![]() |
https://merahputih.com/ |
Beberapa tahun terakhir Desa di Indonesia menjadi perhatian dunia Internasional, adalah Dana Desa penyebab utamanya. Besarnya Dana Desa yang dialokasikan Pemerintah Pusat, membuat geliat pembangunan di Desa makin tinggi. Apalagi dengan kebijakan baru yang mulai diberlakukan awal tahun 2020 ini, dimana Dana Desa ditransfer langsung ke rekening setiap Desa di Indonesia.
Dana besar itu tentu akan sebanding dengan resiko yang ditanggung para Kepala Desa apabila terbukti ada penyelewengan atau korupsi. Perubahan mekanisme penyaluran Dana Desa dibarengi dengan perubahan atas aturan pengawasan yang lebih ketat. Tujuannya untuk lebih membatasi ruang gerak yang memungkinkan adanya anggaran yang disalah gunakan oleh pengguna anggaran, dalam hal ini Pemerintah Desa.
Perubahan itu sedikit banyaknya akan memunculkan ketakutan dalam menyusun rencana penggunaan anggaran. Yang kemudian menyebabkan serapan anggaran menjadi rendah dan dana akan mengendap tak terpakai. Tapi uang akan selalu menemukan jalannya supaya bisa keluar dan terpakai, apa dan bagaimanapun caranya.
Akibatnya bermunculan program-program pembangunan yang tidak sejalan dengan tujuan utama Dana Desa diberikan. Yaitu membangun Desa untuk Kesejahteraan Masyarakat dan Desa menjadi mandiri karena memiliki penghasilan sendiri. Selain kata membangun, disana juga ada kata kesejahteraan masyarakat. Artinya pembangunan yang dilakukan seharusnya dapat memberi efek ekonomi secara langsung kepada masyarakat.
Salah satunya membangun sektor Pariwisata dan merubah wajah desa menjadi Desa Wisata. Perlu diingat bahwa membangun Pariwisata bukan hanya membangun fisiknya saja, tapi disana ada pembangunan non fisik yang lebih berorientasi pada masyarakat. Mungkin ini akan membutuhkan proses panjang, tapi yang jelas bukanlah hal mustahil untuk dilakukan. Karena banyak Desa lain di Indonesia yang telah berhasil melakukannya.
Sepertinya mulai dari sekarang kita harus mengajukan dua pertanyaan mendasar pada Pemerintah Desa. Siap kah kalian melakukannya?, beranikah kalian membangun Desa Wisata?. Atas pertanyaan itu, saya dan kalian pastinya sangat mengharapkan mendapat jawaban 'Iya' dari mereka, iyakan?
# Pariwisata Sebagai Industri
Pariwisata sebagai sebuah Industri, kalimat itu yang saya tulis pada latar belakang laporan tugas besar Perencanaan Pariwisata, semester tujuh dulu. Saat sesi tanya jawab pengumpulan tugas besar, kelompok kami mendapat giliran dan saya ditanya langsung oleh dosen tentang itu. Akhir cerita saya bisa menjawabnya, dan kelompok kami mendapat nilai bagus untuk mata kuliah itu.
Ketika membicarakan industri, kita mungkin akan membayangkan sebuah gudang atau pabrik yang didalamnya banyak pekerja. Mereka direkrut untuk memenuhi kuota pekerja yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha produksi dalam pabrik. Artinya ketika disebuah daerah ada industri, maka para penduduknya akan mendapat kesempatan untuk bekerja.
Makin besar kesempatan kerja, makin besar pula kesempatan mendapatkan uang. Sedangkan makin besar kesempatan mendapatkan uang, akan makin menarik minat orang-orang untuk terlibat. Pariwisata juga akan seperti itu ketika dipersiapkan dengan sangat baik dan serius. Bukankah ini menarik, sambil bekerja Pemerintah Desa bisa sekalian membantu masyarakatnya.
Kita tak usah membicarakan bagaimana menurunkan angka pengangguran. Biar saja itu menjadi angka statistik yang diurus Badan Statistik. Desa hanya perlu fokus membangun pariwisata dan mempersiapkan masyarakatnya supaya bisa terlibat dalam usaha pariwisata. Karena sebuah industri pariwisata membutuhkan banyak tenaga dari proses pembangunan dan ketika pariwisata mulai berjalan.
Bukankah ini kesempatan besar untuk memberdayakan masyarakat Desa. Masyarakat disemua lapisan akan dapat berpartisipasi, anak-anak, anak muda/milenial, orang tua sampai emak-emak. Semuanya dapat dilibatkan dan memperoleh penghidupan dari Pariwisata. Layaknya sebuah pabrik terbuka dan sebagian besar dari mereka merupakan pekerja. Yang diatur dengan sebuah sistem dan diketahui serta disepakati bersama, antara masyarakat, Pemerintah Desa dan pihak pengelola wisata.
Pengelola?, kenapa harus ada pengelola?, bukankah ini antara Pemerintah Desa dan masyarakatnya?. Ya, memang begitu. Industri Pariwisata merupakan sebuah organisasi besar yang harus memiliki pengelola untuk mengelola kegiatan pariwisata. Pengelola ini bisa dilakukan oleh BUMDes yang memiliki struktur sendiri, dan diisi paling sedikit 3 komponen. Pemerintah Desa, Pemerintah Kabupaten dan Dewan Adat atau organisasi masyarakat setempat.
# Membangun Desa Wisata
Apa yang dimiliki desa?, pertanyaan itu yang pertama muncul ketika sedang membicarakan membangun pariwisata. Semua desa pasti memiliki potensi atau daya tarik, hanya saja butuh usaha keras untuk dapat melihat itu kemudian memolesnya. Ibarat permata yang hanya menampakan sedikit cahaya kemilau karena terjepit batu keras. Dan potensi merupakan modal dasar sebuah desa untuk dapat mengembangkan sektor pariwisata.
Dalam percakapan sehari-hari bahasa seperti ini sering muncul, "Kalau tak memiliki potensi, dibuat saja". Saya sangat sependapat dengan itu, tidak semua desa harus memiliki potensi alamiah untuk mengembangkan pariwisatanya. Mungkin sebuah desa tak memiliki pantai dengan pasir putih yang indah, atau tak memiliki puncak tinggi dengan pemandangan aduhai. Namun ketika desa lain yang berdekatan atau desa tetangga memilikinya, itu sudah cukup.
Sebuah desa sangat bisa memanfaatkan potensi desa lain untuk membangun pariwisatanya sendiri. Cara berpikirnya seperti ini, kalau desa tetangga menjadi terkenal karena wisatanya dan para wisatawan selalu ramai berkunjung, desa kita harus bisa menarik minimal 50% dari jumlah wisatawan itu. Tapi bagaimana caranya?.
Saat ini kegiatan wisata tidak hanya membicarakan kepuasan mata atas maha karya tuhan lewat pemandangan alam yang sangat indah. Tidak juga hanya membicarakan citarasa khas suatu makanan untuk memuaskan lidah. Tapi juga terkait kebutuhan masyarakat modern abad ini, yaitu tentang sebuah tempat yang dapat menjadi spot photo.
Banyak tema yang bisa diangkat dan kemudian menjadi spot photo hunting. Seperti bangunan tertentu, perkebunan, persawahan, hutan, kebun bunga atau pemandangan bawah air lewat kolam renang. Setelah semuanya siap, hanya tinggal menggunakan kekuatan media sosial.
# Memetakan Pasar Pariwisata
Adalagi satu poin penting dalam upaya membangun Pariwisata Desa, yaitu memetakan pasar wisata. Pemetaan pasar dilakukan pada tahap perencanaan untuk menentukan jenis wisata yang akan ditawarkan dan pada siapa saja wisata ini akan dijual. Dalam bahasa sederhana, siapa yang akan menikmati wisata yang akan dibangun.
Cara sederhana dalam memetakan potensi Pasar Wisata yaitu menggunakan model STP Kotler. STP adalah singkatan dari Segmentation, Targeting and Position, yang merupakan 3 elemen penting dalam teori Kotler untuk melakukan pemetaan potensi pasar pariwisata. Dalam penerapannya, ketiga elemen tersebut berjalan secara sistematis dari menentukan Segmentation, menentukan Targeting, kemudian menentukan Positioning Pariwisata.
![]() |
Cth dari FS Pariwisata Gunung Meja |
Ketiganya juga saling memberikan pengaruh satu sama lain. Artinya tak mungkin menentukan target kalau tak menentukan Segmen, pun demikian dengan penentuan Positioning. Tak mungkin dilakukan tanpa menentukan Segmen dan Target terlebih dahulu, karenanya saya katakan kalau prosesnya berjalan secara sistematis/ berurutan.
1. Segmentation
Secara sederhana, melakukan segmentasi pasar wisata adalah membagi-bagi pasar sesuai dengan sifat dan karakteristik wisatawan. Karakteristik dan sifat wisatawan yang berbeda-beda, mengharuskan untuk dilakukan pengelompokan terhadap para wisatawan. Karakter dan sifat wisatawan dapat dilihat berdasarkan ; daerah asal, umur, jenis kelamin, hobi, dan masih banyak lagi.
Kita akan mencoba mengelompokkan karakter-karakter tersebut menjadi 3 bagian, atau kita katakan saja segmen. Yaitu menurut Geografis, Demografis dan Psikografis.
2. Targeting
Targeting atau menetapkan target pasar wisata adalah tahap selanjutnya dari menetapkan segmentasi. Produk dari targeting adalah target market (sasaran pasar), yaitu satu atau beberapa segmen pasar yang akan menjadi fokus kegiatan pemasaran. Penetapan target pasar harus melibatkan evaluasi setiap daya tarik dari masing-masing segmen yang akan dimasuki.
Pariwisata harus menetapkan target pada segmen yang berpelung menghasilkan keuntungan dan pelanggan serta berpeluang paling besar untuk dipertahankan sepanjang waktu. Dalam menetapkan target market pariwisata ada 5 pola yang dapat dilakukan, sebagai berikut :
- Single Segment Concentration.
- Selective Specialization.
- Product Specialization.
- Market Specialization.
- Full Market Coverage.
Secara umum, memilih Full Market Coverage akan bermanfaat khususnya apabila dikaitkan dengan strategy profitability. Namun Desa Wisata sebaiknya berhati-hati agar tidak terjadi over segmenting atau segmen yang tumpang tindih.
3. Positioning
Positioning adalah tahap bagaimana menentukan posisi wisata dalam benak calon wisatawan, sehingga mereka memiliki penilaian tertentu dan mencocokkan dirinya dengan jenis dan wahana wisata yang ditawarkan. Pada dasarnya, positioning dapat diartikan sebagai cara pandang terhadap suatu kegiatan wisata dengan menggunakan “kaca mata” wisatawan.
![]() |
Sumber : https://pasbaronline.com/ |
Sedangkan kata memposisikan suatu produk wisata dapat diartikan menempatkannya dalam ingatan wisatawan atau pikiran wisatawan atau calon wisatawan melalui cara-cara tertentu. Kemudian jenis-jenis kegiatan dan wahana wisata tersebut harus ditentukan posisi apa yang ingin ditempati dalam setiap segmen yang ditentukan.
# Sarana dan Prasarana Wisata
Membangun industri pariwisata berarti harus menyiapkan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan wisata. Bagi Desa yang akan membangun industri pariwisatanya masalah biaya tentu saja menjadi poin yang harus dipertimbangkan. Ini terkait kemampuan untuk membiayai, dan Desa tanpa dukungan kuat Pemerintah Daerah akan menemui kesulitan.
Artinya cita-cita Masyarakat Desa untuk bisa lebih baik dalam hal penghidupannya, harus pula mendapat dukungan kuat dari Pemerintah Desa dan Pemerintah Daerah. Karena Pemerintah Pusat lewat Kementrian Desa telah menyiapkan bantuan khusus bagi Desa yang ingin membangun Pariwisatanya. Bantuan tersebut berupa anggaran untuk pembiayaan sarana dan prasarana wisata.
Sarana dan Prasarana yang termasuk dalam bantuan berupa ; pembangunan jalan lingkungan kawasan wisata, pembangunan toilet dan perlengkapannya, pembangunan homestay, pembangunan gazebo/saung, renovasi balai kesenian masyarakat dan pengadaan sarana penerangan umum. Dengan ini Desa dapat mengalokasikan Dana Desa untuk menyiapkan hal lain untuk mendukung kegiatan wisata.
Setidaknya ada 3 sumber anggaran yang bisa didapat Desa untuk membangun sarana dan prasarana wisata. Pertama bantuan pemerintah pusat, kedua dari Dana Desa dan yang ketiga dari APBD. Dengan sumber pembiayaan yang sudah kelihatan, maka penyiapan sarana dan prasarana bukan merupakan kendala berarti.
Selanjutnya Tinggal bagaimana ketiga lembaga itu berkoordinasi dengan baik dan menumbuhkan niat serius untuk merubah kondisi masyarakat menjadi kebih baik. Mengenai keuntungan, semua pasti akan mendapat keuntungan, baik sosial dan materil. Hanya saja apabila ada pihak-pihak yang ingin sedikit lebih bersabar dan memaknai semua itu adalah investasi, pastinya akan ada keuntungan lebih besar sedang menanti.
# Kembali Ke Masyarakat
Tujuan Pembangunan sudah seharusnya kembali ke masyarakat, mereka bisa menggunakan dan memperoleh banyak manfaat darinya. Begitupun dengan Industri Pariwisata, yang akan membawa perbaikan perilaku dan perbaikan ekonomi masyarakat. Perbaikan perilaku adalah hasil dari sikap baik yang selalu dijaga kesetiap pengunjung di kawasan wisata yang kemudian terbawa ke lingkungan sosial.
Perbaikan ekonomi merupakan perubahan hidup dari tidak punya penghasilan menjadi punya penghasilan. Memang Pariwisata bisa membuat perubahan seperti itu?, bagaimana caranya?. Sebagai industri, Pariwisata akan menyediakan cukup banyak lowongan pekerjaan dan kesempatan berusaha bagi masyarakat.
Bagaimana kalau kita mulai dari depan, pintu masuk kawasan wisata. Disana ada petugas keamanan dan petugas penjaga loket yang setiap saat melayani pembelian karcis masuk kawasan. Jika kebutuhan petugas loket sebanyak 2 orang dan petugas keamanan sebanyak 2 orang, berarti ada 4 lowongan pekerjaan yang tersedia. Belum lagi kalau diberlakukan shift, berarti jumlahnya menjadi duakali lipat..
Setelah membeli karcis kendaraan akan menuju tempat parkir, memarkir kendaraan setelah itu menuju pusat informasi wisata. Tempat parkir membutuhkan 3 tenaga, 1 petugas pencatat plat nomor kendaraan keluar masuk dan 2 sisanya bertugas menjaga keamanan kendaraan. Sedangkan di pusat informasi wisata, membutuhkan minimal 3 personil. Berarti ada kebutuhan 6 personil lagi.
Selain itu masih ada petugas penitipan barang, petugas kesehatan, pemandu wisata, pedagang makanan, pedagang cenderamata, pengusaha wisata seperti penyewaan wahana berupa perahu untuk berkeliling atau banana boot untuk wisata air. Dan juga bagian pengamanan kawasan wisata yang tentu saja butuh lebih dari 3 orang, tergantung luas kawasan. Lebih luas berarti butuh lebih banyak.
Yang lebih menarik adalah melibatkan masyarakat untuk mengurus Homestay. Untuk ini baiknya dikhususkan untuk kelompok perempuan. Mulai dari cleaning servis (indoor), bagian yang menyiapkan makanan, petugas kebersihan (outdoor), dan bagian laundry. Untuk satu homestay dikelola oleh satu kelompok perempuan di Desa.
Untuk kasus Meleura perlu disiapkan sarana penyeberangan ke pulau-pulau kecil dan menuju tanjung. Selain itu untuk menjaga budaya, juga perlu disiapkan seorang Modhi yang bertugas melakukan baca-baca pada waktu tertentu, untuk menghindarkan kawasan dari bahaya. Setelah itu talang makanan baca-baca dipersilakan untuk dimakan oleh pengunjung.
Bagaimana, cukup menarik bukan?. Tentu saja semua tidak akan berjalan mudah dan pasti selalu ada kendala dalam mewujudkan perencanaan. Itulah gunanya tim ahli dan pengelola untuk selalu melakukan evaluasi dan merumuskan strategi mengatasi tiap masalah yang ada.
###
Ketika kita berbicara tentang Desa dan Masyarakatnya, bagaimana Desa berperan aktif memperbaiki kehidupan masyarakatnya. Maka Pariwisata jawabannya. Mungkin ada sektor lain selain itu, seperti industri kecil dan industri pertanian maupun perkebunan. Tapi Pariwisata akan selalu menjadi primadona, karena manusia takkan pernah berhenti mencari kesenangan.
0 comments:
Posting Komentar