Kamis, 11 Oktober 2018

Ghadeh & Chamran, Pertemuan Yang Mendahului Fisik

Mungkin ku tak mampu usir kegelapan ini
Tapi dengan nyala redup ini
Kuingin tunjukkan beda gelap dan terang
Kebenaran dan Kebatilan
Orang yang ikuti cahaya
Meski redup nyalanya
Akan besar di hatinya

Bait-bait indah itu terdapat pada salah satu bulan di kalender yang belum digantung ghadeh. Keseluruhan bulan diberi gambar, namun hanya gambar lilin dengan latar hitam yang bertuliskan untaian kata-kata indah itu yang mampu membuat perasaan seorang wanita kaya nan mandiri seperti ghadeh meneteskan air mata karena haru.

Untuk suatu alasan, ghadeh tak menyukai chamran. Chamran (nama lengkap Mustafa Chamran) orang yang terlibat dengan perang dan namanya selalu disebut media masa, orang yang senang dengan peperangan adalah orang yang setiap hari melihat darah dan mayat, itu sangat tidak disukai seorang jurnalis seperti ghadeh. Mereka (gadeh dan chamran) bertemu untuk pertama kalinya disebuah yayasan yang menampung anak yatim korban perang setelah diperkenalkan oleh seorang temannya. Saat pertama bertemu Doktor Chamran menyambut mereka dengan senyum ramah, tak terlihat sedikitpun oleh ghadeh sikap angku dan kaku layaknya seorang tentara pejuang kemerdekaan. Apakah benar itu Doktor Chamran? Ghadeh dengan raut tak percaya bertanya pada temannya, dan temannya menjawab dengan singkat, iya betul, itulah Doktor Chamran. Ghadeh cukup heran dengan keramahan dan kerendahan hati seorang pejuang kemerdekaan.

Ditangan Chamran terdapat kalender seperti yang diberikan seorang teman pada ghadeh, saat melihatnya ghadeh pun berkata "saya sudah melihat kalender itu. Disini awal mula Chamran dan Ghadeh terlibat percakapan.

Mustafa bertanya, " apakah anda sudah melihat semua poster di dalamnya? Poster mana yang paling Anda suka?".

Aku berkata, "Gambar lilin! Lilin sangat berpengaruh bagi saya. Mustafa terkejut dan bertanya, " lilin? Mengapa lilin?"

Ghadeh mulai terisak menahan tangis dan berkata, "Saya tak tahu. Lilin itu, cahaya itu, seakan meliputi seluruh keberadaan saya. Saya tak menyangka seseorang mampu menjelaskan dan menunjukan makna lilin dengan begitu indah." mustafa berkata, "Saya juga tak menyangka seorang gadis Libanon mampu memahami lilin dan maknanya dengan tepat."

Ghadeh bertanya, "siapa pelukisnya? Saya sangat ingin berjumpa dan mengenalnya.

Mustafa menjawab, " Saya!"

Dari kisah itu, kita dapat mengetahui bahwa sebelum Ghadeh dan Chamran bertemu, sesungguhnya mereka telah bertem, maka pertemuan di yayasan, pertemuan yang mempertemukan kedua mata mereka itu hanya penegasan kembali atas pertemuan yang pertama. Pertemuan yang pertama, merupakan pertemuan yang hakiki yaitu pertemuan kedua jiwa. Yang satu memberi tanda dan yang lain membaca kemudian memahami tanda itu. Lilin, dalam bait-bait indah chamran bertutur, kemudian dapat diterima oleh hati dan perasaan seorang ghadeh. Tak perlu chamran, tak perlu pula sosok pejuang itu, ghadeh sudah sangat terpikat oleh sosok yang mampu mengerti perasaannya, dan mampu mengerti apa yang diinginkannya.

Kala jiwa telah bertemu, maka badan takan mungkin mampu menolak. Apapun kondisinya, jiwa takan melihat itu, jiwa takan melihat kekurangan badan karena penyatuan pada alam lebih tinggi telah meleburkan segala kekurangan yang terdapat pada jasad. Jasad hanyalah alat, dia akan mengikuti apapun yang diperintahkan oleh jiwa, maka ketika cinta datang pada jiwa, jasad takan kuasa menahannya. Indra adalah alat untuk memperoleh pemgetahuan, yang diperintahkan oleh jiwa tuk mengambil pengetahuan-pemgetahuan materil dan kemudian diolah oleh akal sehingga lahir pengetahuan baru. Semua proses itu atas seijin jiwa. Ketika cinta menyentuh jiwa, mata bisa menjadi buta, telinga dapat menjadi tuli dan lidahpun tak mampu merasa. Maka wajar ketika seorang pecinta kemudian mendefinisikan cinta itu buta, karena mampu menutupi pandangan terhadap kondisi fisik manusia, juga dikatakan bahwa cinta itu ibarat badai yang karenanya dapat membuat seseorang takan mendengar keburukan seseorang karena cinta. Cinta yg ditunjukan Ghadeh dan Chamran adalah cinta tingkat tinggi yang mampu menembus jiwa.

Ini takan dimengerti para awam, yaitu orang yang menganggap cinta adalah nafsu. Orang yang menggunakan cinta untuk menindas lawan jenisnya, sungguh telah dibutakan oleh nafsu yang dia sendiri menganggapnya itu cinta. Cinta itu suci, ia terbebas dari segala kotoran nafsu dan prasangka buruk pada kekasih. Kisah chamran dan ghadeh memberitahukan bahwa cinta yang suci tidak mesti kepada tuhan saja, tapi itu dapat turun dalam hubungan antar manusia.

Related Posts:

0 comments: