Jumat, 30 November 2012

Blom Ada Judul Part-2

Hentakan apa yang kurasakan ini duhai jiwa yang merindu…???

Kutitipkan kedua mata ini pada angin, biarlah dia menemani dalam setiap kedip yang mengungkap batasan dalam setiap tatapku mencari dirimu, sembari mencari sesuatu yang menjadi pemicu getaran yang tlah bersarang didadaku. Selang beberapa lama, mataku berhenti pada burung Kecil cantik nan mempesona yang melabuhkan kedua kaki-kaki yang dilengkapi jemari mungil miliknya kepada ranting rapuh berwarna coklat kehitam-hitaman.


Dalam diam kubenamkan sebagian takut yang tumbuh pada diriku, tuk beranikan diri menyapa sicantik yang mengambil sebagian diriku karena telah melahirkan berbagai kemungkinan dalam benakku.

Wahai burung Kecil, sesungguhnya diriku hanyut dalam kekaguman karena pesan yang engkau kirimkan kepadaku lewat angin sebagai media. Berikan padaku kicaumu yang kedua, ketika itu kuterima semoga gundah yang menyelimutiku saat ini dapat terobati. Wahai burung Kecil yang kicaunya menggetarkan seluruh angkasa beritahukan kepadaku perkara yang menghentakan hatiku itu…???





Wahai mahluk yang merindu…??? Sungguh mulia dirimu yang hatinya mampu terhentak karena rindu. Sekiranya bukan karena diriku adalah diriku maka tiada arti hidupku ketika tak kusaksikan kerinduan maha tinggi yang menyelimuti dirimu saat ini…???

oooh…burung Kecil, sungguh cantik dirimu, memang engkaulah yang telah membuat sarang kegundahan dalam diriku. Sesungguhnya diri ini menunggu kicauan indah kedua yang kalau engkau bersedia melantunkannya untukku, maka terobatilah gundah yang dari tadi bersarang pada dirku hingga mampu membuahkan sesak didadaku.

Wahai jiwa yang bersemayam dalam diri manusiamu, sesungguhnya hatikupun tengah dalam keadaan bersedih, mengapa yang padamu tertanam seluruh rahasia alam, yang diriku tak mampu menampung semua itu, tak mampu menembus batasan-batasan yang tercipta karena kerinduan. Sesungguhnya engkau mampu melihat kekosongan dalam diriku.

Sekiranya memang kicauku yang mengurung dirimu dalam semesta kegelisahan maka, sesungguhnya aku yang kecil ini tiada mampu untuk melakukan itu.

Kicauku adalah bunyi, yang hanya mampu menembus telinga namun takmampu merobek Kerinduan menembus hati. Sesungguhnya buluku hanyalah susunan beberapa warna yang terbentuk karena partikel-partikel mungil yang tersusun, hingga tampaklah berjuta-juta susunan keindahan bila DIA menghendakinya.

Ooooh…..Penghuni alam semesta….??? Sungguh tiada pernah kubayangkan diriku mampu menahan derita kerinduan ini manakala sumber kerinduan yang menghentakanku tiada mampu kutemui…??? Sekiranya itu bukan dirimu namun siapa lagi yang harus kutemui untuk mengobati luka ini…??? Sekiranya dia berada disuatu tempat yang terselimuti ruang dan waktu dimanakah dia gerangan yang padanya mampu kulabuhkan jiwaku sebagai pengobat rindu ini.

Wahai kau sang perajut rindu, risalah apakah yang hendak kausampaikan padaku hingga membuat hentakan yang bahkan diriku tiada mampu membedung arus kerinduan yang menyelimuti…??? Sungguh mulia dirimu wahai burung kecil…sesungguhnya tiada pernah ingin kuhentikan pencarianku sampai sumber kerinduan yang menghentakanku itu kudapati…???

Dan kemudian kupun mengetahui bahwa dengan menitipkan mataku pada angin meskipun mampu menjelajahi setiap sisi dari bumi yang membentang dari timur ke barat, itu tak akan mampu menyibak tirai penghalang untukku bertemu dengannya…???

Kulanjutkan pencarianku namun masih hangat dikepalaku akan ketidak mampuan inderaku menggapai hakekat tertinggi dari semua itu. Dalam hati kubergumam, sekiranya bukan dengan kelima ideraku ini lalu dengan apalagi harus kucari jawaban atas semua ini. Setelah sekian menit pikiranku melanglang buana entah kemana, hingga pada akhirnya ia menghentikan sejenak perjalanannya dan singgah pada suatu kesimpulan, sungguh hanya dengan mencari dalam mimpi semua kebimbangan ini akan terjawab. Tapi bagaimana semua itu akan terjadi, sedang diriku yang sekarang berada dalam dunia yang semu ini. Perlahan-lahan kuberikan kepercayaanku pada mimpi untuk membawa serta seluruh kesadaranku agar dapat mengarungi setiap makna yang tersirat dalam dimensinya, mungkinkah mimpi tak mengecewakanku tuk yang kedua kali…??? Aku telah kecewa dengan inderaku karena kesalahannya yang pertama, mungkinkah kesalahan serupa kan terulang untuk yang kedua kali…??? Oh…jiwa-jiwa yang bersemayam dalam diriku……bukankah aku terlalu naif sebagai seorang musafir…???
Ooooh….diriku kemanakah....BERSAMBUNG....

_Azis Syahban....

0 comments: