Pengelolaan sampah merupakan salah satu tantangan besar yang dihadapi sebuah kota dan juga masyarakat modern, terutama yang bermukim di daerah perkotaan. Pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang pesat menyebabkan pergerakan penduduk berpusat pada satu titik, perkotaan, yang juga menyebabkan peningkatan volume sampah cukup signifikan yang dihasilkan tiap orang dalam tiap harinya. Hal serupa juga dialami kota-kota besar di Indonesia, dimana menurut data dari SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional) Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, timbulan sampah nasional pada tahun 2024 mencapai 38,43 juta ton/tahun, dan 38,38% nya tidak terkelola[i], dengan sebagian besar merupakan sampah yang bersumber dari rumah tangga. Situasi ini mengharuskan pemerintah, Masyarakat dan seluruh kalangan untuk mencari solusi yang efektif dalam pengelolaan sampah.
Salah satu aspek penting dalam pengelolaan sampah adalah pemilahan sampah, yaitu proses memisahkan sampah berdasarkan jenisnya sebelum diangkut kemudian dibuang ketempat pembuangan akhir atau diolah Kembali difasilitas TPS 3R. Pemilahan yang baik dapat meningkatkan efisiensi daur ulang dan mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir maupun TPS 3R. Banyak penelitian menunjukkan bahwa perilaku memilah sampah sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Dalam sebuah penelitian, perilaku negatif pengelolaan sampah mencakup kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemilahan sampah, yang mengakibatkan banyak individu tidak memisahkan sampah organik dan anorganik dengan benar. Hal ini diperparah oleh ketersediaan fasilitas yang tidak memadai, seperti tempat sampah yang tidak sesuai standar, serta minimnya sosialisasi dan penyuluhan mengenai pengelolaan sampah yang efektif[ii].
Permasalahan persampahan di Kota Sofifi bersifat kompleks dan meliputi berbagai aspek. Secara umum, kurangnya fasilitas pengelolaan sampah yang memadai, mulai dari pewadahan, pengangkutan dan pengolahan sampah seperti tempat pembuangan akhir (TPA) yang masih belum dimiliki dan memakai TPA Kabupaten Halmahera Barat, saat ini menjadi kendala utama. Volume sampah yang bertambah setiap hari tentu akan mengakibatkan permasalahan serius yang harus ditangani dengan tepat dimasa depan. Banyaknya sampah yang menumpuk akan menimbulkan berbagai dampak negatif di antaranya lingkungan menjadi tampak kumuh dan sampah yang bercampur dan membusuk juga menimbulkan bau yang tidak sedap[iii]. Selain itu, sistem pengangkutan sampah yang tidak teratur dan tidak terjadwal dengan baik juga memperburuk kondisi ini, sehingga hal tersebut berpotensi menimbulkan terjadinya penumpukan sampah pada beberapa tempat-tempat terbuka dalam Kota Sofifi, pencemaran daerah aliran Sungai karena sampah yang dibuang kebadan sungai, atau terjadinya polusi udara karena pembakaran sampah kota yang juga akan memicu pencemaran lingkungan
Di tengah tantangan dan permasalahan tersebut, inovasi dalam penggunaan alat bantu seperti kantong sampah tematik yang terdiri atas 5 (lima) jenis yang kemudian dibedakan warnanya, menjadi salah satu solusi yang dapat mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam memilah sampah. Kantong sampah tersebut dirancang khusus untuk memisahkan jenis sampah berdasarkan 5 (lima) jenis sampah yang dikenal di Indonesia, seperti ; organik, guna ulang, daur ulang , residu dan berbahaya atau B3, dapat memudahkan masyarakat dalam melakukan pemilahan. Dalam konteks ini, penggunaan kantong sampah dapat menjadi salah satu faktor penentu dalam meningkatkan kecenderungan masyarakat untuk memilah sampah sejak dalam rumah.
Teori distance decay digunakan dalam penelitian ini, untuk memahami adanya jarak antara fasilitas pewadahan dan pengumpulan sampah dari sumber sampahnya yaitu rumah tangga. Teori distance decay menyatakan semakin bertambahnya jarak suatu tempat maka akan semakin menurun frekuensi kunjungannya. Teori ini pun tersirat dalam Tobler’s (1970) ‘first law of geography’ dimana menyatakan sesuatu yang mempunyai jarak lebih dekat akan cenderung lebih berhubungan dibandingkan dengan sesuatu yang lebih jauh[iv]. Dalam penelitian ini berusaha mendekatkan fasilitas pewadahan sampah dari yang semula berada diluar rumah dalam bentuk bin maupun lainnya, kemudian didekatkan sedekat mungkin sampai kedalam rumah dalam bentuk kantung plastic tematik. Yaitu kantung plastik yang terdiri atas 5 warna sesuai jenis sampah ; Organik, Daur ulang, Guna ulang, Residu dan B3.
Dengan demikian apabila hal tersebut dapat terbukti memiliki pengaruh yang sangat kuat antara semakin dekatnya pewadahan sampah, maka sangat diharapkan dapat memicu terjadinya perilaku Masyarakat dalam memilah sampah. Mengenai perilaku yang kemudian dapat menjadi efek berikutnya dapat dilihat dengan Theory of Planned Behavior atau Teori Perilaku Terencana Ajzen, I. (1991). Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa orang biasanya berperilaku dengan tindakan yang bijaksana. Theory of Planned Behavior melihat apakah sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang dirasakan mempengaruhi niat dan juga apakah niat dan kontrol perilaku yang dirasakan mempengaruhi perilaku[v]. Dan penerapan Theory of Planned Behavior pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara niat mendekatkan fasilitas pewadahan sampah rumah dengan perilaku Masyarakat untuk memilah sampah sejak dalam rumah.
Kajian tentang efektivitas alat pewadahan sampah yang digunakan untuk pemilahan sampah seperti kantong sampah masih sangat terbatas. Banyak penelitian lebih fokus pada aspek edukasi, kebijakan atau perilaku Masyarakat dalam membuang sampah, namun bukan berarti cara menggunakan kantong sampah ini tak pernah digunakan. Dijepang penggunaan kantong sampah sebagai wadah sampah yang juga berfungsi sebagai pemilah sampah masih digunakan hingga saat ini, sebagaimana dijelaskan sebuah penelitian, untuk pembuangan sampah rumah tangga, kita harus mengumpulkan sampah sesuai jadwal hari pengambilan sampah di lingkungan. Cek sampah mana yang akan diambil pagi itu apakah yang bisa dibakar, tidak bisa dibakar, bisa didaur ulang, dll. Biasanya waktu pengambilan paling lambat pukul 08.00. Sampah umumnya dimasukkan ke dalam kantong plastik bening transparan agar terlihat isinya[vi]. Oleh karena itu, penting untuk melakukan penelitian yang mengkaji hubungan antara penggunaan kantong sampah dan kecenderungan masyarakat dalam memilah sampah.
Melihat pentingnya isu mengenai pemilahan sampah dewasa ini, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak penggunaan kantong sampah terhadap kecenderungan masyarakat dalam memilah sampah. Dengan memahami hubungan ini, diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang lebih tepat bagi pembuat kebijakan dan masyarakat untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan sampah khususnya dalam aspek pemilahan dan pewadahannya. Akhirnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teori dan praktik dalam program studi Perencanaan Wilayah dan Kota, serta mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam menjaga lingkungan. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi kebijakan dan program yang lebih efektif dalam pengelolaan sampah di Kota Sofifi.
[ii] Tri Widiyanti dkk, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Kedaung Kali Angke Kecamatan Cengkareng Kota Jakarta Barat, (Banten, EHOSJ, 2024).
[iii] Rahmawati Eka Dewi dkk, Pemilahan Sampah Dengan Cara Paksa Pilah Sampah dari Rumah, (Surakarta, Berdikari 202)
[iv] Nadya Isnaeni, Analisis jarak tempuh berdasarkan karakteristik wisatawan di curug malela, (Bandung, UPI, 2019)
[v] Anggelo Steven Windy Maslim dkk, Penerapan Metode Theory of Planned Behavior Untuk Tingkat Kepercayaan Pelanggan Terhadap Minat Belanja Online, (Palembang, Jurnal Sistem & Teknologi Informasi Komunikasi, 2023)
[vi] Taulia dkk, Tempat Sampah Khas Jepang untuk Istana Maimun Satu Upaya Pembiasaan Perilaku Bersih dengan Pengklasifikasian Jenis Sampah, (Medan, Budidarma, 2022)
0 comments:
Posting Komentar