Rabu, 20 Maret 2019

Ketika Akan Memulai Kembali Perjalanan


Hujan turun dengan perlahan, menyiram sedikit demi sedikit tanah yang sebelumnya belum sempat mengering. Untuk sesaat saya masih menunggu dengan tenang, namun perlahan kondisi sedikti berubah, dan sayapun mulai gelisah entah kapan mobil jemputan kan datang.

Dalam kamar yang hanya berukuran 3x4 kembali kupandangi putraku yang sedang tertidur lelap, sesekali kupikir kembali kondisi yang buatku harus berpisah dengannya tuk sementara waktu. Ini merupakan pilihan sulit, saya hanya berusaha membuat pilihan sulit diantara pilihan-pilihan teramat sulit.

Saat itu 6 Januari 2018, hari mulai siang dan tanpa terasa hujanpun mulai turun dengan deras. Gelisah dan sedikit panik, itulah 2 hal yang mulai kurasakan ketika kulihat waktu di HP telah menunjukan pukul 13.25. “Semoga saya tidak ketinggalan pesawat”, kataku dalam hati.

Perjalanan menuju bandara sugimanuru kami tempuh dalam waktu kurang lebih 25 menit, waktu yang lumayan singkat mengingat kondisi jalan yang belum sepenuhnya baik. Dalam mobil sang driver dengan ramah membuka pembicaraan, hanya sekedar memastikan kembali karena baru melihatku beberapa hari lalu diterminal kedatangan bandara Sugi Manuru.

Kamipun mulai bercerita dengan sesekali diselingi tawa yang secara alamiah keluar karena merasa saling memahami maksud pembicaraan satu sama lain. Untuk kesekian kalinya saya menggunakan jasa angkutan bandara dari raha menuju bandara Sugimanuru di Kabupaten Muna Barat.

Bandara Sugimanuru terletak di Kabupaten Muna Barat, yang merupakan Kabupaten baru pecahan dari Kabupaten Muna.

Dalam perjalanan menuju bandara, berulang kali kami melewati hutan, kebun dan juga perkampungan warga. Suasana pedesaan masih sangat terasa disana, dimana tidak ada pusat perbelanjaan dan juga gedung besar yang dikunjungi banyak orang. Tak ada keramaian dan kendaraan mahal yang lalu lalang, suasana sekeliling masih terasa sunyi.

Hujan tak berhenti saat kami telah sampai di bandara, saya pun kembali mengingat-ingat percakapan diperjalanan dengan sang driver mobil bandara. Dia tahu profesiku, namun saya enggan bertanya latar belakang pendidikannya, biarlah itu menjadi rahasia dalam pertemuan kami yang singkat.

Dia bercerita tentang perekonomian di kota raha, menurutnya dengan adanya bandara dapat memberikan penghasilan bagi beberapa orang, dibandingkan sebelumnya keadaan di daerah sangat susah, orang hanya bisa hidup kecuali menjadi PNS.

Bahkan buat para pedagang dipasar pun masih cukup susah, hal itu dirasakan oleh beberapa penjual-penjual di pasar, yang katanya penjualan rame hanya pada tanggal 1 sampai tanggal 20 saja, setelah itu penjualan agak menurun. Saya pribadi tidak tau akan hal itu, saya menerima itu sebagai informasi tambahan yang cukup berharga.

Kuseruput kembali kopi hitamku dari cangkir biru yang tinggal setengah, beberapa waktu sebelumnya setelah melakukan cek in, kembali kulakukan ritual wajib sebelum berangkat, ya, memesan secangkir kopi hitam pada penjual di bandara Sugimanuru.

Tak ada pilihan, karena hanya ada satu kantin yang menyediakan kopi hangat dikawasan bandara. Sungguh beruntung ibu pemilik kantin kecil ini, dia tak perlu bekerja keras memeras emosi dan kesabaran untuk bersaing dengan penjual lainnya dalam menarik pembeli.

Bandara telah berubah, dengan tampilan yang lebih baik dari sebelumnya, bangunan baru, fasilitas baru, dan tentu saja dengan pelayanan yang lebih baik. Menunggu di dalam pun akan terasa lebih nyaman, dengan fasilitas pendingin ruangan dan televisi yang siap menghibur dengan tayangan seadanya.

Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan bandara sebelumnya, yang panas dan penuh sesak ketika menunggu diruang tunggu bandara. Kini semua itu hanya kenangan, hanya membayangkannya sudah cukup membuat diri terhibur, alangkah beruntungnya bandara kini telah berubah.

Saat ini bandara Sugi Manuru baru melayani rute penerbangan Raha – Makassar, dengan pesawat ATR berkapasitas 72 penumpang dari 2 maskapai, yaitu Garuda Indonesia dan Wings Air.

Kabar terbaru mengatakan bahwa saat ini tengah diusahakan agar supaya kedepan, bandara Sugimanuru dapat menarik 1 lagi maskapai baru. Maskapai yang dimaksud adalah Citylink, namun bukan dengan pesawat ATR seperti milik Garuda dan Wings Air, armada yang digunakan adalah pesawat bermesin jet dengan ukuran lebih kecil.

Tentu tidak gampang menarik pesawat dengan badan lebih besar untuk dapat beropeasi di Bandara Sugimanuru. Selain persyaratan teknis bandara yang harus dipenuhi, ada persyaratan jumlah penumpang atau jumlah lalu lintas harian yang juga harus dipertimbangkan.

Untuk memenuhi dua persyaratan tersebut, tidaklah mudah seperti membangun jalan maupun jembatan. Salah satu yang terpenting adalah, bagaimana menjadi Kabupaten Muna ataupun Kabupaten Muna Barat menjadi tempat yang akan dipertimbangkan untuk dikunjungi banyak orang.

Banyak motif orang ingin datang, apakah ingin berwisata atau untuk urusan bisnis atau mungkin urusan lain yang juga penting. Intinya 2 Kabupaten ini mampu memoles diri masing-masing agar supaya menarik bagi pengunjung.

Apabila ingin menjadi daerah tujuan wisata, maka wajib untuk mengoptimalkan seluruh potensi wisata yang dimilikinya. Melakukan pengelolaan dan penataan objek wisata yang lebih baik, tentu saja dengan tidak melupakan keunikan yang dimiliki dan tidak dimiliki daerah lain di Indonesia, yaitu budaya dan sejarah.

Sedangkan apabila ingin menjadi daerah tujuan bisnis, maka wajib membuka diri untuk masuknya investor. Hal ini agaknya cukup berat, karena selain harus didukung potensi daerah, hal lain yang tak kalah penting adalah komitmen pemerintah dalam menyediakan kemudahan-kemudahan investasi bagi pengusaha.

Karena peraturan dan juga mekanisme pengurusan administrasi yang berbelit-belit kan membuat semua pengusaha berpikir 1000 kali untuk datang dan berinvestasi. Apalagi belum-belum sudah meminta “Fee” ke pengusaha, atau sudah menanyakan “apa yang akan saya dapat”.

Semoga para pejabat-pejabat di daerah tidak seperti itu, dan lebih memikirkan bagaimana caranya daerah maju, bagaimana caranya daerah mendapat pemasukan yang baik agar dapat memberikan penghidupan yang layak bagi warganya.

Tentu saja hal itu sangat perlu untuk dipikirkan lebih keras oleh para pejabat di daerah. Bukan hanya pasrah dengan kondisi keuangan daerah yang pas-pasan atau bahkan kurang, terus mengharapkan dana-dana lainnya datang dari Pemerintah Pusat.

Setidaknya, segala upaya yang telah dilakukan sampai saat ini patut disyukuri dan diapresiasi, karena daerah kecil seperti Kab. Muna dan Kab. Muna Barat masih mendapat perhatian dari pemerintah pusat, hal itu tercermin dari pembangunan bandara Sugimanuru dan Pelabuhan Penyeberangan Raha dengan menggunakan dana APBN.

Ini kemudian menjadi titik balik perkembangan Kabupaten Muna dan Kabupaten Muna Barat sebagai adik yang masih muda.

0 comments: