Rabu, 16 Oktober 2019

Film Padman dan Revolusi Pembalut

Arunachalam  Muruganantham dan Mesin Ciptaannya
Entah apa jadinya dunia ini jika pembalut tak pernah ditemukan, mungkin nasib kaum perempuan takkan sebaik hari ini. Tuntutan kesetaraan gender dan persamaan hak perempuan untuk disejajarkan dengan lelaki, mungkin takkan bergema keras seperti saat ini. Bagaimana persamaan disuarakan ketika perempuan merasa memiliki kekurangan, yang membuat mereka akan membatasi diri dari dunia luar, bahkan pergaulan dengan sesama jenisnya.

Sejarah panjang kebersihan kaum perempuan penuh dengan cerita duka, yang membuat mereka seringkali diasingkan dari pergaulan dalam keluarga dan juga di masyarakat. Ada suatu masa ketika para perempuan kedatangan tamu, yang selalu rutin berkunjung selama 5 hari berturut-turut dalam setiap bulan. Tamu tersebut namanya menstruasi, yang kedatangannya saat pertama kali menandakan bahwa si perempuan telah memasuki usia dewasa. Dalam bahasa sehari-hari sering dikatakan datang bulan.

Karenanya pembalut kemudian menjadi jawaban bagi masalah yang dialami para perempuan, bahkan saat ini dapat dikatakan bahwa pembalut merupakan kebutuhan primer bagi perempuan.

Pembalut telah ada sejak abad ke-10, yaitu pada zaman yunani kuno, dalam bentuk pakaian yang berisi kain lap, kapas atau wol dari bulu domba, yang digunakan untuk menghentikan darah menstruasi. Selain itu ada juga yang menggunakan bulu kelinci atau bahkan rumput, sebelum ide awal membuat pembalut sekali pakai dicetuskan seorang perawat. Ide itu muncul seketika dalam sebuah peperangan, untuk menghentikan pendarahan yang berlebihan para prajurit.

Akhirnya seorang perawat prancis membuat pembalut pertama dari bubur kayu, yang terbukti mampu menyerap darah dengan cepat dan dapat langsung dibuang setelah dipakai. Karena harganya yang sangat murah dan bahan dasarnya sangat mudah didapat, produsen komersil kemudian meminjam ide tersebut untuk menjual produk pembalut pertama pada tahun 1988.

Setelah itu harganya kemudian menjadi mahal, para wanita tak sanggup membelinya, akhirnya mereka tetap menggunakan cara tradisional, yaitu dengan kain kotor.

***
Di India, tak pernah ada pembicaraan tentang menstruasi dikalangan perempuan, karena itu merupakan hal yang dianggap sangat memalukan. Meskipun diawal kedatangan tamu tersebut para perempuan mendapat sambutan dalam sebuah perayaan tanda telah dewasa, tapi setelah itu mereka akan dijauhkan dari keluarga. Salah satunya, mereka akan tidur sendirian diluar rumah, karena tak diijinkan untuk tidur dalam rumah bersama keluarga lainnya saat malam. Selain itu, para lelaki dilarang bersentuhan dengan perempuan yang sedang kedatangan tamu, karena mereka dianggap kotor selama datang bulan.

Masih banyak bentuk-bentuk pelarangan lainnya yang dinisbatkan pada perempuan saat sedang datang bulan. Film Padman yang rilis pada tahun 2018 lalu, seolah membuka mata kita bagaimana pembalut perlahan-lahan telah merubah mindset orang india, untuk lebih membuka diri dan berani meninggalkan kebiasaan lama yang sangat membahayakan ketika menstruasi. Meski memiliki jumlah penduduk perempuan sangat besar, rasio perempuan di pedesaan India yang terkena penyakit kebersihan kemudian meninggal, cukup tinggi.

Setiap bulan ada 10-12 perempuan datang ke dokter dengan keluhan beberapa penyakit. Karena selama menstruasi mereka menggunakan kain kotor, dedaunan, bahkan abu sebagai pengalas, dan itu sudah berlangsung sejak lama. Semua itu telah mengundang penyakit, yang karenanya beberapa perempuan tak bisa memiliki anak, beberapa perempuan lainnya bahkan meninggal. Tak adanya pembicaraan mengenai menstruasi, serta bahaya yang ditimbulkan karena menggunakan sesuatu yang tidak higienis, ikut menyebabkan tak ada pula perempuan yang tau akan bahaya yang mengintai mereka.

Film Padman mengangkat kisah nyata seorang Arunachalam Muruganantham, yang diperankan aktor senior bolywood bernama Akhsay Kumar sebagai Lakshmi. Istrinya bernama Gayatri, dan mereka baru saja menikah tapi belum memiliki anak. Film ini bercerita tentang jatuh bangun Arunachalam (Lakshmi), melawan kondisi sosial masyarakat india yang masih menggunakan kain kotor saat menstruasi, dan enggan menggunakan pembalut karena harganya yang sangat mahal.

Setidaknya ada beberapa hal menarik yang dapat dilihat dan direnungkan dalam film Padman ini, antara lain sebagai berikut :

Pertama, terkadang perempuan tak dapat mengerti besarnya kasih sayang seorang lelaki. Hal itu karena apa yang ditunjukan lelaki berbeda dengan apa yang mereka inginkan. Para Perempuan cenderung mengartikan kasih sayang dan perhatian dalam bentuk konkrit, yang hadir dalam bentuk pujian, atau pertanyaan bagaimana kabarmu?, apakah kau baik-baik saja?, dan pertanyaan lain menyangkut kondisi pribadinya.

Sedangkan menurut lelaki, perhatian dan kasih sayang jauh lebih besar daripada hanya pujian dan pertanyaan sehari-hari. Perhatian dan kasih sayang seorang lelaki mewujud dalam bentuk tindakan dan perbuatan untuk melindungi perempuan dari bahaya besar yang sedang mengintainya. Sebagaimana yang ditunjukan Lakshmi dan keseriusannya membuatkan pembalut untuk melindungi sang istri dan semua perempuan desa dari bahaya penyakit dan kematian.

Dalam film ini lagi-lagi kita ditunjukan perbedaan mendasar antara lelaki dan perempuan. Perempuan memiliki rasa malu yang sangat besar, dan cenderung merespon dengan penuh perasaan setiap perubahan di masyarakat atau apa yang dikatakan masyarakat. Sedangkan lelaki tidak seperti itu, Lakshmi sadar bahwa yang dilakukannya itu adalah benar dan besar manfaatnya bagi istrinya dan semua perempuan di India, karenanya dia tak berhenti meski dihujat dan dihina penduduk sekampung, bahkan sampai hampir cerai dari gayatri istrinya.

Kedua, perempuan India pada masa itu masih sangat terbelakang. Setidaknya itu dari segi cara berpikir mereka, yang lebih mempercayai pengalaman empirik ketimbang pendapat medis mengenai kebersihan perempuan saat menstruasi. Dokter telah mengatakan bahwa penggunaan kain kotor adalah tindakan berbahaya yang dapat membawa petaka. Tapi para perempuan india tidak percaya akan hal itu, ketidakpercayaan mereka dilandasi belum adanya informasi yang beredar di masyarakat, bahwa ada seorang wanita meninggal karena penggunaan sesuatu yang tidak steril termasuk kain kotor.

Masalah ini bukan tanpa sebab, karena dilandasi rasa malu teramat besar para perempuan ketika menceritakan masalah menstruasi, sehingga informasi itu tertutup karena terus dirahasiakan bahkan sampai mati. Dari diagnosa yang dilakukan dokter pada beberapa pasien wanita yang terserang penyakit, menunjukan sebab utamanya karena penggunaan kain bekas yang tidak steril. Tapi tetap saja, kalaupun dokter mengatakan, informasi itu hanya si dokter dan pasien yang tau, tak diumumkan didepan orang banyak karena rasa malu tadi. Termasuk suami mereka sendiri tidak akan pernah tau akan hal itu.

Keterbelakangan masyarakat india kala itu, juga digambarkan pada bagaimana masyarakat sangat mudah diperdaya oleh sebuah mesin pemecah kelapa, yang ditanam kedalam patung dewa hanoman. Masyarakat India bahkan rela memberi uang 51 rupe untuk dimasukan kedalam patung dewa, setelah itu patung masuk kedalam box hitam. Ketika keluar, sudah ada 2 biji manisan didalam talang yang diambil oleh yang memberi sedekah tadi.

Masyarakat India di desa itu, termasuk para perempuan, lebih rela mengeluarkan uang 51 rupe kemudian mendapat 2 manisan, daripada membayar sebungkus pembalut dengan harga 55 rupe. Pembalut oleh mereka dianggap barang kotor, yang tidak layak dihargai 55 rupee, dan ketika ada perempuan desa yang membelinya, mereka akan diceritakan atau bahkan di buly oleh perempuan lainnya.

Ketiga, hanya perempuan yang dapat mengerti perasaan perempuan. Lakshmi telah memenangkan penghargaan dari lomba inovasi, namanya dan mesin pembuat pembalut ciptaannya menjadi sangat terkenal. Diapun memberi harga sangat murah untuk tiap pembalut yang dibuatnya, tapi hal itu belum mampu menyelesaikan masalah utama yang dihadapi. Perempuan di Desa belum bisa menerima dia dan hasil ciptaannya, yang secara kualitas setara dengan buatan pabrik namun dengan harga lebih murah.

Ternyata ketenaran dan harga murah belum mampu mengikis sekat pembatas bagi lelaki, untuk ikut serta dalam menyelesaikan masalah perempuan. Dengan capaiannya itu, Lakshmi belum dapat memenangkan hati perempuan didesa. Hal itu berubah ketika dirinya dibantu seorang teman perempuan untuk menjual pembalut ciptaannya dan berkomunikasi langsung pada perempuan di desa. Hasilnya lebih baik, perempuan desa dapat menerima dan memakainya dengan senang dan tenang, tanpa takut malu karena masalah mereka diketahui para lelaki.

Pada fase ini, Lakhsmi belajar teknik pemasaran pada seorang teman yang sejak awal membantunya dan mesin ciptaannya. Dengan bantuan si teman, akhirnya perempuan desa dapat menerima dan membuka diri dari perempuan lain untuk mengatasi masalah menstruasi. Dalam perkara ini, Lakshmi hanya membuka jalan agar supaya pembalut ciptaannya dapat dikenal diseluruh India, dan para perempuan sendiri yang terjun langsung ke masyarakat untuk memperkenalkan, mendistribusikan dan berkomunikasi langsung pada perempuan lainnya tentang pentingnya penggunaan pembalut saat menstruasi.

Keempat, Pembalut telah merubah masyarakat India. Dengan adanya pembalut murah, yang keseluruhan pengerjaan mulai dari produksi, pengemasan sampai distribusi dilakukan sendiri oleh para perempuan, tingkat penerimaan masyarakat menjadi lebih baik. Lakshmi mengadakan alat, melakukan pelatihan dan sosialisasi pada para pekerja perempuan, yang direkrut untuk menjadi pekerja pada perusahaan miliknya. Dari kelompok kecil pekerja ini, informasi mengenai pentingnya pembalut, bagaimana cara membuatnya, sampai pada bagian sterilisasi selembar pembalut, kemudian dikampanyekan oleh perempuan pekerja pada perempuan lainnya dengan cara yang lebih pribadi.

Selain merubah mindset perempuan dan masyarakat desa, alat buatan Lakshmi juga membawa perubahan ekonomi bagi para ibu rumah tangga. Para ibu rumah tangga mendapatkan penghasilan tambahan dengan bekerja dipabrik milik Lakshmi. Dari sini mereka dapat membantu para suami yang bekerja diluar, dan memperbaiki gizi anak-anak dengan sering membeli susu.

Nama Lakshmi makin terkenal diseluruh India, mukanya seringkali muncul dalam pemberitaan di koran dan saluran televisi nasional. Masyarakat desa semakin bangga dengan itu, alat buatannya pun didistribusikan ke desa-desa lain di India hingga perubahan yang terjadi didesanya juga ikut terjadi di desa lain diseluruh India.

Kini pembalut tidak lagi menjadi barang langka, dan penilaian masyarakat sebagai barang kotor tidak lagi melekat padanya. Masyarakat mulai menerima secara terbuka dan mulai merasakan manfaat besar dari pembalut. Berbagai inovasi kemudian dilakukan, untuk lebih memberikan kenyamanan dan keamanan bagi perempuan. Mulai dari pemberian perekat sampai penambahan sayap pada pembalut. Akhirnya para wanita india dapat terlepas dari masa lalu yang buruk, para wanita mulai terhindar dari berbagai penyakit yang mengancam.

Yang paling penting, tentu saja mereka tak lagi diasingkan tuk tidur diluar selama 5 malam. Para anak sekolah tak lagi malu dan berhenti sekolah karena takut tembus. Mereka kemudian dapat berprestasi layaknya para lelaki, dapat menjadi atlet ataupun profesi lainnya tanpa takut ketahuan sedang menstruasi.

0 comments: