Pasar laino terbakar lagi. Setelah dua kali kebakaran di tahun-tahun sebelumnya, kejadian tahun ini adalah yang paling parah. Korbannya para pedagang pakaian, sendal dan sepatu, pedagang tekstil dan alat pecah belah serta peralatan dapur lainnya. Ada yang selamat, tapi lebih banyak barang yang terbakar menjadi arang.
Tak ada yang tau apa penyebabnya. Namun satu hal yang pasti, setelah peristiwa itu, para pedagang tak bisa lagi membangun kios ditempat semula. Karena telah disediakan tempat baru dan mereka harus pindah untuk memulai kembali usahanya ditempat yang baru.
###
Ya, bisa dikatakan ini Relokasi. Karena telah terjadi pemindahan atau memindahkan para pedagang dari tempat sebelumnya ketempat yang baru. Ini bukan yang pertama di Raha, relokasi pasar dan pedagang telah dilakukan beberapa kali sejak tahun 60an.
Yang pertama terjadi sekitar tahun 60an, saat pasar sentral berada disimpang empat kawasan pertokoan. Tepatnya dikantor bulog Muna saat ini, tahun 2020. Relokasi dilakukan karena terjadi kebakaran hebat, yang membakar hampir seluruh pasar juga rumah sekitarnya. Dan kebakaran saat itu termasuk yang terbesar di Raha.
Dari yang dikisahkan seorang nenek penjual makanan dikawasan pertokoan kala itu, kebakaran terjadi saat malam hari. Api sangatlah besar dan sepertinya akan membakar Kota Raha. Drum-drum minyak tanah atau mungkin juga bensin beterbangan keudara seperti kembang api.
Dia beserta beberapa anaknya yang saat itu tinggal di Jalan Sangke Palangga dekat kawasan pertokoan, sampai harus mengungsi ke gunung benyamin. Situasi saat itu sangat mencekam dan dikuatirkan skalanya akan bertambah luas, karena pangkalan minyak tanah dan solar sampai ikut terbakar. Setelah kejadian itu, pasar pun dipindahkan ketempat yang baru.
Saya punya sedikit memori pada pasar sentral ini, karena beberapa kali diajak mama. Yang paling kuingat adalah salah satu lorong digedung utama tempat para tukang cukur/potong rambut berbaris rapi. Beberapa kali mama membawaku kesana untuk dicukur.
Masih bisa kuingat meja kaca mereka, seperti meja rias para wanita. Ada beberapa laci kecil dikiri dan kanannya, juga laci lebih besar dibagian tengah dibawah meja cukur. Diatas meja didepan kaca terdapat dua buah alat cukur, sebuah gunting dan sebuah pisau tajam bergagang hitam yang cukup mengerikan.
Seingatku, kalau saya tak salah ingat, pasar ini terbakar saat saya masih duduk dikelas tiga SD, atau sekitar tahun 1996. Banyak orang berbondong-bondong menuju pasar saat subuh, termasuk saya dan beberapa teman. Tak semua dari mereka datang untuk membantu, ada juga yang datang untuk mengambil barang para pedagang.
Saya sendiri awalnya datang hanya untuk melihat-lihat, namun sempat mengambil satu dos kecil type x yang saat itu jatuh dijalan. Saya tak tau itu barang dagangan siapa, saya pun tak tau kalau mereka sampai bertaruh nyawa untuk menyelamatkannya. Untuk para penjual yang menjadi korban saat itu, saya mohon maaf telah mengambil yang bukan milikku.
Dari situ pasar sentral kemudian dipindahkan ke daerah Laino, yang juga terbakar beberapa hari lalu. Seolah telah menjadi tradisi, bahwa selalu ada kebakaran sebelum pasar beserta pedagangnya direlokasi.
Bolehlah kiranya kita berharap sesuatu yang lebih baik akan terjadi pada relokasi pasar kali ini. Selain lokasinya yang tak berjauhan, seperti hanya menggeser pantat pada sebuah kursi kayu memanjang. Relokasi kali ini lebih terencana, karena telah ada bangunan besar nan megah yang disiapkan untuk para pedagang sebelum kios beserta barang mereka terbakar.
Relokasi harusnya menjadi harapan baru bagi para pedagang, dimana orang akan lebih ramai datang ke pasar dan kemungkinan untuk singgah dan berbelanja lebih besar. Sayangnya itu tak berjalan mulus, beberapa masalah yang dulu sempat tenggelam, dengan perlahan mulai muncul kepermukaan.
Yang paling mencolok yaitu kios atau lods yang disediakan pasar modern, ternyata tidak mencukupi jumlah pedagang yang akan dipindahkan. Karenanya Pak Bupati kembali memberikan janji akan membangun kios/lods yang baru selama dua minggu kedepan. Terhitung sejak tanggal 7 juni, dan sampai saat ini pondasinya pun belum keliatan.
Ditempat sebelumnya sebagian pedagang memiliki lebih dari 1 kios/lods, yang memungkinkan mereka menjual beberapa jenis barang. Harapan mereka ketika pindah akan mendapatkan lebih dari 1 lods juga, tapi kenyataan itu tak terwujud. Karena untuk memenuhi jumlah kios para pedagang saja belum mampu dilakukan, apalagi memberikan lebih dari 1 kios pada seorang pedagang di bangunan utama.
Selain itu ketertiban kepemilikan lods yang tak terkendali. Sudah seharusnya satu lods dimiliki oleh satu pedagang, tapi malah ada yang double dan masing-masing memegang kunci lods yang sama. Karenanya pedagang pun mulai bersuara untuk menertibkan lods, dan semua pedagang harus memasuki lodsnya masing-masing untuk diverifikasi.
Masalah ketertiban seharusnya tidak terjadi, kalau saja sejak awal pengurus pasar telah menyiapkan sebuah tata kelola yang baik untuk diterapkan di Pasar Modern Laino. Atau paling tidak, sebelum relokasi dilakukan, supaya diselesaikan dulu pembangunan kios atau lods dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pedagang pasar.
Kenyataan tersebut seperti ikut membenarkan pernyataan Bupati Muna. Yaitu Pembangunan pasar modern yang belum sempurna. Artinya dari segi fisik bangunan dan hal-hal yang sifatnya prosedural dan administratif belum disiapkan dengan matang.
Misalnya, skenario bagaimana memindahkan pedagang korban ketempat baru. Apakah dipindahkan secara serentak atau bertahap, semua itu harusnya sudah direncanakan. Jika perpindahan serentak tak dapat dilakukan, maka alternatif lain mungkin dipindahkan sebagian dulu. Dengan catatan segala kendala dan permasalahan sudah harus diselesaikan untuk pemindahan tahap berikutnya.
Dalam penyiapan pasar modern, pemenuhan kebutuhan kios atau lods untuk menampung penjual yang direlokasi harusnya menjadi prioritas. Selain itu kebutuhan lain yaitu penyiapan lods atau kios untuk kebutuhan pedagang baru selain yang direlokasi, juga perlu disiapkan.
Makanya ada namanya kawasan pengembangan pasar, jadi luasannya jangan pas-pasan. Kalau pas-pasan buat apa direlokasi, nanti pasti akan direlokasi lagi dengan alasan daya tampung pasar sudah tak memadai. Takutnya akan adalagi kebakaran.
###
Kiranya kita bisa merenungi kembali ucapan Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri pada tahun 2013 lalu. Beliau mengatakann begini ; "Bertahun-tahun pedagang itu membayar retribusi untuk pemeliharaan pasar, uangnya harus kembali lagi ke pasar untuk perawatan. Tapi tidak," katanya.
Selama ini para pedagang telah membayar retribusi, harusnya pengelola pasar atau dinas yang mengurusi tentang itu memberikan pengembalian berupa perbaikan sarana dan prasarana pasar yang lebih baik. Saya dan mungkin juga sebagian besar masyarakat Muna, sangat ingin apabila pergi kepasar, tak melewati jalanan tanah yang rusak dan becek tiap hari.
Semoga pasar laino makin baik kedepan, pedagang merasa aman dan nyaman saat berjualan. Lebih dari itu, mereka mendapat jaminan takkan adalagi kebakaran atau kekacauan prosedur administratif dalam pengurusan tempat berjualan. Dan semoga korban kebakaran kemarin bisa segera mendapat bantuan untuk kembali berjualan seperti sedia kala.
Pasar Laino adalah pusat perekonomian Kabupaten Muna, menjaganya berarti menjaga roda ekonomi Muna tetap berputar. Sebaliknya, merusaknya sama dengan mencoba merusak perekonomian daerah kita tercinta, Muna.
Mari jaga Laino.
0 comments:
Posting Komentar