Apa yang kau pikirkan tentang Roti Pawa, apa gunanya membicarakan Roti Pawa. Memang ada roti pawa ter enak di Raha?, bukannya semua roti pawa sama saja. Warnanya putih, ada isi didalamnya, dilapisi daun pisang dibawahnya lalu dikukus sampai mengembang kemudian matang.
Begitulah, sepertinya tak ada yang spesial dengan roti pawa. Tapi mari kita berikan sedikit apresiasi pada makanan yang terinspirasi dari bakpau cina ini. Dengan cara dikukus bukan digoreng, setidaknya dia berusaha menghindarkan kita dari penyakit karena kelebihan kolesterol. Berikan aplaus untuk roti pawa, luar biasa.
Roti Pawa dan Bakpau memang sangat mirip, tapi taukah kalian apa yang membedakan keduanya saat dilihat, bukan di makan. Yaitu daun pisang. Seandainya dimasa lampau kertas bukan sesuatu yang mahal harganya, mungkin saat itu Roti Pawa takkan dilapisi daun pisang dibawahnya. Dan bisa saja namanya bukan Roti Pawa.
Saya harus mengambil kesimpulan seperti itu, dan menurutku itu 1% benar. Coba iseng-iseng tanya orang tua, benarkah antara 50 sampai 70 tahun lalu mereka masih menulis diatas batu saat sekolah. Karena dulu belum ada buku tulis seperti sekarang, dan kertas sangat mahal. Kalau betul berarti saya benar, tapi kalau tidak betul, berarti maaf saya yang salah.
Saya ingin memulainya dari ciri-ciri Pawa yang disukai. Kalau Roti Pawa nya mengkerut saya yakin tak akan disukai, dan orang akan cenderung menolak diambilkan ketika membeli. Dari sini kita bisa sependapat bahwa Roti Pawa yang disukai adalah Roti Pawa yang kelihatan lebih kencang dan lembut. Yakan, jujur saja.
Tak gampang dapatkan Roti Pawa seperti itu, ketika dipegang teksturnya sangat halus dan lunak. Tapi jangan dipegang terus, terlalu lama bisa tak baik tuk masa depan. Seberapapun campuran yang digunakan pada adonan kulit dan fariasi pada isi, sedikit rasa daun pisang yang tertinggal kan tetap menjadi ciri khas roti pawa.
Para penikmat Roti Pawa pasti tau itu. Bahwa antara Pawa yang dilapisi kertas dengan Pawa yang dilapisi daun pisang rasanya berbeda. Kalau tak percaya coba saja sendiri. Dari beberapa penjual kue dan roti dalam Kota Raha ada beberapa yang gunakan kertas sebagai pelapis. Tapi paling banyak yang gunakan daun pisang.
|
(Roti Pawa Isi Kacang) |
Pak Sinenda di Wamponiki salah satu penjual kue besar di Raha juga menjual Roti Pawa. Disana ada 2 pilihan, Pawa yang dilapisi kertas dan yang dilapisi daun pisang. Sekali waktu bisa mampir kesana tuk sekedar membandingkan rasa keduanya.
Selain itu, rata-rata penjual kue hanya menjual 1 jenis Roti Pawa, yaitu yang dilapisi daun pisang. Didepan SMA 1 Raha, juga ada penjual roti pawa yang dilapisi daun pisang. Didepan SMP 2 Raha ada 4 penjual kue, mereka juga menjual Roti Pawa dilapis daun pisang. Selain itu di Jl. Pendidikan tepatnya di lorong siswa, juga sama.
Dipertokoan juga begitu, setidaknya ada 3 toko yang juga menjual kue dan Roti Pawa. Ada satu toko yang saya lupa namanya, kalau tidak salah menjual roti pawa lapis kertas. Di Jl. Kaendea, Depan Alun-Alun Kota Raha, Jl. Abdul Kudus dekat Masjid Darusalam, Jl. Diponegoro, dan Salepa Ujung juga ada, semuanya dilapis daun pisang.
Selain kulitnya, isi juga sangat mempengaruhi enak tidaknya Roti Pawa. Kalau Roti isi inti, sangat tergantung dari jenis gula merah yang dipakai, kelapa dan juga kematangannya. Kelapa yang dipakai sebaiknya bukan kelapa yang terlalu tua karena membuat inti terlalu kering. Inti yang enak biasanya dari kelapa setengah tua.
|
(Roti Pawa Isi Inti Kelapa) |
Gula Merah juga, tak boleh asal pakai gula merah karena rasanya akan sedikit hambar dan warna inti seperti coklat pudar. Sangat berbeda pabila menggunakan gula muna, warna inti jadi lebih tua dan rasa gula merahnya lebih terasa. Gula kabaena juga bagus tuk inti, kata seorang penjual. Ketika dimasak, agak lama sampai warnanya berubah gelap tapi jangan sampai hangus.
Banyak Roti Pawa enak di Raha, dari kulit dan inti kelapa, banyak yang bagus. Tapi ada satu tempat yang selalu buat penasaran, setiap kali kesana saya selalu terlambat karena rotinya sudah habis. Beberapa kali saya bangun agak pagi, kumenunggu sampai diluar terang kemudian pergi kesana. Dan saya masih juga terlambat.
Hari minggu kemarin saya kesana kira-kira pukul 6.12 pagi, tapi masih saja terlambat. Kulihat lemari rotinya sudah dilapisi kain penutup, pertanda tak adalagi jualan yang tersisa. Mungkin besok saya harus kesana sebelum jam 06.00 pagi, atau jam 05.30 sekalian.
Tempatnya bukan kios, hanya sebuah rumah yang sepertinya cukup tua dengan pohon mangga didepannya. Dibawah pohon atau dipinggir drainase, ada sebuah lemari kaca, disana roti-roti itu disimpan untuk dijual. Setiap hari mereka hanya membuat 40 biji Roti Pawa, 20 biji Pawa inti kelapa dan 20 biji Pawa isi kacang. Sepertinya Limited Edision.
Pernah suatu waktu saya kesana agak pagi, mungkin sebelum jam 06.00, dan kulihat roti-roti itu baru akan dipindahkan ke lemari kaca. Karena kesal beberapa hari sebelumnya selalu terlambat, saya memborong semua Roti Pawa inti, 20 biji saya ambil semuanya. Biar saja, supaya yang lain juga kesal karena terlambat. Baru beberapa waktu lalu kutanyakan penjualnya ternyata bisa dipesan.
Tempatnya masih dalam Kota Raha, disalah satu area padat pemukiman yaitu Jl. Yos Sudarso, tepatnya didepan TK. Roti Pawa disana enak, bahkan salah satu yang ter enak, kulitnya lembut juga berasa, tidak seperti Pawa ditempat lain, terkadang kulitnya tawar dan tentu saja terlihat kencang. Ukurannya mungkin tak seperti Roti Pawa lain atau penjual disampingnya yang cukup besar.
Dari rasa dan inti, penjual ini sepertinya berusaha untuk selalu menjaga kualitas rasa Pawa nya. Karenanya selalu dibuat tidak dalam jumlah banyak tiap paginya. Satu kekurangan Roti Pawa itu menurutku, yaitu karena menggunakan kertas sebagai pelapisnya, bukan menggunakan daun pisang.
Sekali waktu cobalah membeli walau hanya sebiji. Tapi kalian harus pergi lebih cepat, karena banyak yang menginginkan sedang jumlahnya sedikit. Terlambat sedikit saja berarti tak dapat. Ini semacam kompetisi, yang lebih dulu yang menikmati.
Selamat berjuang kawan.