Rabu, 08 April 2020

Corona Membuka Mata Kita Pentingnya Para Perawat

Belakangan Kita sering mendengar istilah Perawat dan Tenaga Medis dalam pemberitaan media televisi dan media elektronik. Dalam penanganan pasien Virus Corona mereka sering disebut-sebut berada digarda terdepan. Himbauan dari mereka pun sangat berarti, untuk menghindarkan masyarakat dari terjangkit virus.

Tenaga Medis dan Perawat atau disebut juga Tenaga Keperawatan (dalam bidang pengabdiannya) sama-sama merupakan Tenaga Kesehatan. Apabil Tenaga Medis terdiri dari Dokter dan Dokter Spesialis, maka Tenaga Keperawatan terdiri dari berbagai jenis Perawat yang secara aturan dibedakan dengan Bidan. Jadi Perawat bukan Bidan, dan Bidan juga bukan Perawat.

Perawat tak dapat dilepaskan dari sejarah panjang cerita kesehatan umat manusia. Saat perang bersenjata berkecamuk, ataupun perang melawan wabah virus yang mengancam jutaan nyawa, para perawat selalu ada bersama korban. Dapat dikatakan dimana ada wabah atau penyakit menular, maka disitu selalu ada perawat, tentu saja selain dokter.

Para perawatlah yang membasuh luka ditubuh, membersihkannya dengan lembut, kemudian memberi perban. Mereka orang pertama yang kan menanyakan kondisi pasien, mencatat, kemudian memberi laporan pada dokter untuk ditindaki lebih lanjut. Mereka orang yang akan selalu siaga diruang Gawat Darurat.

Saya teringat kejadian tahun 2013. Saat itu sudah 2 minggu saya tinggal dirumah melawan sakit yang tak kunjung membaik. Dan akhirnya saya memutuskan agar dibawa saja ke Rumah Sakit untuk dilakukan pengobatan. Namanya Rumah Sakit Santo Yusuf di Kota Bandung. Jangan bayangkan dari Raha ke Bandung, karena saat itu saya memang tinggal di Bandung.

Sejak pertama kali pengobatan dilakukan yaitu pemasangan impus setelah pemeriksaan, hanya seorang gadis berpakaian putih didekatku. Dengan lembut ia menusukkan jarum ditangan kiriku, merubah kecepatan aliran cairan bening yang mengalir dari botol dan masuk ketubuhku lewat jarum tadi. 

Tentu saja saya tak merasakan sakit saat ditusuk jarum, entahlah kalau lelaki yang melakukan, rasanya pasti akan sangat sakit.

Selama hampir 2 minggu nginap di Rumah Sakit, hanya perempuan putih-putih itu yang datang hampir setiap waktu. Pagi membawa obat dan makan, Sore membawa makanan dan perlengkapan mandi, malam datang lagi membawa obat dan makanan. Padahal saya sangat berharap diceritakan suatu kisah supaya bisa tidur nyenyak, tapi tak pernah terjadi. Ah, mungkin karena saya yang tak meminta.

Bagi yang pernah ke Rumah Sakit, pasti sering melihat mereka disemua sudut. Mereka itulah para Perawat. Yang hampir setiap malam begadang menjaga para pasien, dan akan selalu siaga jikalau saat tengah malam ada keluhan. Maka jangan heran kalau mereka terlihat lebih langsing dari tenaga kesehatan lainnya.

Saat Corona menyerang dan memakan korban jiwa, apakah mereka ikut libur?. Tidak. Perawat tetap bekerja sesuai tugas pokok dan prosedur pelayanan serta perawatan pasien yang berlaku. Bersama Dokter, mereka memakai masker, Kacamata, memakai Face Shield (Pelindung Wajah), Baju hazmat 2 lapis, sarung tangan 3 lapis, sepatu boot, untuk memastikan kondisi pasien corona setiap saat.

Selama Berjam2 APD itu melekat ditubuh mereka, membungkus sampai mereka tak merasakan lagi sejuknya pendingin ruangan. Belum lagi perasaan was-was serta waspada yang terus bertanya-tanya akan keselamatan mereka dari ancaman tertular Covid 19. Itu karena mereka orang yang paling dekat dengan pasien positif Corona, juga yang paling berpotensi ikut tertular dari mereka.

Tanpa mengecilkan peran tenaga kesehatan lainnya, mungkin disaat sekarang ini profesi perawat yang paling berbahaya. Dalam pekerjaanya mereka dituntut menyelamatkan diri sendiri, keluarga dan orang lain. Mereka dituntut menekan virus supaya tak menyebar kemereka sendiri dan orang lain. 

Ruang isolasi pasien ibarat arena pertarungan, dan mereka sebagai gladiator yang harus memenangkan pertarungan diatas arena tanpa penonton. Mereka berjuang dalam senyap, jauh dari hingar bingar dunia luar yang sedang panik karena takut lapar tapi menuntut segera dilakukan Lockdown. 

Mereka ibarat koin dengan 2 sisi berbeda, sangat dibutuhkan tapi juga dihindari. Mereka dibutuhkan dimedan laga, berperang demi orang banyak. Tapi mereka juga yang pertama ditolak tetangga saat ingin pulang kerumah. Seperti pasien positif, mereka juga mengisolasi diri dari keluarga dan ligkungan sosial.

Mungkin karena itu pemerintah akan memberikan insentif besar bagi dokter dan perawat. Pada beberapa Rumah Sakit bahkan menawarkan kontrak beberapa bulan, dengan gaji yang sangat fantastis. Setidaknya itu sangat jauh berbeda dengan yang mereka terima selama ini dari RSUD di daerah.

Apakah dengan begitu sudah cukup?. Gaji besar tapi tak dilengkapi peralatan memadai akan sangat besar resiko perawat ikut tertular. Bagaimanapun kondisi dan apapun jenis penyakit yang diderita, mereka akan selalu ada memberikan perawatan yang maksimal. Maka pemerintah dituntut supaya membekali mereka dengan peralatan perang paling canggih.

Hanya dengan menonton tv dan membayangkan tugas mereka, kita jadi tahu betapa melelahkannya para perawat berada di garis depan. Betapa berat beban yang diletakkan dipundak mereka setiap hari. Tenaga serta emosi mereka seakan selalu terkuras dalam peperangan yang belum terlihat kapan akan berakhir ini. 

Atas jasanya kita layak memberikan penghargaan sangat tinggi bagi para perawat. Mereka seperti pahlawan bertopeng, yang menyelamatkan dunia dari balik topeng juga jubah. 

Namun begitu mereka juga merupakan manusia biasa, yang sangat berharap mendapat jaminan sebagai bekal untuk hidup dihari tua. Seperti yang sebelumnya pernah dilakukan kepada sebagian besar Tenaga Bidan diseluruh Indonesia.

Semoga badai cepat berlalu dan Indonesia cepat terbebas dari Virus Corona/ Covid 19.

Related Posts:

0 comments: