Selalu menyenangkan membaca perjalanan seorang traveller atau backpacker yang telah dibukukan. Mereka mampu menceritakan dengan detail tempat-tempat yang dikunjungi, keindahan yang disaksikan, dan kebahagiaan yang dirasakan kala itu. Membacanya seperti sedang merasakan sendiri pengalaman bepergian bersama mereka.
Perasaan itu kembali muncul ketika sedang membaca buku The Geography Of Genius karya Eric Weiner. Untuk menyelesaikan buku setebal 575 halaman ini, tentu akan butuh waktu berhari-hari buatku. Atau mungkin juga tak bisa kuselesaikan, seperti buku-buku tebal lain yang pernah kubaca dan akhirnya berhenti ditengah jalan.
Buku ini menceritakan kunjungan Weiner ke tempat-tempat paling kreatif didunia. Dari peradaban Yunani kuno sampai peradaban modern di Silicon Valley Amerika. Mencari jejak-jejak kejeniusan disetiap tempat, di Desa, Kota maupun Pasar, karena mereka semua memiliki roh penguasa yang terus menerus menggerakannya, yaitu lokus genius.
Jenius merupakan bentuk kreatifitas tertinggi, produk dari makhluk ciptaan tuhan paling sempurna bernama manusia, berupa gagasan dan karya. Margaret Boden menyebutnya Jenius Kreatif, yang dapat dipahami sebagai seseorang dengan kemampuan menelurkan ide-ide yang baru, mengejutkan dan bernilai.
Jenius seharusnya dimaknai demikian bukan hanya dibatasi hasil tes IQ seseorang. Karena banyak orang ber-IQ tinggi yang tidak punya banyak prestasi. Sebaliknya, banyak orang dengan kecerdasan "rata-rata" yang melakukan hal besar dan melahirkan karya besar.
Apakah kamu termasuk orang jenius?, cobalah menggunakan defenisi Boden untuk menilainya. Pertama, apakah kamu memiliki ide-ide baru?. Kedua, apakah Ide itu mengejutkan orang banyak?, dan ketiga, apakah itu memiliki nilai positif bagi orang banyak?. Kamu bisa menjawabnya dalam hati, dan ketika kamu memiliki semuanya, yakinlah bahwa kamu itu jenius.
Aristoteles salah satu contoh orang jenius, takan ada yang menyangkalnya. Dia adalah simbol kejeniusan bangsa Yunani dan umat manusia, yang mengajarkan sebuah sistem berpikir bernama Logika dan sangat bermanfaat bagi umat manusia hingga kini. Sebelum nama Aristoteles, peradaban yunani telah melahirkan banyak manusia jenius.
Nama pertama yang layak disebut adalah Thales. Dia dikenal sebagai Filsuf pertama yang mampu menjelaskan asal mula alam semesta dan gejala-gejalanya dengan pemikiran rasional, bukan mitos. Dia juga yang mengawali sejarah pemikiran filsafat dalam peradaban Yunani kuno pada abad ke-6 sebelum masehi.
Setelah Thales ikut bermunculan para filsuf di Yunani, ada Parmanides, Georgias, Zeno. Tapi ada 3 nama yang akan selalu dikenal berkat pemikirannya yang gemilang, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Mereka ikut menentukan masa keemasan bangsa Yunani dalam perkembangan ilmu pengetahuan, dan mempengaruhi perkembangan dunia kearah seperti sekarang ini.
Bolehlah sedikit kita bertanya, mengapa Yunani kuno memiliki banyak orang jenius?, apakah itu karena mereka memiliki gen lebih unggul?. Ataukah karena memiliki lingkungan yang unik, yang ikut mempengaruhi kebiasaan dan pola pikir manusia Yunani zaman itu?.
***
Pagi ini jalanan Athena sangat lengang, tentu ini bukan karena virus corona yang sedang melanda kota. Orang Yunani abad ini yang terlihat lebih modern, sepertinya tak punya kebiasaan bangun pagi. Sementara mataku menangkap waktu yang mewujud sebagai angka pada arloji menunjukan pukul 08.00 pagi. Disana sini hanya para penjual toko yang terlihat.
Mereka sedang berjuang mengusir kantuk dari mata mereka. Sedang sekelompok kecil polisi anti huru-hara dengan pakaian mirip robocop seperti mengingatkan kalau Athena adalah kota yang tegang. Mungkin ini imbas dari krisis besar yang terjadi sekitar tahun 2008 lalu. Yang melumpuhkan sendi-sendi perekonomian negara ini dan hampir membuatnya bubar.
Bridge, tempat hebat yang cukup menyenangkan disudut kota Athena. Sebuah kafe kecil yang menyediakan secangkir ekspreso hangat dan nikmat pagi ini. Disini hanya ada beberapa meja, tanpa kursi, dan para tamu akan dengan senang hati duduk ditrotoar sambil menghadap jalan. Ini salah satu ciri bangsa yunani, senang duduk dan berkumpul.
Melihat pemandangan ini saya membayangkan seorang filsuf Yunani yang sangat bijak, Socrates. Dia sedang berjalan melingkari para murid disekitarnya yang juga duduk melingkar, menyimak setiap hikmah yang keluar dari mulutnya. Dan dari situlah sebuah aliran filsafat baru lahir, Filsafat Peripatetik.
Dari sini, apa yang dapat kita ingat tentang Yunani, kita akan dibawa pada sejarah panjang dewa-dewa dengan kekuatan supernatural. Tentang sebuah bangsa tangguh, yaitu Sparta, yang belakangan menjadi terkenal karena film berjudul 300. Dan sebuah coloseum yang menjadi tempat pertarungan para gladiator bertubuh kekar dan berminyak.
Nyatanya kebiasaan itu masih berlanjut hingga kini. Para pemuda Yunani senang membaluri tubuh mereka dengan minyak zaitun sebelum berolahraga. Karena bau minyak zaitun yang menyebar didalam gimnasium membuat kesan lebih jantan, dan dianggap lebih manis ketimbang bau parfum.
Telah berlalu ribuan tahun, jejak-jejak Yunani kuno belum sepenuhnya hilang dari kebiasaan penduduk Yunani di era modern. Banyak film-film tentang Yunani diproduksi di Amerika, yang menunjukan bagaimana orang Yunani dimasa lalu. Entahlah, apakah penggambaran itu betul-betul menyerupai Yunani kuno atau perilaku Yunani modern yang didiktekan pada kehidupan Yunani kuno.
Keraguan seperti itu bisa saja muncul, karena dilandasi sebuah pemikiran dari seorang antropolog asal Austria. Yang membawa sebuah pertanyaan baru bagi bangsa Yunani modern, dengan mengatakan bahwa bangsa Yunani modern bukanlah anak cucu Plato. Melainkan keturunan bangsa Slavia dan Albania yang bermigrasi ke Yunani berabad-abad kemudian.
Cukup lama jiwaku tenggelam kedalam buku ini, kubaca tiap kalimat dengan perlahan sambil menikmati kisah tentang Yunani kuno dan modern yang disajikan dalam sebuah piring makanan. Makin lama semakin kudapati diriku menjadi seorang traveller dan Eric Weiner seorang pemandunya.
Weiner menggali sangat dalam detail-detail kecil tentang bangsa Yunani. Seperti mereka yang menyukai memelihara seekor belalang, tapi disisi lain mereka juga menyukainya sebagai makanan pembuka. Dan bagi seorang perempuan Yunani, alis yang menyatu akan dianggap sebagai tanda kecantikan. Karenanya jangan heran ketika menonton film Yunani, gadis cantik atau seorang ratu, alisnya terlihat menyatu.
Ah, saya ingin melanjutkan membaca buku ini, tapi anakku sepertinya sudah bosan bermain sendiri. Sebagai Ayah yang baik saya harus menemaninya bermain, tapi saya juga harus membuat tanda pada bacaan terakhir dibuku ini. Untuk lebih memudahkan, saya memilih untuk menandai bacaanku pada bagian ini "Bangsa yunani tidak mengenakan pakaian dalam".
Seremoni Olimpiade Oleh Wanita Yunani |
Kita dan mungkin juga semua manusia bumi saat ini, harus lebih berterimakasih pada bangsa Yunani. Mereka telah mewariskan begitu banyak hal pada kita semua, dari sistem pemerintahan, ilmu politik dan juga berpikir kritis. Jadi kalau ada orang yang hari ini dapat berpikir kritis, mungkin itu adalah peninggalan bangsa Yunani yang telah dicontohkan oleh para Filsuf ribuan tahun lalu.
Sebagai penutup, tentu saja saya ingin mengucapkan kata penutup yang indah dengan bahasa Yunani yang kukutip langsung dari buku ini. "Kalimera", artinya selamat pagi.
0 comments:
Posting Komentar