Minggu, 04 Juli 2021

Saya Sudah di Vaksin


Dibalai Desa tak ada raut cemas ataupun ketakutan, semua warga disini terlihat biasa saja. Dibandingkan postingan serta komentar medsos yang penuh ketakutan juga kecemasan tentang vaksin, warga desa Lakapodo sepertinya lebih siap untuk di Vaksin. Dan akhirnya namaku dipanggil sebagai peserta vaksinasi berikutnya.


Untuk sesaat perasaanku sedikit campur aduk. Ada perasaan takut dan juga gelisah. Bukan tentang apa yang harus kujawab saat para nakes bertanya riwayat penyakitku nanti, untuk itu bisa saja saya sedikit berbohong. Tapi atas apa yang ditunjukan jarum dibawah telapak kakiku saat pengukuran berat badan, bagaimana caraku mengakalinya.


Setelah berat badan, berikutnya mereka mengukur tekanan darah. Sukurlah, kata mereka tekananku masih normal diangka 119/ sekian. Kemudian saya diminta berganti tempat duduk kekanan untuk di skrining oleh nakes lain yang khusus bertugas untuk itu. Pertanyaannya biasa saja, tak ada kesan menjebak atau memaksa masyarakat supaya mau divaksin.


Selama skrining, saya hanya ditanya keluhannya apa, pernah merasa sesak berat atau nyeri didada, atau tadi habis minum obat atau tidak. Dan pertanyaan terakhir, siap divaksin atau tidak. Sebelumku, ada seorang ibu cukup tua. Saat skrining dia tak dianjurkan untuk vaksin karena punya keluhan penyakit. Karenanya dia dinjurkan untuk berkonsultasi dahulu pada dokter.


Saya melewati proses vaksinasi sampai akhir, dan menjadi orang Indonesia kesekian juta yang telah di vaksin. Saya coba berpikiran positif tentang vaksin, dan menjaga diri untuk tidak ikut dalam pikiran negatif yang bisa membahayakan kesehatan mental dan badan kita.


Sebelum vaksin, beberapa kawan turut berkomentar tentang vaksin. Bahkan ada yang bilang kalau vaksin adalah senjata kimia untuk menghancurkan kita masyarakat Indonesia. Atau dalam vaksin bisa saja ada alat super kecil dengan teknologi nano, yang disisip untuk mendapat data kita. Entahlah, apakah semua itu benar atau tidak.


Saya ingat materi kuliah Neurosains yang pernah kuikuti secara online. Dikatakan, jika ingin merusak manusia maka rusak otaknya. Dengan merusak otak, seseorang akan cepat berubah sifat dan karakternya. Dari pendiam jadi pemarah, dari pemaaf jadi pendendam, bahkan dari baik menjadi jahat. Salah satu bagian otak yang dimaksud Prefrontal Corteks, atau PFC.


Dalam banyak artikel disebutkan juga, salah satu penyebab kerusakan otak adalah menoton film porno. Dibanding vaksin yang datang belakangan, mungkin film porno sudah lebih dulu tersebar luas. Dan dengan smartphone, menonton bokep pun bisa lebih mudah dan sembunyi-sembunyi. 


Anehnya, selama ini tak pernah ada yang protes kalau film bokep adalah propaganda barat untuk merusak islam atau untuk merusak otak generasi muda. Malahan bisa mempersatukan dua kubu yang bertikai hampir 10 tahun, kampret dan cebong.


Kalaupun ingin mengambil data dan memantau aktifitas kita, saya pikir tak perlulah dengan vaksin segala. Karena orang-orang sudah punya medsos, dan kebanyakan dari mereka malah lebih jujur saat membuat status tentang dirinya dan aktifitasnya. Dibandingkan menanamkan chip berteknologi nano pada semua manusia dengan harga yang mahal. Mengambil data Facebook, WA dan Twitter jauh lebih gampang.


Dan anehnya tak ada yang bilang boikot Facebook, Whatsapp, Youtube dan teman-temannya. Beberapa orang malah lebih asik dan termotifasi membuat status supaya dapat banyak like.


Setelah vaksin, saya bertanya pada salah seorang petugas vaksin. "Masyarakat yang sudah divaksin pernah tidak mengirim keluhan atau protes setelah divaksin". Dia hanya menjawab singkat, "sampai saat ini belum ada keluhan, kami juga memberi nomor henpon, supaya bisa dihubungi saat ada keluhan karena vaksin. Tapi yang terjadi bukan keluhan, malah masyarakat jadi berlomba-lomba supaya divaksin segera".


Dari pengalamanku telah divaksin, saya akan berikan beberapa tips. Bagi yang belum vaksin, jangan takut karena yang menyuntik nanti petugas wanita. Kalau petugasnya pria, sebaiknya protes dan minta ganti. Setelah vaksin, mintalah seorang petugas perempuan (yang paling manis) tuk dokumentasi atau foto selfie bersama. Dan jangan lupa minta nomor WA nya.


Semoga sukses...

Related Posts:

0 comments: