Sabtu, 10 April 2021

Menyambut Ramadhan Dengan Ziarah Kubur

 

Sebagian kaum muslimin Indonesia, dari dulu sampai sekarang, biasa amenyambut bulan Ramadhan dengan acara ziarah ke kubur. Orang Jawa menyebutnya nyadran, sementara orang Sunda menyebutnya nadran. Dalam acara itu, mereka berkunjung ke pusara orang tua atau karib kerabat yang telah mendahului mereka menghadap Allah Swt. Belakangan ada Sebagian diantara kita yang memandang ziarah kubur sebagai perbuatan yang tidak diajarkan Islam, tetapi diadopsi dari ajaran leluhur.

 

Betulkah pendapat itu?. Apakah ziarah kubur merupakan sunnah yang dianjurkan Nabi Saw, ataukah bid’ah, hal baru yang dibuat-buat kemudian hari?. Apa dasar-dasar ziarah dalam AL-Quran dan Sunnah?.

 

Ziarah kubur terdiri dari tiga macam. Pertama, ziarah orang mulia yang masih hidup kepada orang mulia yang telah meninggal. Misalnya ulama yang mengunjungi pusara ulama lainnya. Di dalam hadis-hadis, kita temukan bahwa kebiasaan orang mulia untuk berziarah ke kuburan orang mulia lainnya dicontohkan Rasulullah Saw.

 

Menurut hadis-hadis shahih yang sampai kepada kita, diriwayatkan ketika Rasulullah Saw, melakukan perjalanan isra-mi’raj, beliau berziarah ke kuburan para Nabi dengan diantarkan Malaikat Jibril. Jibril memerintahkan Nabi turun dari Buraq dan melakukan shalat di samping kuburan setiap Nabi.

 

Dari peristiwa itu juga, Nabi mengajarkan adab ziarah. Beliau turun dari kendaraannya dan menunaikan shalat di dekat kuburan dengan penuh kerendahan hati, lalu berdoa di depan kuburan. Hadist yang meriwayatkan ziarahnya Rasulullah ke kuburan para Nabi terdapat dalam semua kitab hadis yang berkenaan dengan peristiwa Mi’raj.

 

Di dalam hadis yang diriwayatkan Al-Hakim dalam Mustadrak-nya, disebutkan bahwa Sayyidah Fatimah a.s setiap hari Jumat berziarah ke kuburan Hamzah, pamannya yang syahid pada perang Uhud. Waktu Fathimah mengunjungi makam Hamzah, Rasulullah tidak pernah melarangnya, bahkan menganjurkannya. Setelah Rasulullah Saw. Meninggal dunia, setiap hari Fathimah berziarah ke pusara ayahnya. Setiap hari ia menangis dan berdoa agar ia dapat segera menyusul ayahnya.

 

Tentang Sayyidah Fathimah, Rasulullah Saw. Bersabda : “Sesungguhnya Fathimah itu adalah bagian dari diriku. Siapa yang membuat marah Fathimah, ia membuat marah aku; dan siapa yang menyakiti Fathimah, ia menyakiti aku”. A’isyah juga pernah berkata bahwa tidak ada orang yang paling menyerupai Nabi, dalam hal wajah dan akhlaknya, selain Fathimah.

 

Saya mengutip hadis-hadis itu untuk menunjukan bahwa apa yang dilakukan oleh Fathimah juga merupakan perbuatan yang harus dicontoh. Tidak mungkin Fathimah yang dijamin kesuciannya dalam Al-Quran Surah Al-Ahab ayat 33 melakukan perbuatan tercela. Seperti halnya Fathimah yang setiap Jumat berziarah kepada Hamzah, kita juga harus secara rutin mengunjungi kuburan keluarga kita. Salah satu amalam dalam menyambut Ramadhan adalah berziarah ke kuburan kaum Muslimin.

 

Tradisi berziarah di antara orang-orang mulia itu dilanjutkan oleh para ulama besar berikutnya. Imam Syafi’I, misalnya, sering berziarah ke makam Abu Hanifah di Irak. Ketika Imam Syafi’I melakukan shalat dalam kunjungannya ke makam Abu Hanifah, ia tinggalkan qunut pada shalat subuhnya demi menghormati Abu Hanifah yang telah meninggal dunia) karena Abu Hanifah tidak memfatwakan tentang kewajiban qunut pada shalat subuh). Imam Syafi’I memberikan sebuah contoh sangat indah, yang sayangnya tidak diteruskan oleh para pengikutnya; yakni, menghargai orang yang pendapatnya berbeda, meskipun ia telah meninggal dunia.

 

Setiap kali Imam Syafi’I berziarah kemakam Abu Hanifah, ia berdoa di depan makam itu dan bertawasul kepada Allah Swt. Dengan perantaraan Abu Hanifah untuk memenuhi hajat-hajatnya. Imam Syafi’I meniru Rasulullah Saw. Ketika berdoa di depan kuburan para nabi atas perintah Jibril a.s.

 

Ketika Fathimah binti Asad, istri Abu Thalib, berhijrah ke Madinah, ia meninggal dunia rasulullah Saw. Menguburkannya di Baqi. Saat pemakaman, Rasulullah Saw. Turun ke kuburan Fathimah binti Asad dan berbaring di sisinya seraya memeluk ibu asuhnya itu. Lalu Rasulullah membaca doa tawasul: “Ya Allah, aku bermohon kepada-Mu dengan bertawasul kepada nabi-nabi-Mu dan nabi-nabi yang Kau utus sebelum aku”.

 

Salah satu adab dalam berziarah adalah berdoa dan memulai doa kita dengan membaca tawasul yang singkat, seperti yang diajarkan Nabi Saw, diatas: “Ya Allah aku bermohon kepada-Mu melalui tawasul kepada Nabi-Mu dan keluarganya, janganlah engkau azab mayit ini”. Sebuah hadis menyebutkan, barang siapa yang berziarah ke kuburan dan membaca doa itu, Allah akan menganugerahkan perlindungan dari dahsyatnya hari kiamat.

 

Jenis ziarah yang kedua, adalah ziarah orang mulia kepada kuburan orang biasa. Nabi Saw sering berziarah ke kuburan kaum muslimin. Beliau sering berdoa di atas kuburan mereka seraya beristighfar memohonkan ampunan bagi para pendurhaka yang menjadi ahli kubur itu, sebagai bukti bahwa kedatangan Nabi adalah rahmatan lil-alamin.

 

Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari menyebutkan : Rasulullah Saw. Melewati kuburan. Lalu beliau berkata, “Kedua ahli kubur ini sedang diazab Tuhan, meskipun bukan karena dosa yang besar”. Rasulullah Saw. Lalu meletakkan di atas kedua kuburan itu pelepah kurma yang masih hijau sambil berdoa. Rasulullah kemudian berkata, “Sesungguhnya kedua pelepah kurma itu, insyaAllah akan meringankan azab mereka sampai pelepah itu mongering”. Dengan berkah kehadiran Rasulullah ke kuburan itu, Tuhan meringankan azabnya.

 

Ibn Hajar Al-Asqalani, dalam Fath AL-Bari, ketika membahas hadis ini menulis : “Ada kemungkinan, kuburan itu bukan kuburan kaum Muslim, melainkan kuburan kaum kafir”. Hal ini menunjukan bolehnya berziarah ke kuburan orang kafir.

 

Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang mengunjungiku setelah aku mati adalah seperti mengunjungiku ketika aku hidup”. Rasulullah juga bersabda, “Siapa yang naik haji, pergi ke Masjidil Haram, tapi tak mengunjungi aku, ia telah melecehkan aku”. Dalam hadis yang lain, Rasulullah berkata, “Barang siapa yang berziarah padaku, aku pastikan syafaatku baginya”.

 

Ketika kita meninggal, di malam pertama kesendirian kita, perasaan sedih, cemas, dan takut yang luar biasa akan menyergap kita di alam Barzakh. Malam itu adalah saat yang paling menakutkan bagi ahli kubur. Di waktu itu, Sebagian ahli kubur akan mendapatkan kehormatan dan kebahagiaan dikunjungi Rasulullah Saw. Yang mulia. Diantara mereka yang beruntung itu adalah mereka yang pernah berziarah ke kuburan Rasulullah Saw.

 

Ziarah yang ketiga adalah ziarah dari kaum muslimin yang awam kepada kaum muslimin awam lainnya. Inilah ziarah yang biasa kita lakukan kepada orangtua, karib kerabat dan saudara-saudara kita. Dalilnya adalah hadis Bukhari, Muslim dan Al Turmudzi yang diterima dari Abu Hurairah : Rasulullah Saw. Bersabda, “Sering berkunjung kepada kuburan itu akan mengingatkan kalian kepada akhirat dan kepada maut”.

 

Ziarah kubur adalah sunnah Rasululah Saw. Ziarah juga adalah cara kita untuk mendoakan orang-orang yang telah mendahului kita. Al-Quran mencontohkan doa itu : Tuhanku ampunilah orang-orang yang telah mendahului kami dalam keimanan (QS AL-Hasyr [59] : 10). Itulah perintah AL-Quran agar kita mendoakan orang-orang yang telah lebih dahulu meninggal dunia. Doa itu kita baca ketika berziarah ke kubur.

 

Perintah ziarah kubur ditujukan baik bagi lelaki maupun perempuan. Bila ziarah kubur itu memiliki pahala dan keutamaan yang amat besar, maka melarang perempuan untuk berziarah akan menyebabkan mereka kehilangan amal saleh dan syafaat Rasulullah Saw. Islam tidak memberikan ajaran yang diskriminatif, yang hanya menguntungkan kaum lelaki saja.

 

Sebagian pendapat yang mengharamkan perempuan berziarah didasarkan kepada hadis dari Abu Hurairah: Rasulullah Saw. Bersabda, “Allah melaknat perempuan-perempuan yang berziarah ke kubur”. Bila dilakukan penelitian terhadap hadis ini, akan ditemukan bahwa dari segi sanadnya hadis ini tidak cukup kuat. Hadis ini pun bertentangan dengan hadis-hadis lain yang disekapati kesahihannya oleh semua orang, misalnya hadis yang menganjurkan bila kita berkunjung ke kuburan, kita mengucapkan salam kepada para ahli kubur. Hadis ini menceritakan Rasulullah yang mengajarkan bacaan salam bagi ahli kubur kepada A’isyah. Sekiranya perempuan yang berziarah kubur itu dilaknat, Rasulullah tidak akan mengajarkan bacaan salam itu kepada A’isyah istrinya sendiri.

 

Ziarah kubur bermanfaat bagi peziarah dan yang diziarahi. Rasulullah Saw. Bersabda, “Ziarahilah orang-orang yang sudah mati di antara kamu karena mereka bergembira dengan ziarah yang kamu lakukan. Dan hendaklah orang menyampaikan hajatnya di kuburan kedua orang tuanya setelah ia berdoa terlebih dahulu kepada mereka” (Bihar AL-Anwar, juz 10, h. 97).

 

Salah satu adab ziarah adalah berbicara kepada orang yang telah meninggal dunia. Para ahli kubur mendengar ucapan kita sama seperti orang yang masih hidup. Salam yang kita ucapkan kepada para ahli kubur pada hakikatnya adalah mengajak mereka bicara : Salam bagi kalian, hai penghuni kampung ini. Kalian telah mendahului kami dan insya Allah, kami akan menyusul kalian.

 

Adab yang sebaiknya kita amalkan ketika ziarah ke kubur adalah mengucapkan salam seperti diatas. Lalu ketika kita sampai di kuburan, letakkan tangan kita diatas kuburan seraya membaca Surah Al-Fatihah, Surah Al-Qadr tujuh kali, Surah Al-Ikhlash sebelas kali, Ayat Kursi, serta membaca bagian awal dan akhir dari Surah Al-Baqarah. Bila kita masih mempunyai waktu, bacalah Surah Ya Sin di kuburan itu. Setelah itu, bacalah doa.

 

Bila waktu kita sedikit, kita cukup membaca Surah Al-Fatihah, Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan Al-Nas masing-masing satu kali saja. Setelah itu, lalu membaca doa tawasul kepada Nabi Muhammad Saw. Dan keluarganya agar mayit itu tidak diazab Allah Swt.

 

Buku : Madrasah Ruhaniah (Hal 63-72)

Penulis : Jalaluddin Rakhmat

Related Posts:

0 comments: