Rabu, 17 Juli 2019

Dari Buritan KM. Bunda Maria

Malam ini cukup dingin, awan yang mendung membuat gelapnya langit kian bertambah pekat. Sedangkan dari atas sana, kilatan petir sesekali mengintip dunia bawah dengan gemasnya, entah kabar apa gerangan yang ingin disampaikannya. Pun dibawah, laut tak jua diam, tak merasa lelah bercengkrama dengan angin malam yang begitu dingin dan terus menggoda. Cukup lama mereka bercanda, sangat akrab sampai membuat ombak kecil bergulung-gulung dengan riangnya.

Dikejauhan, nampak bunga api yang sesekali menyala diatas lautan. 1, 2 dan 3, kadang mereka muncul bersamaan dan terkadang mereka muncul secara berurutan. Samar-samar, dari balik malam yang gelap diatas laut, terlihat bayangan hitam para pekerja yang sedang berpacu dengan waktu.  Yang satu sibuk me las, yang satu sibuk menyambung kawat besi, sedang pekerja lain bekerja dengan sangat keras demi menyelesaikan tiang jembatan penyeberangan diteluk kendari.

Bagaimana denganku, saya sedang asik dengan kesendirian. Diburitan KM. Bunda Maria, menyaksikan mereka-mereka yang sangat sibuk, karena kapal feri sebentar lagi akan pergi meninggalkan dermaga. Dermaga dengan air keruh yang nampak kecoklatan meski diwaktu malam. Juga sampah yang bertebaran disana-sini, bak meses seres warna warni yang ditabur secara acak, untuk membuat ikan-ikan malu naik ke permukaan.

Oh malam yang indah, dingin dan mungkin juga romantis. Tak lengkap rasanya pabila dilewatkan begitu saja tanpa kehangatan segelas kopi hitam.

Sementara angin malam yang bertiup cukup keras dan begitu dingin berusaha menembus jaket tebalku, diujung sana seorang pria paruh baya genit bercengkramah dengan seorang wanita pedagang keliling. Mereka nampak sangat akrab, selalu ada tawa disetiap akhir kalimat yang diucapkan. Sesekali tangan pria itu mendarat dengan nakal pada bagian pinggang si wanita pedagang keliling.

Ah, mereka terlalu asik bercanda, sampai melupakanku yang sedari tadi menonton dengan sedikit kesal karena tak ada seseorang yang bisa digoda.

Seperti biasanya, malam ini begitu ramai. Dimana-mana hanya suara penjual keliling yang terdengar, mereka dengan tanpa menyerah terus menjajakan dagangannya. Inilah kompetisi sesungguhnya, dimana persaingan sangat ketat terjadi antar penjual keliling, untuk memenangkan hati para penumpang dan bersedia membeli makanan atau minuman.

Disini kau tak perlu repot memanggil, cukup menjawab ajakan mereka, dan segelas kopi hangat atau pop mie hangat langsung datang kehadapanmu. Seperti yang kulakukan beberapa saat lalu, dan tak berapa lama kopi hitam pun datang berlabuh tepat dihadapanku. Dia dengan cukup unik memperkenalkan dirinya. Lewat sebuah kompetisi ketat para pedagang keliling, Ia kemudian hadir dalam sebuah wadah aqua gelas yang berwarna bening.

Seperti biasa, kali ini kembali kulakukan ritual khusus sebelum meminum kopi siram. Menutup permukaan gelas, supaya panasnya tak keluar dan kopi bisa sedikit matang, paling tidak ampasnya tidak banyak mengambang dipermukaan gelas. Setelah membakar rokok, kuseruput kopi hitamku yang masih hangat. Nikmatnya benar-benar menggugah selera, tapi sayang ini bukan top coffe.

Buritan kapal merupakan tempat faforitku, disini saya dapat bertemu teman lama dan mengenal banyak orang baru. Dan sekali lagi, kopi dan rokok adalah jimat paling ampuh untuk mencari teman saat mengarungi laut dimalam hari. Benar saja, tak berapa lama saya kedatangan teman baru. Seorang anak muda yang sebelumnya sibuk menelpon, datang meminta korek dan membakar rokok yang sedari tadi terjepit jemarinya.

Biasanya saya akan mengajak bicara semua orang yang datang meminta korek, atau menawarkan rokok setiap orang yang duduk disampingku. Tak jauh didepanku ada sekelompok orang tua, sepertinya mereka berusia sekitar 50an tahun. Sambil makan langsat mereka asik bercerita. Ada sebuah identitas yang buatku bisa mengenal siapa mereka, yaitu logo dinas dengan latar kuning dan logo biru.

Sayang, bapak-bapak ini harus membutakan matanya dengan membuang kulit langsatnya di laut. Padahal disebelah mereka, ada tong sampah yang disediakan awak kapal untuk membuang sampah agar tidak mengotori laut. Kuisap rokokku dalam-dalam, dan kuhembuskan asapnya dengan napas yang agak berat keudara. Kuingin kekesalanku pergi bersama angin malam sampai ketengah laut, kemudian hilang tak berbekas.

Kualihkan perhatianku, pada para penjual keliling yang sejak tadi lalu lalang disetiap sudut kapal. Tanpa henti mereka meneriakkan  berbagai formasi yang berbeda. Didekatku, seorang ibu menawarkan "kopi siram-pop mie-gogos". Kemudian dibalas oleh ibu penjual lainnya dengan "Aqua-nasi-kopi siram". Dari arah lainnya juga terdengar "Nasi nasi-aqua-popmi siram", yang serta merta dibalas dengan "Kopi kopi-popmi siram".

Mereka sangat asik dengan dunianya, dunia yang penuh kompetisi keras mencari pembeli, namun selalu ada tawa dan ceria didalamnya. Seperti beberapa orang anak yang juga penjual keliling, beberapa kali mereka melewatiku dengan seruan beragam. Ada yang menawarkan "Aqua-nasi", ada juga "Mari aquanya-gogos-telur masak".

Sesekali saya menjawab tidak, dan kebanyakan cuma membalas dengan senyum, tiapkali mereka menawarkan dagangannya padaku. Dalam perjalanan satu malam diatas laut, saya biasanya hanya memesan kopi hitam dan pop mie siram. Setelah itu tidur, kemudian bangun saat kapal akan sandar didermaga tujuan.

Kembali kuseruput kopi hitam yang mulai dingin, kemudian kuisap rokok yang hampir habis ditiup angin sejak tadi. Sebentar lagi kapal akan berangkat, dan para ABK kelihatan sudah mulai bersiap-siap. Setelah menghabiskan 2 batang rokok dan segelas kopi hangat, sayapun bergegas masuk kedalam untuk memastikan nomor tempat tidur tak terpakai penumpang lain.

Sedikit demi sedikit suara penjual keliling mulai berkurang, setelah pemberitahuan kapal sebentar lagi akan berangkat. Namun begitu, masih terdengar suara beberapa pedagang yang menjajakan dagangannya. "Langsat langsatnya pa", "Taripang pa taripang-kue", juga seorang perempuan dewasa yang menawarkan "Aqua-nasi-roko-kopi kopi" dan seorang bapak dengan dagangan yang berbeda, "Ya jam tangan jam tangan".

Sayapun masuk kedalam, menuju dek 2  untuk mencari tempat tidur sesuai nomor tiket. Dek 2 berada dibagian bawah, cukup menuruni satu anak tangga untuk sampai kesana. Lorong-lorong kapal masih ramai, saya melewati seorang bapak yang kebingungan mencari tempat tidurnya. Dia bertanya pada seorang petugas kapal yang mencoba arogan sambil bercanda. Sementara bapak cleaning servis masih sibuk menari-nari dengan tongkat pelnya. Karena jasanyalah kapal ini masih bersih dan penumpang merasa nyaman.

"Nomor 241 dimana pak", tanyaku. "Disini", potong seorang penumpang sebelum petugas kapal menjawab pertanyaanku. "Terimakasih Banyak", ucapku yang dengan segera melepas ransel dan meletakannya diatas kasur. Malam ini cukup panjang, butuh waktu 7-8 jam diatas laut tuk sampai ketujuan. Untungnya ombak tak cukup keras, dan kapal tidak bergoyang-goyang 'naik turun naik' seperti lagu disko yang sering diputar temanku di Makassar dulu.

Saya kembali teringat seorang penjual keliling, dengan seruan khasnya "Freshcare nya-tisu-kipasnya-masker". Mungkin saya butuh freshcare tuk jaga-jaga kalau nanti ombak keras dan saya mabuk laut. Dengan itu mungkin saya akan teringat Agnes Monica ketika mabuk laut nanti, dan semoga saja mabuk lautku segera berhenti karenanya. Karena Agnes Monica, semoga saja.

1 comments:

Lady Mia mengatakan...


KABAR BAIK!!!

Nama saya Lady Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran di muka, tetapi mereka adalah penipu , karena mereka kemudian akan meminta pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, jadi berhati-hatilah terhadap Perusahaan Pinjaman yang curang itu.

Perusahaan pinjaman yang nyata dan sah, tidak akan menuntut pembayaran konstan dan mereka tidak akan menunda pemrosesan transfer pinjaman, jadi harap bijak.

Beberapa bulan yang lalu saya tegang secara finansial dan putus asa, saya telah ditipu oleh beberapa pemberi pinjaman online, saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ms. Cynthia, yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa konstan pembayaran atau tekanan dan tingkat bunga hanya 2%.

Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya terapkan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik jika dia membantu saya dengan pinjaman, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres atau penipuan

Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman apa pun, silakan hubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan atas karunia Allah, ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.

Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan memberi tahu saya tentang Ibu Cynthia, ini emailnya: arissetymin@gmail.com

Yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran cicilan pinjaman saya yang akan saya kirim langsung ke rekening perusahaan setiap bulan.

Sepatah kata cukup untuk orang bijak.