![]() |
Sumber Foto : https://www.hipwee.com |
Ah, kenikmatan cinta, sejak kapan hal seperti itu terpikirkan lagi olehku. Selama bertahun-tahun aku hidup didalam kubangan lumpur. Tak pernah terpikirkan lagi olehku bagaimana indahnya taman bunga, warna dan wewanginya yang buat kekupu mendekati tuk mengisap sarinya. Rerumputan hijau terhampar, yang membuat hati merasa tentram dan damai, entah kapan akan bertemu kembali. Aku berada didunia yang berbeda, sepertinya ini penjara tapi jelas bukan neraka para pendosa. Mungkin juga ini surga, yang menampakan diri dalam wajah lain. Entahlah, sudah sangat lama indra dan akalku mati suri, tak mampu lagi membedakan antara penderitaan dan kebahagiaan, antara benar dan salah, antara baik dan buruk.
Seandainya semua bisa seperti majnun, tulus memberikan segalanya kepada layla tanpa alasan. Dan semua bisa seperti layla yang tulus memberikan segalanya kepada majnun tanpa tuntutan. Tak mungkin. Manusia hanyalah mahluk yang memberi karena alasan dan menerima dengan tuntutan. Menjadi Majnun berarti memberikan segalanya pada sebagiaan dirinya, karena layla dan majnun adalah satu kesatuan yang terpisah di alam mahiyah. Kenapa?, aku tak dapat mengartikannya, juga tak mampu memahaminya. Mereka sangat jauh dari sini, dari tempatku sedang berbaring terlentang merasakan sesak karena dosa besar yang kian mencekik.
***
Namaku Bara, seorang lelaki paruh baya berumur 40 tahun. Jika diijinkan berumur panjang, 40 tahun kemudian umurku 80 tahun dan saya akan menjadi semakin tua. Entahlah, apakah menjadi setua itu enak atau tidak saya belum ingin memikirkannya. Karena saat ini saja banyak masalah datang tanpa mengucap salam, tak juga pamit untuk segera pergi dan menjauh.
Saat ini saya sedang menikmati keindahan danau Ranukumbolo, dalam pendakianku yang pertama menuju puncak Semeru. Dahulu kuingin kesini bersama teman-teman, entah aku atau mereka yang selalu sibuk, nyatanya waktu luang kami tak selalu bisa bertemu dalam hari dan tanggal yang sama.
Saya memilih berlibur kegunung, bukan lari dari masalah atau memilih mengasingkan diri seperti yang dilakukan Soe Hok Gie karena kecewa. Dari sini selalu kuingat sepasang kelinci peliharaan kita, mereka lucu dan menggemaskan. Kau dan aku selalu menggendongnya, merawatnya dengan sangat baik sampai badannya tumbuh besar dan gemuk seperti sekarang ini. Terkadang kita tak selalu sepaham bagaimana cara merawat mereka, bagaimana mengatur makanannya dan membersihkannya. Dan dari situ masalah selalu muncul.
Aku tak ingin mengajarimu, karena kutau kau orang terpelajar. Aku juga tak berani membimbingmu karena aku yang sekarang juga butuh bimbingan. Kutau kelinci binatang yang mudah stress pabila mendapatkan lingkungan yang ribut dan gaduh. Tapi percayalah aku juga sangat menyayangi mereka, tapi dengan cara yang mungkin sedikit berbeda denganmu. Tak mungkin kudapat berbuat yang sepertimu, karena pada dasarnya kita pribadi berbeda yang akan dilihat sama oleh 2 ekor kelinci peliharaan kita.
Disini, dipinggir danau saya dan rombongan beristirahat. Untuk menuju puncak semeru hanya tinggal sedikit lagi, tapi sepertinya saya tak cukup tertarik dengan itu. Melihat danau yang indah ini sudah buatku merasa sangat bahagia, saat duduk dipinggirnya diriku diliputi perasaan damai dan dadaku yang dahulu sesak seperti menarik oksigen dengan lancar tanpa hambatan.
Suatu saat nanti, kita sepertinya harus membawa kedua kelinci kita kesini. Mereka mungkin akan sangat bahagia bermain dan berlari diantara rerumputan yang tumbuh liar disekitar danau.
0 comments:
Posting Komentar