Aku
tak tahu apa yang disembunyikan hari-hari untukku,
peran
apa yang telah ditakdirkan atasku untuk menjalankan misi mulia risalah Allah,
kalau
tidak bagaimana aku tetap hidup,
padahal
seharusnya tulang belulangku telah hancur tujuh kali.
Aku
memuji Allah karena aku dapat mengalami semua cobaan dan penderitaan yang
datang silih berganti,
tubuhku
masih kuat,
kulit
tebal apakah yang menyelimuti tubuh ini?
Sebagian
psikolog mengatakan
“Satu
generasi tidak akan kuat menerima kekalahan melebihi satu kekalahan,”
dan
lihatlah aku telah mengalami enam atau tujuh kali kekalahan.
Kekalahan
dan kemenangan?
Apa
bedanya bagi kita?
Mungkin
kemenangan dan kekalahan merupakan hal penting bagi olahragawan,
politikus
dan orang-orang yang suka berkompetisi,
adapun
bagi kita yang terpenting adalah menunaikan kewajiban risalah Allah
dalam
menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.
Apabila
kita menang,
kita
mengharap agar terlindungi dari segala kesombongan dan penindasan kepada orang
lain.
Jika
kalah,
kita
mengharap agar Allah menjaga dari segala kehinaan dan penyerahan diri.
Berjuang
demi sebuah hakikat,
kebebasan
dan demi kebahagiaan manusia,
merupakan
kebahagiaan yang paling tinggi,
dan
keikhlasanku dalam perjuangan ini semuanya kulakukan demi bangsaku,
agar
dapat meringankan jeritan yang selalu ada dalam diriku,
sampai-sampai
aku tak dapat menjadi seorang ayah dan suami yang baik.
Terkadang
aku gelisah,
aku
takut kekuasaan akan menindas putra-putri dan ayahku yang sudah tua,
namun
apapun yang terjadi,
aku
yakin berjalan di jalan Allah,
dan
ketika sesorang menentukan suatu jalan yang ingin ditempuhnya,
maka
ia harus siap dengan segala kemungkinannya.
Ia harus berjalan sampai ke titik akhir.
Tujukanlah
wajahmu untuk agama yang suci,
semua
yang kita lakukan ini membutuhkan kekuatan iman dan nafas panjang
serta
kesabaran dalam menanggung semua penderitaan.
Ya
Allah, berikanlah kami kekuatan sesuai dengan langkah kami.
Sumber: The
Philosophy of Supplication, Makna Doa (Zahra, 2002)
0 comments:
Posting Komentar