Minggu, 01 Desember 2019

Hanya Lewat Whatsapp

Dipinggiran kota, ditempat yang cukup jauh dari bisingnya suara kendaraan, saya bisa melihatnya dari dekat. Cukup dekat, sampai sedikit keringat yang membasahi wajahnya terlihat jelas olehku. Namanya Syarifuddin Udu. Dia salah satu orang penting di Kementrian Dalam Negri Republik Indonesia, yang bertanggung jawab dalam pembinaan pengelolaan keuangan daerah.

Dirinya sangat akrab juga dikenal oleh seluruh kepala daerah dari Sabang sampai Merauke dan dari miangas sampai pulau rote. Sebagai pejabat dengan pangkat pembina, sudah menjadi tugasnya untuk senantiasa melakukan pembinaan dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah pada pejabat daerah se Indonesia.

Saya teringat kisruh tentang besaran gaji TGUPP yang dianggarkan Pemprov DKI Jakarta dalam RAPBD tahun 2018. Tapi dicoret Kemendagri. Dalam acara Sapa Indonesia Pagi yang disiarkan langsung oleh Kompas TV, Syarifuddin diundang untuk memberi penjelasan tentang pencoretan itu.

Tugas Syarifuddin adalah menjelaskan dasar hukum dari pencoretan tersebut, dengan mengacu pada perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Sesuai kewenangan Kementrian Dalam Negeri yaitu melakukan evaluasi atas RAPBD yang telah disepakati oleh Kepala Daerah dan DPRD.

Beberapa tahun belakangan dia kerapkali berhubungan dengan KPK. Seringkali dipanggil oleh KPK, tapi bukan sebagai tersangka kasus korupsi. Melainkan sebagai pembicara dalam seminar pengelolaan keuangan untuk menghindari terjadinya korupsi dalam perencanaan APBD.

Membicarakan APBD dan Korupsi, saya teringat yang dahulu pernah dikatakan mantan ketua tim penyelidik KPK, Wahyu B Siswantono pada sebuah Lokakarya Peningkatan Wawasan Media di Puri Setiabudi Residence, Bandung Jawa Barat.

Beliau mengatakan, dalam penyusunan anggaran terjadi persaingan antar instansi termasuk di dalamnya pemerintah Kecamatan dan Desa. Mereka bersaing untuk menggolkan proyek. Disini biasanya terjadi transaksi ekonomi-politik di belakang meja. Atau bahasa sederhananya adalah win-win solution bagi-bagi proyek.

Perjalanan hidup Pak Syarifuddin penuh kisah inspiratif. Dahulu ia menjabat Camat di salah satu Kecamatan di Kabupaten Muna. Dia kemudian mencoba peruntungan di Jakarta, dengan bergabung di Kementrian Dalam Negeri. Disitulah dia mendapatkan bintangnya, yang kian terang sampai akhirnya menduduki jabatan Dirjen.

Dapat bertemu dengannya malam itu, mungkin pengalaman pertamaku bertemu pejabat bukan dalam kegiatan resmi. Biasanya saya agak malas bertemu pejabat, mungkin karena itu saya tak cukup populer dikalangan pemuda bersepatu mengkilat. Berhadapan dengannya, saya memilih untuk tidak gerogi, dan berpakaian seadanya layaknya anak muda, kaos oblong, celana jeans dan sepatu sneaker. 

Dia orang yang sangat ramah, tak ada kesan arogan apalagi jaim seperti pejabat kebanyakan. Dia banyak bercerita tentang kunjungannya diberbagai daerah dan beberapa negara. Salah satunya Belgia. Disana ada perkebunan jagung, para petani menanam 1 biji jagung tiap lubang, tapi dengan jarak tanam yang lebih kecil dari yang dilakukan di Indonesia.

Hasilnya ternyata lebih baik. Jagung yang dihasilkan dari cara menanam seperti itu, punya biji yang lebih besar dengan tongkol yang lebih panjang. Dia juga bercerita tentang jerman, dengan pengolahan limbah dan sampah yang sangat modern. Juga jepang dengan kebersihan yang sudah membudaya, sehingga orang jepang akan menyimpan bungkus permen atau makanan disaku celananya atau tas sampai mendapatkan tempat sampah.

Saya sedikit terkejut ketika Pak Syarif mengatakan bahwa harapan hidup orang jepang jauh lebih tinggi dari kebanyakan orang Indonesia. Salah seorang yang duduk disudut lain kemudian bertanya tentang itu. Pak Syarif hanya menjawab dengan senyum khasnya. Saya seperti terpanggil ingin menjawab, kalau itu karena orang Indonesia tidak mengutamakan kebersihan.

Kuurungkan niatku karena menghargai Pak Syarif. Seperti dirinya yang menghargai semua orang disini dengan tidak menjawab karena orang Indonesia tidak menjaga kebersihan. Saya sedikit teringat sebuah kalimat yang belakangan diragukan kehadistannya. Yaitu Kebersihan adalah sebagian dari Iman.

Semua yang berada dalam ruangan ini larut dalam cerita-ceritanya. Rasanya memang layak beliau maju sebagai calon bupati dalam Pilkada Muna 2020 nanti. Pengalamannya melihat perkembangan dan kebijakan-kebijakan strategis diberbagai daerah dan negara sangat dibutuhkan seorang pemimpin untuk membangun daerah.

Masih hangat ingatan betapa semua orang Muna bangga dengannya sebelum ini. Karena mampu menjadi Dirjen di Kemendagri dan Pj Gubernur Jawa Tengah. Banyak orang membagikan berita tentangnya di medsos, dengan tulisan bangga dan membawa-bawa ikatan suku. Tapi kini sebagian dari mereka malah berubah, ketika tau dirinya muncul di Muna untuk maju dalam Pilkada Muna tahun 2020.

Berbagai isu dialamatkan padanya, dan yang paling sering digulirkan, selama menjadi Dirjen dia tidak mampu memberikan apa-apa buat kampung halamannya. Beliau menjawab isu itu dihadapan 2000 orang di Kecamatan Napabalano, dalam sebuah acara silaturahmi bersama masyarakat.

Saya mengenang cerita teman tentangnya. Sekitar 2 bulan lalu, Pak Syarif duduk dengan beberapa orang di Raha, kemudian mereka menyampaikan hal itu. Orang Muna baru akan percaya ketika hasil ada didepan matanya. Maka beliau menghubungi salah satu Dirjen di Kementrian Desa lewat pesan Whatsap. Isinya meminta tolong agar 5 desa di Muna diberikan bantuan.

Sekitar beberapa menit kemudian pesannya dibalas. Konon Dirjen tersebut memberikan jawaban positif, dan membuat orang yang bertanya sampai kaget. Sebulan setelah itu, ke 5 Desa yang dimaksud telah menerima bantuan langsung dari Kementrian Desa. Tanpa melalui Pemerintah Daerah.

Desa yang dimaksud diantaranya Liwumetingki, Mantobua, dan tiga  sisanya silahkan cari sendiri. Kadangkala kita akan merasa puas ketika jawaban yang dicari tersembunyi atau terjepit diantara 2 sesuatu. 2 sesuatu. 2 sesuatu. Ucapkan terus sampai itu menggema ditelingamu. Dan. Tidur. Saya yakin itu tidak berhasil.

Mendapat bantuan dari pusat akan lebih cepat apabila yang memintanya orang dari pusat juga. Panjangnya waktu pengurusan dan banyaknya callo akan membuat pengurusan berubah menjadi perjudian. Ketika mata semua orang menunjukan ekspresi serius menatapnya, berharap cerita menarik apalagi yang akan diucapkannya. Pak Syarif malah tertawa dan sedikit bercanda.

Saya membayangkan, apabila semua Desa di Muna dapat peroleh bantuan seperti 5 Desa tadi. Tentu saja geliat pembangunan akan semakin terlihat di Desa. Dan visi Presiden Jokowi untuk membangun Indonesia dari Desa, mungkin semakin dekat untuk terwujud. Sayang malam makin larut, dan Pak Syarif tentu butuh istrahat setelah kegiatan melelahkan dari pagi sampai sore tanpa istrahat.

Saat hendak beranjak, saya memberanikan diri meminta berfoto dengannya. Dan dia menerimanya. Setelah berfoto dia menepuk pundakku dan sedikit berbisik, "Itu baru calon Bupati, belum jadi Bupati".

Related Posts:

0 comments: