Minggu, 10 Februari 2019

Sedikit Catatan Tentang Film Pihu


Meskipun suka, saya bukan penggemar film india, apalagi fans berat SRK yang tiap tahun punya film baru. Memang SRK masih terlihat tampan dan sangat enerjik, kondisi fisiknya masih sangat prima meski usianya sudah menginjak 53 tahun. Ketika membuka bajupun dia masih terlihat tampan, seksi dan macho, otot perutnya layaknya seorang binaraga, maka tak heran dia sangat digilai kaum hawa.

Melihat SRK saat ini, seperti tiada yang bertambah tua darinya, wajah, rambut dan bentuk tubuhnya masih seperti Rahul dalam film “Kuch Kuch Hota Hai”  yang tayang perdana pada tahun 1998 atau sekitar 20 tahun yang lalu.

Waktu telah menunjukan pukul 01.17 subuh, meski dari beberapa jam yang lalu stay didepan laptop, mataku belum juga menunjukan tanda-tanda ingin tidur. Terpikir olehku ingin mendownload sebuah film, supaya bisa nonton bersama istri dirumah sore nanti.

Saya membuka salah satu situs download film gratis terbesar di Indonesia, konon situs ini dapat menghasilkan 20.000 dolar atau sama dengan Rp.280 juta per hari. Luar Biasa. Beberapa menit berlalu begitu saja, saya belum juga menjatuhkan pilihan hendak mendownload film apa.

Film yang bertemakan keluarga sepertinya cocok, bukan kisah percintaan atau perkelahian seorang lelaki berotot ala film india.

Saya cukup tertarik dengan film india yang satu ini, judulnya "Pihu". Cover depannya menampilkan seorang balita perempuan cantik dengan rambut panjang seukuran bahu, ditemani boneka beruang sedang memungut obat dari lantai. Sedang disampingnya ada tangan seorang perempuan dewasa, terlihat jelas adanya memar pada bagian lengannya, pertanda dirinya telah mendapat perlakuan kasar dari seseorang.

Ini film yang sangat bagus juga mengharukan, setidaknya itu pendapat pribadi saya saat menontonnya. Menurutku ada beberapa hal yang sangat berkesan dan dapat menjadi catatan penting dari film ini.

Yang pertama, film ini mungkin lebih cocok buat mereka yang sudah berkeluarga, atau lebih spesifik lagi pasangan yang telah memiliki anak, atau mungkin juga pasangan yang sebentar lagi akan memiliki anak. Jika tidak, mungkin saja akan sulit memahami dan menempatkan diri dalam konflik rumah tangga yang ditampilkan sedang terjadi pada film.

Yang kedua, berbeda dengan film lainnya yang menampilkan pertengkaran suami istri sebelum terjadi konflik lebih besar. Dari awal hingga akhir, Film ini hanya menampilkan seorang anak balita perempuan yang berusaha melakukan aktifitas kesehariannya sendirian mulai dari bangun tidur sampai sebelum tidur dimalam hari.

Dia adalah korban dari pertengkaran orang dewasa yang ditinggal sendirian dalam sebuah apartemen mewah berlantai 2. Hampir seluruh rumah masih berhamburan, sisa dari pesta ulang tahun yang belum sempat dibershikan. Masih ada sisa makanan dalam sebuah piring dibawah meja, air pada tempat cuci piring pun masih mengalir belum dimatikan, sedangkan pintu depan tetap terkunci dari dalam.

Yang ketiga, film ini bukan kisah pertengkaran ataupun konflik antara suami istri, meskipun itu adalah sesuatu yang melatar belakangi. Melainkan sebuah gambaran mengenai hal apa yang mungkin saja dilakukan oleh seorang anak balita apabila ditinggal sendiri dalam sebuah rumah, sedangkan ibunya tidur dan tak dapat dibangunkan.

Sedangkan ayahnya adalah seorang pekerja kantoran yang sangat sibuk, jarang dirumah dan selalu ada kerjaan dikeluar kota, hanya lewat HP ibunya yang diletakan dilemari mereka kemudian dapat berkomunikasi.

Yang keempat, keseluruhan adegan diperlihatkan pihu seorang anak balita perempuan, terkesan sangat alami, menonton film ini membuat kita seperti tidak sedang menonton film. Mungkin lebih pantas dikatakan sedang menyaksikam rekaman cctv yang diletakan disegala penjuru rumah untuk mengawasi segala gerak-gerik seorang anak balita.

Mohon maaf sebelumnya, itulah mengapa pada bagian pertama dikatakan baiknya disaksikan oleh pasangan yang telah memiliki anak, karena menonton film ini akan merasakan perasaan sama seperti orang tua yang sedang mengawasi anaknya saat ditinggal sendirian dalam rumah.

Kelima, yang cukup menguras perasaan pada film ini, ketika pihu berusaha membangunkan ibunya namun sang ibu tak juga bangun, saat dipanggil ibunya tak juga memberikan jawaban apapun.

Sebagai seorang anak balita (bawah lima tahun) pihu belum mengerti banyak hal, selain itu dia harus melakukan aktifitas kesehariannya secara mandiri. Setelah bangun tidur dia harus diberikan 1 dot susu hangat, setelah itu dia akan buang air besar dan kecil dikamar mandi, sehabis buang air pantatnya harus dibersihkan dari sisa kotoran kemudian mandi dan mengganti pakaian.

Setelah mandi dia harus sarapan, makanannya pun harusnya yang lembek dan tidak terlalu keras, karena makanan keras tidak bagus untuk pencernaan balita yang belum sempurna. Siang hari dia harus makan lagi, sebelum mengantuk dan kemudian minta untuk ditidurkan, sebelum tidur biasanya mereka meminta sebotol susu didot untuk diisap sampai tidur.

Tak pernah terbayangkan oleh orang dewasa bahwa seorang anak balita mampu melakukan semuanya itu sendiri, nyatanya pihu tak bisa melakukannya, dia cuma tau ibunya lagi berbaring ditempat tidur.

Dalam pikiran seorang anak balita, berbaring ditempat tidur artinya seseorang sedang tidur, pihu belum mengerti perihal hidup mati.

Yang keenam, akan terlihat bagaimana jadinya ketika seorang anak balita ditinggalkan sendirian, keterbatasan pengetahuan membuat mereka tidak dapat membedakan mana makanan dan yang bukan makanan, mana yang berbahaya dan tidak berbahaya.

Ketika lapar biasanya mereka akan meminta susu dan tugas orang dewasa menyiapkannya, apa jadinya ketika deterjen cair olehnya dianggap sebagai susu dan dengan susah payah dituangkannya kedalam botol dot untuk kemudian diminum. Untungnya ini hanya sebuah film, sehingga hal seperti itu tidak perlu terjadi.

Yang ketujuh, meskipun sangat sibuk dan kerapkali marah-marah pada ibunya, ayahnya adalah sosok yang selalu lembut terhadap pihu. Memar yg terdapat pada tangan dan wajah ibunya adalah perlakuan buruk dari seorang lelaki, yang seharusnya bertindak sebagai sosok pelindung serta bertanggung jawab terhadap keamanan keluarganya.

Apapun alasannya, tindakan kekerasan pada seorang perempuan apalagi ibu dari anaknya, adalah sebuah hal yang sangat tidak dibenarkan dan memalukan bagi seorang lelaki. Namun begitu, dia cukup peka terhadap situasi rumah tangganya, hal itu ditunjukan ketika dia mulai panik karena merasakan yang tidak beres terjadi pada istrinya.

Dari beberapa kali dia menelepon, HP istrinya tidak pernah diangkat, malah anaknya pihu yang selalu menjawab dan berulang kali mengatakan ibu sedang tidur, ketika ditanya dia hanya mengatakan ibu sedang tidur.

Dalam situasi takut dan panik, si ayah terus berusaha menenangkan anaknya agar tidak melakukan hal berbahaya, dan terus berkata bahwa ayah akan segera pulang. Menurutku pada adegan inilah ditunjukan bagaimana sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang ayah, disaat kondisi buruk dan ada potensi bahaya, dia dapat memberikan harapan dan ketenangan bagi keluarganya.

Yang kedelapan, banyak orang mengartikan hubungan ibu dan anak adalah hubungan batin, karenanya insting dan firasat seorang ibu ketika akan atau telah terjadi hal berbahaya pada anaknya kadangkala benar adanya.

Selama 9 bulan mengandung dan ibu selalu sabar menanti saat-saat kelahiran anaknya, dia sendiri sadar kalau itu adalah sebuah pertaruhan nyawa yang dapat membunuhnya. Namun karena besarnya cinta seorang ibu persalinanpun tetap dilakukan, demi sang buah hati, yang selama 9 bulan terus dijaga dan dirindukan.

Atas dasar Cinta, seharusnya tindakan bunuh diri yang diambil seorang ibu tidak pernah terpikirkan, karena efek yamg ditimbulkan akan sangat besar bagi si anak, apalagi setelah itu dia dalam kondisi sendirian didalam rumah.

Memang pada pesan terakhir yang dititipkan di kaca kamar untuk suaminya, sangat jelas alasan atas tindakannya itu, salah satunya adalah dia tidak memiliki tempat untuk pulang, karena untuk menikahi suaminya dia rela bertengkar dengan orang tuanya. Namun bukan berarti bunuh diri adalah solusi terbaik, seburuk-buruknya orang tua, dia akan selalu memaafkan kesalahan dan senantiasa membuka pintu lebar-lebar untuk anaknya.

Menurutku, ini merupakan sebuah kasus yang sangat komplek, disatu pihak perempuan harus menjaga rahasia dan nama baik keluarga, sedang dipihak lain dia juga tidak tahan atas perlakuan kasar suaminya yang kerap melakukan kekerasan fisik.

Disatu sisi dia rela meninggalkan ayah dan ibunya, sedang disisi lain lelaki yang dipilihnya tidak memberikan jaminan kasih sayang dan perlindungan yang cukup, malah membuat dia menyesali pilihannya.

Sekuat-kuatnya perempuan, mereka juga punya batasan, mereka adalah mahluk perasa yang sangat gampang terluka, seperti strawberi mereka harus mendapat perlakuan khusus, namun tidak boleh terus-terusan.

Yang kesembilan, para orang tua hendaknya menjauhkan segala hal berbahaya dari jangkauan anak-anak. Untuk rumah dua lantai yang memiliki tanggal, baiknya memasang pengaman supaya anak-anak tidak terjatuh ketika bermain didekat tangga. Sedangkan untuk pintu yang menuju teras lantai dua, hendaknya dikunci apabila tidak diperlukan lagi.

Anak balita pada umur 3-5 tahun adalah seorang yang penasaran, yang sangat gampang tertarik pada suatu hal. Mereka takkan ragu memanjat sesuatu yang tinggi demi barang yang diinginkan, memegang sesuatu yang panas merekapun tanpa rasa takut. Mereka baru akan berhenti ketika mengalami sendiri kejadian buruk yang tidak mengenakan.

***

Pihu berulang kali memanggil ibunya, sedang ibunya hanya terbaring kaku diatas tempat tidur, berulang kali dia menggoyang ibunya bahkan sampai tidur diatas perut ibunya, namun si ibu tak juga bangun.

Sampai kesekian kali dia menggoyang tangan ibunya jatuh dari tempat tidur, seketika sebotol obat tidur jatuh dari tangannya kemudian berhamburan dilantai. Pihu yang melihatnya jadi tertarik, dia berusaha mengumpulkan kembali obat ibunya dan menaruhnya kedalam botol, sambil memungut obat berulang kali pihu berkata obat ibu, ini obat ibu.

Saya tidak akan menceritakannya sampai akhir, karena menonton sendiri secara langsung akan lebih mudah merasakan dan mengerti apa yang sebenarnya terjadi dalam film ini.

Saat sedang mengumpulkan obat, bisa saja pihu memakannya beberapa butir, dia masih seorang anak balita sehingga segala kemungkinan buruk mungkin saja terjadi. Selain itu, HP ibunya yang seringkali menjadi perantara untuk berbicara dengan ayahnya mungkin saja akan lowbet, sehingga ayahnya lebih panik lagi.

Dalam kondisi tersebut apakah ayahnya akan pulang tepat waktu dan mendapatkan anaknya dalam keadaan hidup?, atau malah sebaliknya, atau bahkan dalam keadaan kritis.

Atau mungkin juga karena sangat panik akan kondisi putrinya, sedangkan HP yang dipegangnya tidak dapat dihubungi lagi, ayahnya kemudian mengalami kecelakaan. Yang lebih dramatis lagi apabila mereka sekeluarga meninggal dengan membawa kisah pahit dalam cerita rumah tangganya.

Sayapun menjadi sangat galau untuk melanjutkan dan menonton film ini sampai akhir.

0 comments: