Seorang murid
duduk berdoa siang dan malam, berhenti sejenak hanya untuk makan dan
beristirahat, lalu dilanjutkan lagi dengan berdoa. Semua sahabat yang
melihatnya merasa kagum dan memuji dirinya.
Sang guru yang
mendengar hal ini mendatangi muridnya dan bertanya mengapa si murid berdoa
terus tanpa henti. "Saya berdoa terus untuk mencapai surga!" jawab si
murid mantap. Sang guru yang mendengar jawaban ini hanya menggangguk-anggukan
kepala, dan pergi berlalu. Beberapa saat kemudian sang guru datang kembali
dengan membawa sebuah genteng atap dan selembar kertas amplas.
Sang guru
kemudian duduk disebelah guru yang sedang berdoa dan mulai menggosok genteng
yang dibawanya dengan amplas. Si murid heran melihat tingkah laku gurunya, lalu
bertanya mengapa sang guru mengamplas genteng. Sang guru menjawab dengan
tenang, "Saya sedang menggosok genteng sampai menjadi kaca!". Si
murid bertanya sambil tertawa, "bagaimana mungkin genteng digosok bisa
menjadi kaca?". Sang guru tersenyum balas menjawab, "kalau hanya
dengan berdoa bisa masuk ke surga, tentu genteng juga bisa menjadi
kaca..."
Tidak salah
kita berdoa, karena berdoa bisa menenangkan jiwa. Tapi doa akan menjadi
kehilangan makna ketika doa hanya dijadikan satu-satunya sarana untuk menggapai
surga. Doa tidak perlu dibanggakan, karena doa adalah rahasia dengan Sang
Pencipta. Doa menjadi nyata ketika ia selaras dengan pikiran dan tindakan.
Hindari segala kejahatan, praktekkan kebenaran dan kebajikan, kembangkan cinta
dan kasih, sucikan hati dan pikiran, maka semua doa yang pernah diucapkan akan
menjadi nyata.
Sumber : al-qadrie.blogspot.com
0 comments:
Posting Komentar