Hujan
turun dengan perlahan, menyiram sedikit demi sedikit tanah yang sebelumnya
belum sempat mengering. Untuk sesaat saya masih menunggu dengan tenang, namun
perlahan kondisi sedikti berubah, dan sayapun mulai gelisah entah kapan mobil
jemputan kan datang.
Dalam
kamar yang hanya berukuran 3x4 kembali kupandangi putraku yang sedang tertidur
lelap, sesekali kupikir kembali kondisi yang buatku harus berpisah dengannya tuk
sementara waktu. Ini merupakan pilihan sulit, saya hanya berusaha membuat
pilihan sulit diantara pilihan-pilihan teramat sulit.
Saat
itu 6 Januari 2018, hari mulai siang dan tanpa terasa hujanpun mulai turun
dengan deras. Gelisah dan sedikit panik, itulah 2 hal yang mulai kurasakan
ketika kulihat waktu di HP telah menunjukan pukul 13.25. “Semoga saya tidak
ketinggalan pesawat”, kataku dalam hati.
Perjalanan
menuju bandara sugimanuru kami tempuh dalam waktu kurang lebih 25 menit, waktu
yang lumayan singkat mengingat kondisi jalan yang belum sepenuhnya baik. Dalam
mobil sang driver dengan ramah membuka pembicaraan, hanya sekedar memastikan
kembali karena baru melihatku beberapa hari lalu diterminal kedatangan bandara Sugi
Manuru.
Kamipun
mulai bercerita dengan sesekali diselingi tawa yang secara alamiah keluar
karena merasa saling memahami maksud pembicaraan satu sama lain. Untuk kesekian
kalinya saya menggunakan jasa angkutan bandara dari raha menuju bandara Sugimanuru
di Kabupaten Muna Barat.
Bandara
Sugimanuru terletak di Kabupaten Muna Barat, yang merupakan Kabupaten baru
pecahan dari Kabupaten Muna.
Dalam
perjalanan menuju bandara, berulang kali kami melewati hutan, kebun dan juga
perkampungan warga. Suasana pedesaan masih sangat terasa disana, dimana tidak
ada pusat perbelanjaan dan juga gedung besar yang dikunjungi banyak orang. Tak
ada keramaian dan kendaraan mahal yang lalu lalang, suasana sekeliling masih
terasa sunyi.
Hujan
tak berhenti saat kami telah sampai di bandara, saya pun kembali
mengingat-ingat percakapan diperjalanan dengan sang driver mobil bandara. Dia
tahu profesiku, namun saya enggan bertanya latar belakang pendidikannya,
biarlah itu menjadi rahasia dalam pertemuan kami yang singkat.
Dia
bercerita tentang perekonomian di kota raha, menurutnya dengan adanya bandara
dapat memberikan penghasilan bagi beberapa orang, dibandingkan sebelumnya
keadaan di daerah sangat susah, orang hanya bisa hidup kecuali menjadi PNS.
Bahkan
buat para pedagang dipasar pun masih cukup susah, hal itu dirasakan oleh
beberapa penjual-penjual di pasar, yang katanya penjualan rame hanya pada
tanggal 1 sampai tanggal 20 saja, setelah itu penjualan agak menurun. Saya
pribadi tidak tau akan hal itu, saya menerima itu sebagai informasi tambahan
yang cukup berharga.
Kuseruput
kembali kopi hitamku dari cangkir biru yang tinggal setengah, beberapa waktu
sebelumnya setelah melakukan cek in, kembali kulakukan ritual wajib sebelum
berangkat, ya, memesan secangkir kopi hitam pada penjual di bandara Sugimanuru.
Tak
ada pilihan, karena hanya ada satu kantin yang menyediakan kopi hangat
dikawasan bandara. Sungguh beruntung ibu pemilik kantin kecil ini, dia tak
perlu bekerja keras memeras emosi dan kesabaran untuk bersaing dengan penjual
lainnya dalam menarik pembeli.
Bandara
telah berubah, dengan tampilan yang lebih baik dari sebelumnya, bangunan baru,
fasilitas baru, dan tentu saja dengan pelayanan yang lebih baik. Menunggu di
dalam pun akan terasa lebih nyaman, dengan fasilitas pendingin ruangan dan
televisi yang siap menghibur dengan tayangan seadanya.
Kondisi
ini sangat jauh berbeda dengan bandara sebelumnya, yang panas dan penuh sesak
ketika menunggu diruang tunggu bandara. Kini semua itu hanya kenangan, hanya
membayangkannya sudah cukup membuat diri terhibur, alangkah beruntungnya
bandara kini telah berubah.
Saat
ini bandara Sugi Manuru baru melayani rute penerbangan Raha – Makassar, dengan
pesawat ATR berkapasitas 72 penumpang dari 2 maskapai, yaitu Garuda Indonesia
dan Wings Air.
Kabar
terbaru mengatakan bahwa saat ini tengah diusahakan agar supaya kedepan,
bandara Sugimanuru dapat menarik 1 lagi maskapai baru. Maskapai yang dimaksud
adalah Citylink, namun bukan dengan pesawat ATR seperti milik Garuda dan Wings
Air, armada yang digunakan adalah pesawat bermesin jet dengan ukuran lebih
kecil.
Tentu
tidak gampang menarik pesawat dengan badan lebih besar untuk dapat beropeasi di
Bandara Sugimanuru. Selain persyaratan teknis bandara yang harus dipenuhi, ada
persyaratan jumlah penumpang atau jumlah lalu lintas harian yang juga harus
dipertimbangkan.
Untuk
memenuhi dua persyaratan tersebut, tidaklah mudah seperti membangun jalan
maupun jembatan. Salah satu yang terpenting adalah, bagaimana menjadi Kabupaten
Muna ataupun Kabupaten Muna Barat menjadi tempat yang akan dipertimbangkan
untuk dikunjungi banyak orang.
Banyak
motif orang ingin datang, apakah ingin berwisata atau untuk urusan bisnis atau
mungkin urusan lain yang juga penting. Intinya 2 Kabupaten ini mampu memoles
diri masing-masing agar supaya menarik bagi pengunjung.
Apabila
ingin menjadi daerah tujuan wisata, maka wajib untuk mengoptimalkan seluruh
potensi wisata yang dimilikinya. Melakukan pengelolaan dan penataan objek
wisata yang lebih baik, tentu saja dengan tidak melupakan keunikan yang
dimiliki dan tidak dimiliki daerah lain di Indonesia, yaitu budaya dan sejarah.
Sedangkan
apabila ingin menjadi daerah tujuan bisnis, maka wajib membuka diri untuk
masuknya investor. Hal ini agaknya cukup berat, karena selain harus didukung
potensi daerah, hal lain yang tak kalah penting adalah komitmen pemerintah
dalam menyediakan kemudahan-kemudahan investasi bagi pengusaha.
Karena
peraturan dan juga mekanisme pengurusan administrasi yang berbelit-belit kan
membuat semua pengusaha berpikir 1000 kali untuk datang dan berinvestasi.
Apalagi belum-belum sudah meminta “Fee” ke pengusaha, atau sudah menanyakan
“apa yang akan saya dapat”.
Semoga
para pejabat-pejabat di daerah tidak seperti itu, dan lebih memikirkan
bagaimana caranya daerah maju, bagaimana caranya daerah mendapat pemasukan yang
baik agar dapat memberikan penghidupan yang layak bagi warganya.
Tentu
saja hal itu sangat perlu untuk dipikirkan lebih keras oleh para pejabat di
daerah. Bukan hanya pasrah dengan kondisi keuangan daerah yang pas-pasan atau
bahkan kurang, terus mengharapkan dana-dana lainnya datang dari Pemerintah
Pusat.
Setidaknya,
segala upaya yang telah dilakukan sampai saat ini patut disyukuri dan
diapresiasi, karena daerah kecil seperti Kab. Muna dan Kab. Muna Barat masih
mendapat perhatian dari pemerintah pusat, hal itu tercermin dari pembangunan
bandara Sugimanuru dan Pelabuhan Penyeberangan Raha dengan menggunakan dana
APBN.
Ini
kemudian menjadi titik balik perkembangan Kabupaten Muna dan Kabupaten Muna
Barat sebagai adik yang masih muda.
0 comments:
Posting Komentar