Minggu, 09 Desember 2012

Surat Terakhir Ali Syariati untuk Anaknya, Ehsan


Aku tak tahu apa yang disembunyikan hari-hari untukku,
peran apa yang telah ditakdirkan atasku untuk menjalankan misi mulia risalah Allah,
tapi aku yakin bahwa aku memiliki peran yang belum rampung dituntaskan,
kalau tidak bagaimana aku tetap hidup,
padahal seharusnya tulang belulangku telah hancur tujuh kali.

Aku memuji Allah karena aku dapat mengalami semua cobaan dan penderitaan yang datang silih berganti,
tubuhku masih kuat,
kulit tebal apakah yang menyelimuti tubuh ini?
Sebagian psikolog mengatakan
“Satu generasi tidak akan kuat menerima kekalahan melebihi satu kekalahan,”
dan lihatlah aku telah mengalami enam atau tujuh kali kekalahan.
Kekalahan dan kemenangan?
Apa bedanya bagi kita?

Mungkin kemenangan dan kekalahan merupakan hal penting bagi olahragawan,
politikus dan orang-orang yang suka berkompetisi,
adapun bagi kita yang terpenting adalah menunaikan kewajiban risalah Allah
dalam menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.
Apabila kita menang,
kita mengharap agar terlindungi dari segala kesombongan dan penindasan kepada orang lain.
Jika kalah,
kita mengharap agar Allah menjaga dari segala kehinaan dan penyerahan diri.

Berjuang demi sebuah hakikat,
kebebasan dan demi kebahagiaan manusia,
merupakan kebahagiaan yang paling tinggi,
dan keikhlasanku dalam perjuangan ini semuanya kulakukan demi bangsaku,
agar dapat meringankan jeritan yang selalu ada dalam diriku,
sampai-sampai aku tak dapat menjadi seorang ayah dan suami yang baik.

Terkadang aku gelisah,
aku takut kekuasaan akan menindas putra-putri dan ayahku yang sudah tua,
namun apapun yang terjadi,
aku yakin berjalan di jalan Allah,
dan ketika sesorang menentukan suatu jalan yang ingin ditempuhnya,
maka ia harus siap dengan segala kemungkinannya.
 Ia harus berjalan sampai ke titik akhir.

Tujukanlah wajahmu untuk agama yang suci,
semua yang kita lakukan ini membutuhkan kekuatan iman dan nafas panjang
serta kesabaran dalam menanggung semua penderitaan.
Ya Allah, berikanlah kami kekuatan sesuai dengan langkah kami.

Sumber: The Philosophy of Supplication, Makna Doa (Zahra, 2002)

0 comments: