Amir
dan Budi sedang berenang di pinggir pantai, Amir adalah seorang juara
renang, kemampuan menyelamnya pun patut diacungi jempol. Sedangkan Budi, ia
hanya bisa berenang dengan gaya asalan, yang penting bisa mengambang dan tidak
tenggelam. Semakin asik mereka berenang, tanpa mereka sadari sudah berada jauh
dari pantai. Sambil mengambang, dengan mimik gelisah, Budi mengajak Amir balik
ke pantai. Melihat ketakutan sahabatnya, Amir yang jagoan renang malah
menertawakannya. Tetapi tiba-tiba cuaca berubah, langit mendung dan berawan,
angin mulai berhembus kencang, dan gelombang mulai menjadi ombak. Tubuh mereka
mulai dihantam gelombang pasang, dan arus mulai menyeret menuju ketengah
lautan. Spontan mereka berdua mulai panik dan berusaha berenang ke arah pantai.
Berdua mereka berenang menembus gelombang dan badai. Tapi apa yang terjadi?
Mereka hanya berenang di tempat! Arus gelombang membuat mereka tidak bisa
melaju. "Ah kiranya ajalku sudah tiba... Oh Tuhan, berilah hamba
kekuatan...", doa Budi dalam ketakutan, karena dirinya sudah tidak kuat
lagi bertahan. Dilihatnya Amir di depan terus berenang dengan semangat dan
tanpa berhenti. "Aku seorang juara renang, tak mungkin kalah dengan
sedikit gelombang! Akan ku kalahkan, pasti aku akan sampai di pantai!",
pikir Amir sambil terus berenang. Akhirnya, dengan badan yang sudah lelah, Budi
hanya berusaha mengambang dan pasrah mengikuti arus dan gelombang. Perlahan,
tubuh Amir sahabatnya hilang dari pandangan... "Selamat tinggal sahabatku,
selamat tinggal semuanya, mungkin kini tiba ajalku...", pikir budi dalam
kepasrahan. Beberapa waktu kemudian, ternyata cuaca mulai menjadi cerah, badai
dan gelombang pun reda. Melihat hal ini, Budi yang masih mengambang mengikuti
gelombang, mulai bersemangat kembali, "Ha...ombak menghilang, dan disana,
bisa kulihat pantai, aku harus berenang sekarang!". Dan Budi dengan
perlahan berenang di air yang tenang, dan mencapai pantai dengan selamat.
Begitu tiba di pantai, ia berseru memanggil sahabatnya Amir, tapi Amir tak
tampak. Ia kemudian bertanya pada beberapa pengunjung dan nelayan yang ada
disana, tapi mereka pun tidak merasa melihat sahabatnya. Ia mulai panik, kemana
Amir pergi, atau jangan-jangan...... "Ah... tidak mungkin, Amir juara
renang, ia pasti akan selamat sampai di pantai", pikir Budi dalam hati.
Tiba-tiba, di kejauhan, ia mendengar orang-orang berteriak. Tanpa berpikir
panjang, ia segera berlari menuju kerumunan orang. Dan ketika ia tiba... ia
melihat sahabatnya sudah terlentang, terbujur kaku, tanpa napas... Budi
menangis, tak mampu berucap, dipandangnya semua orang, dan dari kerumuan
seorang Bapak berkata, "Ketika ditemukan, ia sudah tidak bernyawa,
terseret ombak, mungkin ia terus berenang menembus gelombang, menentang
kekuatan alam......"
Demikian juga dengan gelombang dan badai
kehidupan, kapan ia datang, tak bisa diramal pasti. Semua orang tanpa kecuali
pasti menghadapi, tak mungkin bisa dihindari. Haruslah cermat untuk berhitung,
kekuatan badai yang kita lawan, bila ia terlalu kuat untuk diterjang, tenangkan
hati, jangan terlalu memaksakan diri, karena bila terus dilawan, badan akan
lelah dan frustasi muncul dipikiran. Ada kalanya, sehebat apaun seseorang, ia
harus pasrah sejenak, membiarkan dirinya mengikuti arus gelombang.
Hal ini bukanlah kekalahan, tapi inilah saatnya
kita bertahan. Pada saatnya nanti, ketika gelombang dan badai mulai mereda dan
keadaan menjadi tenang, pasti muncul peluang dan kesempatan. Saat itu, jangan
sia-siakan, jangan terlena, segera lanjutkan perjalanan
Sumber : al-qadrie.blogspot.com
0 comments:
Posting Komentar