidaklah berlebihan, karena para CPNS yang dinyatakan lulus di bulan januari 2019, merupakan orang-orang yang lahir dari sebuah SISTEM SELEKSI YANG JUJUR DAN TRANSPARAN. Artinya, mereka adalah orang-orang yang tidak melakukan upaya menyogok untuk mendapatkan jaminan pensiun dihari tua.

Ada begitu banyak cerita yang lahir dari seleksi CPNS beberapa waktu lalu. Baik saat pendaftaran, ketika mengikuti tes maupun setelah hasil tes diumumkan. Ada cerita kurang baik, namun tak sedikit pula cerita menyenangkan atau bahkan sangat dramatis.

Bagi sebagian orang, tes CPNS adalah pertarungan hidup mati. Bagaimana tidak, masih sangat banyak penduduk negeri ini menganggap PNS adalah jaminan hidup tenang di hari tua. Menjadi PNS adalah menjadi orang yang akan memiliki masa depan cerah, sedangkan tidak menjadi PNS sama dengan menjadi orang yang suram masa depannya.

Setidaknya, didaerah-daerah kecil di Negara ini, masih banyak orang berpikiran seperti itu. Maka tidak mengherankan, ketika pendaftaran CPNS dibuka, jumlah pendaftar akan membengkak, bahkan dapat mencapai 4 sampai 5 kali lipat dari kuota, mungkin juga lebih. Dari kondisi tersebut kemudian dapat disimpulkan bahwa PNS merupakan satu-satunya profesi yang paling diinginkan sebagian besar masyarakat di Negara ini.

Ada yang begitu menarik dalam tes CPNS tahun ini dan beberapa tes sebelumnya. Pada tes kali ini Pemerintah Pusat memiliki peran yang lebih besar dari pemerintah daerah. Mengenai soal dan tata cara pelaksanaan, serta pemeriksaan, semuanya diambil alih oleh Pemerintah Pusat, termasuk system CAT yang digunakan para peserta tes. Sedangkan daerah berperan sebagai pelaksana dan pengawas tes yang dilakukan di daerah masing-masing.

Para peserta mengikuti ujian dengan mengisi jawaban pada aplikasi yang dijalankan melalui computer. Dengan sambungan internet hasilnya terkoneksi dan tersimpan pada database Pemerintah Pusat. Artinya, ketika data hasil tes para peserta telah tersimpan di Database Pusat, itu takkan bisa diganggu oleh oknum-oknum tertentu didaerah, bahkan oleh Bupati sekalipun.

Dalam pelaksanaannya, kemudian dikuatkan oleh 2 Peraturan Menteri, yaitu Permen PANRB No.36 Tahun 2018 dan Peraturan Menteri PANRB No.37 Tahun 2018. Yang pertama mengenai “Kriteria Penetapan Kebutuhan PNS”, kemudian yang kedua mengenai “Nilai Ambang Batas”. Selama tes berlangsung masih banyak tersebar kabar burung mengenai kemungkinan ketidak jujuran Pemerintah dalam melaksanakan tes.

Karenanya beberapa orang mulai mempersiapkan uang dan koneksi untuk mengawal hasilnya. Selain itu kabar mengenai keterlibatan daerah dalam mempengaruhi nilai juga dihembuskan oleh beberapa orang di grup-grup WA dan juga facebook. Kabar-kabar itu terus saja berkembang, dan tersebar dari grup ke grup, juga seringkali jadi bahan obrolan ditempat umum.

Semuanya berubah ketika hasil diumumkan, dan seleksi CPNS tahun 2018 lalu pun boleh dikatakan JUJUR DAN TRANSPARAN. Orang lain bisa melihat nilainya sendiri, nilai teman dan juga lawannya. Mereka juga bisa menghitung sendiri nilainya, menghitung nilai temannya dan juga lawannya.

Sebetulnya, apabila mereka cukup tenang dan rajin membaca Peraturan Mentri PANRB Nomor 36, mungkin tidak gampang termakan kabar burung. Karena mekanisme pelaksanaan tes, tata cara pemberian nilai sampai dengan tata cara penetapan peringkat, telah diatur didalamnya.

Tentu saja kita semua patut member apresiasi pada Pemerintah, dari pusat sampai daerah, dari BKN sampai BKD, karena dalam pelaksanaan tes, dari awal sampai akhir, telah mengikuti prosedur sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri PANRB.

Akhirnya hasilnya diumumkan, dan menurut kabar kemungkinan tahun 2019 ini akan kembali diadakan seleksi CPNS, entah dibulan berapa, semuanya kita kembalikan pada yang berwenang untuk mengatur. Saat ini kami sudah percaya, setelah melihat pelaksanaan tes sebelumnya yang Jujur dan Transparan.

Dengan system serupa, masyarakat dari yang kurang mampu masih bisa merasaka keadilan. Setidaknya semuanya akan sama dihadapan computer, karena computer selalu adil memperlakukan penggunanya. Tidak ada anak pejabat, tidak ada anak konglomerat, tidak ada anak tuan tanah, tidak ada anak penjahat dan tidak ada anak ustad ataupun anak ulama.

Semuanya sama, sama-sama peserta seleksi CPNS, bahkan untuk anak presiden sekalipun yang pernah tidak lulus tes PNS. Kini semua bisa berharap memiliki masa depan cerah dengan menjadi PNS, tak perlu takut  karena tidak punya uang sogokkan dengan jumlah ratusan juta.

Tidak perlu takut karena tidak punya orang dalam yang dapat member janji kelulusan saat pendaftaran dibuka. Tak perlu takut karena tidak punya kenalan atau keluarga seorang pejabat, karena semua bisa asalkan mau berusaha dan belajar dengan giat.

Dengan begitu, para anak dari keluarga tidak mampu yang kemarin dinyatakan lulus PNS dan kedepannya akan mengikuti tes, kemudian dapat meringankan pekerjaan orang tuanya, membahagiakan mereka dan membuat mereka bangga.

Begitupun dengan mereka sebelumnya menunda untuk menikah karena masalah ketidak jelasan pada masa depan, setelah dinyatakan lulus PNS, semoga bisa segera menikahi si adek atau yayangnya.

Walaupun berat diucapkan, setidaknya ucapkanlah Terimakasih walau Cuma dalam hati, pada Pemerintah yang telah melaksanakan tes dengan Jujur dan Transparan. Karena tanpa itu, mungkin nasibmu hanya akan ditentukan dari seberapa mampu kau mencari pinjaman dengan jumlah ratusan juta.

Sebelumnya tentu saja saya harus mengucapkan selamat buat yang sudah berusaha dengan sebaik-baiknya, dan akhirnya dinyatakan lulus dalam seleksi CPNS kemarin. Dan tidak lupa juga saya mengucapkan selamat pada diri sendiri karena tidak mengikuti tes CPNS hingga kini. Bukannya tidak mau, hanya saja masih belum kepikiran.

0 comments: