Lampung di Sumatera, Pontianak di Kalimantan, Manokwari di Papua, Jogjakarta di Pulau Jawa, semua pernah kusinggahi. Kalau kuingat sebuah acara tv yang hits beberapa tahun lalu, Jejak Petualang, mungkin seperti itu juga kisahku kala itu. Sangat bersemangat, bahkan Afrika sekalipun akan kudatangi seorang diri kalau memang ada alasan kerjaan untuk kesana.
###
Beruntung akhinya saya bisa kuliah di Makassar, kota besar dan salah satu tempat berkumpul orang-orang dari timur Indonesia. Saat memilih jurusan, saya tak tau kalau jurusan ini yang membawaku mendatangi hampir semua daerah di Sulawesi Selatan. Kecuali Enrekang dan Tanah Toraja.
Siapa yang bisa mengira masa depan, saat kecil dulu kemudian memasuki bangku sekolah sampai SMA. Betapa gambaran masa depan tak pernah muncul apalagi sempat terpikirkan. Hidup seperti hanya untuk hari ini, dan saat berpikir tentang hari esok, itu semata-mata karena ada PR dari guru yang harus dikumpul.
![]() |
Jogjakarta, Malioboro 2006 |
Apalagi Kota Kendari yang jadi Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, saya tak cukup familiar. Tahun 2007 saya yakin lebih mengenal Kota Parepare daripada Kota Raha. Saya lebih tau setiap jalan dan lorong dalam Kota Parepare daripada Raha. Barulah tahun 2018 sampai kini tahun 2020 saya bisa mengenal Kota Raha.
Perjalananku keluar daerah dimulai tahun 2005, Kota Makassar menjadi tujuanku untuk melanjutkan sekolah ketingkat yang lebih tinggi. Darisana petualanganku dimulai, dan Kabupaten Jeneponto adalah daerah pertama di Sulawesi Selatan yang kudatangi.
Bulusaraung 2008 |
Ah, sudahlah. Kata seorang teman saat orientasi dulu, kuliah tanpa ospek seperti sayur tanpa garam. Kuyakin dia menyesali perkataannya itu setelah selesai ospek. Karena dia menjadi sasaran empuk para senior, seperti temanku yang rahangnya goyang dan terpaksa harus makan bubur selama 3 bulan setelah ospek.
Ada 2 daerah yang sangat akrab saat itu, Parepare dan Pangkep. 2 daerah itu yang hampir selalu kami datangi, baik untuk urusan kuliah maupun urusan kerjaan. Ya, saya sudah ikut konsultan saat semester 5, menjadi surveyor. Bersama teman-teman ditugaskan di Kota Parepare sekitar 1 bulan lebih, untuk melakukan pendataan pada 20.000 bangunan gedung.
![]() |
Parepare, 2005 |
Tentu saja itu jumlah yang tidak sedikit, 20.000 bangunan gedung didata dengan cara door to door, atau dari rumah kerumah. Menggunakan metode wawancara langsung dan dicatat pada selembar kuisioner. Makanya saya lebih mengenal Kota Parepare, karena setiap hari dalam sebulan lebih berjalan kaki keluar masuk lorong dan melakukan wawancara.
Jangan tanya berapa bayarannya, karena bisa kerja dikonsultan saat itu adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Apalagi dipimpin seorang dosen yang dikenal cerdas dan keren di Universitas 45 Makassar. Yang selama kuliah S1, S2 dan S3, selalu mendapat gelar Cumlaude, atau lulusan terbaik.
Kalau kalian membayangkan dia dosen berkacamata, berbaju kemeja lengan panjang dan celana kain, kalian salah besar. Penampilannya lebih keren dari itu, nyatanya banyak mahasiswa wanita yang bilang begitu. Dan akhirnya saya menjadi stafnya selama 3 tahun, sebagai Drafter juga Surveyor.
1 hal yang jadi penyesalanku saat bekerja disana. Yaitu menolak nilai bagus dari asisten untuk 1 mata kuliahnya, padahal itu mata kuliah 4 sks. Meskipun akhirnya saya mendapat nilai B dengan susah payah.
![]() |
Foto Wisuda |
Tahun 2012 saya memilih untuk menyelesaikan kuliah dan wisuda. Itu pilihan buatku yang sudah dari tahun 2009 Nol kredit dan mulai menyusun tugas akhir. Sebetulnya saya bisa memilih menundanya setahun atau dua tahun lagi. Tapi petualangan baru sedang menanti.
Seharusnya saya bisa ikut wisuda akhir tahun 2011, tapi ketua jurusan saat itu tak mengijinkan. Seandainya dipaksakan, mungkin saya takkan mendapat nilai tertinggi di Ujian Meja dan mendapat predikat Terbaik saat Yudisium. Syukurlah, setidaknya saya cukup bangga dengan itu.
Bandung, terminal baru untukku setelah itu. Dari sana petualanganku jadi semakin luas dan mampu menjangkau tempat-tempat jauh di Nusantara. Setelah menempuh 2 jam dari Makassar ke Jakarta, saya masih harus menempuh 2 jam lagi dengan Bis Primajasa menuju Kota Bandung.
![]() |
Kayaknya ini di Garut/Tasik, tahun 2013 |
Banyak yang menolak Teori Darwin hanya karena tak mau mengakui berasal dari monyet. Memang apa yang buruk dengan monyet, bukankah dia bentuk kurang sempurna dari manusia. Padahal waktu kecil, ketika kita semua belum mampu berpikir dan bertindak mandiri, kita juga bertingkah seperti monyet.
Disuru menyanyi, kita menyanyi. Disuru tertawa kita tertawa. Disuru angkat tangan kanan atau kiri, kita lakukan. Coba liat para anak kecil, bukankah mereka seperti kita saat kecil dulu?. Mereka bentuk yang kurang sempurna dari kita yang sekarang. Begitupun dengan monyet.
Daripada monyet, mungkin buaya lebih bisa diterima. Tak banyak yang tau, kalau kita mewarisi otak buaya. Namanya otak Reptilia atau Reptillian Brain. Makanya banyak yang bisa berubah menjadi Buaya Darat.
Lampung Selatan |
Nyatanya saya mampu beradaptasi dan merasa nyaman di Bandung. Dari sana saya mengenal daerah lain di Jawa Barat. Tasikmalaya, Garut, Sumedang, juga Pangandaran daerah asal Bu Susi, mantan Mentri Kelautan dan Perikanan.
Saya masih ingat kerjaan pertama yang saya kerjakan, lokasinya di Sulawesi Utara tepatnya di Kota Bitung. Untuk pergi kesana harus naik pesawat 3 jam dari Jakarta ke Manado, tanpa transit Makassar. Dan sampailah saya ke Manado, bersama seorang Tenaga Ahli Teknik Informatika dan seorang perwakilan Kemenhub.
Manado, 2012 |
Kami memilih hotel di Kota Manado untuk menginap, juga menyewa mobil beserta supir sehari penuh selama beberapa hari kegiatan di Bitung. Sayangnya kami tak sempat berlibur selama disana, atau paling tidak merasakan bibir Manado. Eh salah, maksud saya bubur Manado.
Hanya 2 minggu setelah kembali dari Manado, saya kembali harus terbang ke Pontianak. Cuaca pagi itu sedikit buruk, hanya awan mendung berwarna abu-abu yang terlihat dari pesawat Jakarta-Pontianak. Kegiatan dilaksanakan Maraton, supaya kami bisa kembali ke Bandung sorenya dan tak jadi menginap.
Sampai kembali ke Makassar tahun 2015, saya telah berkeliling Jawa Barat, pergi ke Lampung, dan beberapa daerah di Provinsi Banten. Benar yang dikatakan Darwin, setelah melakukan mutasi kemudian adaptasi, saya telah berevolusi selama di Bandung.
Setidaknya itu dapat kurasakan, saya lebih siap secara mental dan kejiwaan untuk berbicara didepan orang banyak sebagai pembicara seminar. Ini pengalaman yang tidak akan saya dapatkan sekiranya menetap di Makassar sampai tahun 2015, dan Bandung memberikannya padaku.
![]() |
Seminar di Kemenhub, 2013 |
Saya patut berbangga, karena saya satu dari beberapa alumni Planologi 45 yang pernah membawakan seminar proyek ditingkat Kementrian lebih dari 5 kali. Setauku sampai saat ini, hanya ada beberapa alumni Plano 45 yang dapat melakukannya, dan saya salah satunya.
Setelah dari Bandung, saya lebih banyak bepergian ke Gorontalo dan Sulawesi Utara dari Makassar. Ada satu tempat di Sulawesi Utara yang ketika itu sangat menarikku ingin kesana, Kepulauan Talaud yang berbatasan dengan Filipina. Daerah itu masuk dalam list kerjaan kami, dan sayangnya ada tim lain yang dibentuk khusus untuk pergi kesana.
![]() |
Bolaang Mongondow Utara, Buroko 2016 |
![]() |
Kotamobagu 2016 |
Sedikit tips dariku buat yang ingin atau ada agenda ke Manado. Cobalah datang saat pengumuman kelulusan siswa SMA. Darisana jangan lupa singgah di Kota Kotamobagu, kata temanku perbedaan Kotamobagu dengan Manado seperti 11-12. Entahlah, sampai terakhir di Kotamobagu dia belum menunjukan mana 11 yang dimaksud olehnya.
Akhir bulan September 2017 saya masih di Boroko, Bolaangmongondow Utara, dan kabar gembira itu datang. Ada kerjaan di Papua dan saya terlibat didalamnya, sebagai ketua tim teknis. Tak perlu berpikir, saya langsung menjawab oke. Itu respon kilat setelah perjalanan ke Maluku dan Maluku Utara gagal tahun 2013 lalu.
Dan saya pun Sampai ke Bumi Cenderawasih, senangnya. Saya harus bershalawat 3X karena nikmat itu. Manokwari dan Sorong, 2 tempat yang saya kunjungi beserta tim untuk menyelesaikan pekerjaan pariwisata. Itu pekerjaan yang sangat berat dan gila menurutku.
Seminar TWA, Sorong 2017 |
Karena lelang yang selalu batal, kamipun menanggung beban harus menyelesaikan kerjaan hanya dalam waktu 23 hari. Dengan sumberdaya yang terbatas akhirnya kami mampu menyelesaikannya dengan bobot 95%, minus gambar 3 dimensi dan Animasi. Saya sangat bersyukur kami memiliki tim yang solid saat itu, dan semua anak muda.
Pengalaman tak menyenangkan kudapati saat proses mengurus administrasi. Ancaman pembunuhan lewat telepon oleh rekanan orang buton di Manokwari. Sampai akhirnya semua menguap begitu saja.
###
2 tahun berlalu setelah papua, saya merasakan ada yang hilang secara perlahan. Dalam perjalanan Muna-Makassar, rasanya sangat jauh dan ada sedikit ketakutan. Itu jarak yang ditempuh dalam waktu 1 jam, tapi yang kurasakan seperti berjam-jam lamanya. Makassar seperti begitu jauh bagiku, sedikit aneh mengingat saya telah pergi ketempat yang lebih jauh.
![]() |
Makassar 2020 |
Saya teringat bukuku yang entah hilang atau kulupa sedang meminjamkan keteman, judulnya "Belajar Cerdas Berbasis Otak". Dalam bahasa Muna nya Brain Base Learning. Menurut buku itu, membaca bukan satu-satunya jalan untuk cerdas, tapi masih banyak cara lain. Salah satunya bepergian keberbagai tempat.
Saat pertama kali pergi ketempat baru, mata kita akan merasa asing pada lingkungan sekitar. Barulah beberapa saat setelah itu mata kita akan terbiasa. Taukah kalian, selama masa adaptasi itu dari asing menjadi biasa, otak sedang bekerja. Sel otak bernama neuron, yang memiliki dendrit akan membangun sebuah jaringan baru dengan dendrit lainnya. Dan akhirnya terbentuklah jaringan-jaringan baru, kalau tak salah ingat namanya Neurotransmiter. Kalau salah, tolong diingatkan.
Bepergianlah kebanyak tempat selagi mampu. Tak ada yang tau, mungkin disalah satu tempat yang kau datangi ada sisa-sisa kebahagiaan yang bisa kau bawa pulang.
Salam.
0 comments:
Posting Komentar