Memahami
Paradigma naturalistik (definisi sosial) merupakan
paradigma dalam penelitian kualitatif. Menurut naturalistik, fenomena sosial
dipahami dari perspektif dalam berdasarkan subjek pelaku. Penelitian yang
menggunakan paradigma ini bertujuan untuk memahami (understanding) makna
perilaku, simbol-simbol, dan fenomena-fenomena.
- Individu menyikapi sesuatu atau apa saja dalam lingkungannya berdasarkan makna sesuatu itu bagi dirinya
- Makna tersebut diberikan berdasarkan interaksi sosial yang dijalin dengan individu lain.
- Makna tersebut dipahami dan dimodivikasi oleh individu melalui proses interpretatif yang berkaitan dengan hal-hal lain yang dijumpainya.
Tujuan
penelitian
Tujuan penelitian dengan menggunakan paradigma
naturalistik (mikro) umumnya dalam rangka melakukan deskriptif (penggambaran) verstehen
(pemahaman/pemaknaan), interpretasi (penafsiran), pengembangan, eksploratif
(penemuan) dan komparatif (perbandingan).
Teori-teori
sosial yang termasuk rumpun penelitian kualitatif antara lain:
Fenomenologi; Yaitu
memahami suatu fenomena bukan dari pendapat orang tentang hal itu atau
berdasarkan teori-teori, tetapi mengembalikan kepada subjek yang melakukannya.
Fenomenologi menghendaki keaslian (dasariah), bukan kesemuan dan kepalsuan.
Untuk menemukan keaslian, fenomenologi menyarankan dua langkah
(reduksi/penjabaran), yaitu (a) fenomen yang diselidiki hanya sejauh disadari
secara langsung dan spontan sebagai berlainan dengan kesadaran sendiri dan (b)
fenomen diselidiki hanya sejauh merupakan bagian dari dunia yang dihayati
sebagai keseluruhan, tanpa dijadikan objek ilmiah yang terbatas. Fenomenologi
dapat digunakan sebagai perspektif dalam penelitian filologi, sejarah,
sosiologi, dan psikologi yang menggunakan paradigma mikro. Peneliti
fenomenologi tidak mempelajari tentang masyarakat, melainkan belajar kepada
masyarakat.
Interaksionisme
Simbolik; Menurut teori ini, orang senantiasa berada
dalam sebuah proses interpretasi dan definisi, karena mereka harus
terus-menerus bergerak dari satu situasi ke situasi lain. Sebuah situasi atau
fenomena akan bermakna apabila ditafsirkan dan didefinisikan. Tingkah laku
mereka, pada gilirannya muncul dari proses pemaknaan ini. Jadi, proses
penafsiran itu bertindak sebagai perantara antara kecenderungan bertindak
dengan tindakan itu sendiri. Interaksionisme simbolik bertumpu pada tiga
premis, yaitu: (1) manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna
yang ada pada sesuatu itu bagi mereka, (2) makna tersebut berasal dari
interaksi sosial seseorang dengan orang lain, dan (3) makna-makna tersebut
disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung. Dalam perspektif
teori interaksionisme simbolik, tindakan atau perilaku seseorang atau
sekelompok orang bergantung pada bagaimana ia mendefinisikan lingkungannya dan
lingkungan mendefinisikan dirinya.
Etnometodologi;
diartikan dengan studi tentang bagaimana individu-individu menciptakan dan
memahami kehidupan sehari-hari mereka, cara mereka menyelesaikan pekerjaan di
dalam hidup sehari-hari, dalam arti bagaimana mengkaji mengenai bagaimana para
warga suatu kelompok tertentu memahami, menggunakan, dan menata segi-segi
lingkungan mereka. Etnometodologi mempelajari tentang (1) perbedaan antara
ungkapan yang objektif dan yang indeksikal, (2) refleksifitas berbagai tindakan
praktis, dan (3) kemampuan menganalisis tindakan tersebut dalam konteks
sehari-hari.
Metologi
Penelitian
Mengacu pada tujuannya (melakukan understanding/pemahaman,
deskriptif, interpretasi, pengembangan, eksploratif dan komparatif, maka
penelitian yang lazim dilakukan adalah penelitian kualitatif yang pada umumnya
berupa studi kasus, grounded theory, dan everiday life. Adapun penelitian
pustaka, lazim digunakan penelitian filsafat, hermeneutika, dan content
analisys. Sedangkan analisis yang digunakan dapat berupa deskriptif, deskriptif-analisis,
analisis induktif, analisis isi dan verstehen.
Sumber : Kutipan
0 comments:
Posting Komentar