Ruang-ruang
publik dalam kota mendadak penuh sesak, banyak poster dan baliho bertebaran
dimana-mana, dari yang besar sampai yang kecil, seperti beauty contes mereka
saling beradu memberikan senyum terbaik yang dimiliki. Semua itu demi simpati
warga, dan sepertinya simpati merupakan suatu hal yang mahal dan sangat
berharga untuk saat ini.
Sejak
akhir tahun lalu sampai menjelang hari pencoblosan bulan april nanti, hampir
tiap simpang jalan dalam kota Raha dipenuhi baliho calon anggota DPR.
Setidaknya ada beberapa titik dalam Kota Raha yang boleh dikatakan paling
banyak terdapat baliho. Titik-titik itu sangatlah strategis karena menjadi
tempat paling sering dilewati orang, atau area yang memiliki arus pergerakan tinggi.
Yang
pertama adalah alun-alun Kota Raha, dipagar bagian barat pagar besinya hampir
tak terlihat, semuanya dipenuhi spanduk caleg yang ditempel juga baliho.
Yang
kedua bundaran tugu jati, jalan menuju pelabuhan ini hampir selalu dipenuhi
baliho setiap tiba musim politik. Tak terkecuali saat ini dan beberapa bulan
sebelumnya, tak ada spanduk tempel, melainkan baliho dari yang kecil sampai
yang besar, memenuhi 2 sisi jalan tugu jati yang menuju ke pelabuhan.
Yang
ketiga jalan masuk kawasan SOR Laode Pandu, dan yang terakhir adalah jalan
poros yang melewati Stadion Olahraga (Lapangan Bola).
Sebentar
lagi hari pencoblosan tiba, pabila dihitung mulai hari ini, sepertinya sisa
waktunya masih ada sekitar sebulan lagi. Bulan april adalah bulan pertanda kompetisi
akbar ini telah memasuki momen puncak, momen dimana seseorang dapat menjadi
pemenang atau menjadi pecundang.
Kelihatannya
ini kompetisi yang sangat ketat, saking ketatnya sampai menguras hampir
segalanya yang ada pada para pesertanya. Saking ketatnya sampai-sampai mampu
merubah karakter dan pribadi seseorang dalam waktu singkat.
Yang
sebelumnya sombong, ketika ketemu dijalan cuma memasang muka datar tanpa
ekspresi, kini menjadi pribadi yang murah senyum dan selalu menyapa. Padahal
kenal saja tidak, keluarga juga bukan, apalagi teman sepermainan. Semoga saja
bukan baliho yang merubah mereka menjadi makhluk lain dalam waktu singkat.
Tahun
lalu banyak media yang mengabarkan bahwa tahun 2019 merupakan tahun politik,
tahun yang katanya merupakan pesta demokrasi bagi rakyat Indonesia.
Kalau
ini pesta besar, tentunya akan sangat menyenangkan, iyakan?, akan sangat merugi
setiap orang pabila melewatkan atau tidak merasakan perayaan pesta demokrasi sebesar
ini. Yang namanya pesta, sudah pasti ada yang tamu, ada yang menjamu (pembuat
pesta) dan tentu saja ada hidangan.
Kalau
ini pesta rakyat, berarti dalam hal ini rakyat diposisikan sebagai orang yang
dijamu (tamu) atau orang yang disediakan hidangan paling sedap dalam sebuah
pesta. Terus siapa yang menjamu atau pembuat pesta?, tentu saja pemerintah,
yang memberikan mandat kepada KPU selaku panitia penyelenggara dan diawasi oleh
Bawaslu.
Mengenai
jamuan atau hidangan, tak perlu lagi ditanyakan, karena hal itu sudah pasti
jatuh kepada para kontestan yang sedang berkompetisi, yaitu para orang-orang
yang mempersilahkan dirinya untuk dipilih.
Ketika
mereka menjadi jamuan, sudah pasti mereka harus menyediakan diri sedemikian
rupa agar dapat terlihat sedap dan lezat bagi para tamu. Hidangan yang juara
bukan ditentukan hanya dari rasanya, tapi dari bagaimana hidangan tersebut
disajikan, bagaimana tampilannya dan yang tak kalah penting, bagaimana dia
hadir dalam situasi dan kondisi yang tepat.
Contohnya
makanan hangat berkuah, makanan jenis ini sangat cocok hadir atau disantap
disaat cuaca dingin, atau ketika musim hujan, mungkin akan lebih sedap pabila
ditambah sedikit sambal dan juga jeruk nipis.
Atau
makanan dingin, baik yang menggunakan air dingin ataupun campuran es batu.
Makanan jenis ini lebih cocok hadir dan disantap disaat cuaca panas, atau
ketika sedang berada dibawah terik panas matahari.
Selain
itu ada makanan berkuah dan makanan kering yang tak mengenal cuaca, tapi lebih
kepada menjawab tuntutan waktu, artinya ketika tak mempunyai banyak waktu, atau
ketika sedang dikejar waktu. Makanan ini dikenal sebagai makanan instan, yang
terdiri dari mie instan dan juga aneka macam roti.
Makanan
instan saat ini telah menjadi populer di Indonesia, hampir tidak ada seorang
pun dari masyarakat kota yang tidak mengenal mie ataupun roti. Seiring
perkembangan zaman, makanan ini tidak lagi menempati posisi dibutuhkan ketika
waktu mepet, tapi lebih dari itu makanan instan telah berkembang menjadi salah
satu makanan pokok karena penyajiannya yang terbilang mudah.
Mie
kuah merupakan salah satu contohnya, hampir semua orang di Indonesia dapat
menyajikan mie kuah. Menyajikannya tidaklah sulit, bahkan bagi orang yang tidak
bisa memasak nasi sekalipun, dapat membuat semangkuk mie kuah yang sangat
lezat.
Makanan
instan atau makanan cepat saji merupakan jenis makanan yang tidak membutuhkan
waktu lama untuk disiapkan, tidak juga membutuhkan keahlian memasak tingkat
dasar. Sangat jauh berbeda dengan coto makassar yang membutuhkan proses
panjang, sebelum dihidangkan disaat hujan dengan taburan bawang goreng dan daun
bawang diatasnya.
Juga
sangat berbeda dengan es pisang ijo, yang mesti memilih pisang, membuat dadar
dan menghaluskan es batu untuk dapat menyajikannya dalam sebuah mangkuk yang
diatasnya ditaburi kacang halus dan susu putih.
Setiap
makanan memiliki takdirnya sendiri, apakah berakhir dengan disantap dan membuat
perut kenyang, ataukan tak dilirik dan diabaikan kemudian basi terus membusuk.
Makanan yang baik akan berakhir diperut orang yang menyantap, kemudian dicerna
dan menjadi energi bagi manusia.
Sebaliknya,
makanan yang tak dilirik atau enggan dimakan, lambat laun akan menjadi basi
terus membusuk dan akan berakhir ditempat sampah, kemudian baunya menyebar dan
dapat menjadi penyakit.
Semoga
dalam pesta demokrasi yang akan datang ini, kita dapat melihat dan menikmati
hidangan yang enak nan lezat. Hidangan yang tentu saja dipersiapkan dengan
sungguh-sungguh dan sepenuh hati, memiliki tekstur yang baik, cita rasa yang
lezat dan tentu saja bukan makanan setengah matang yang akan membuat para tamu
menjadi sakit perut dan terkena diare.
Kita
tak ingin ada makanan yang terbuang sia-sia, karena itu mubazir namanya, semoga
semua makanan dapat disantap dan dinikmati oleh para tamu sehingga pestanya
berjalan dengan baik dan sukses.
Pesta
rakyat, demi rakyat dan untuk rakyat, meskipun kenyataannya tidaklah demikian.
Seusai pesta, rakyat tetaplah akan rakyat, sedangkan mereka yang kelak akan dilabeli
wakil rakyat berubah status menjadi orang penting di tanah ini. Ya, orang penting
karena mereka lebih mementingkan dirinya sendiri ketimbang yang memilihnya.
Pesta
rakyat hanya memberi kesenangan sehari, memberi tempat bak raja pada rakyat lalu
kemudian dilupakan. Tapi itulah pesta, semeriah apapun acaranya bahkan sampai
membuat semua tamu menjadi lupa diri, selalu saja ada akhirnya, ada ujungnya
dimana pesta akan usai dan semua kembali menjadi normal.
0 comments:
Posting Komentar