
Sama
seperti tahun-tahun sebelumnya, lebaran kali ini kami lalui dengan penuh suka
cita. Ada ikatan yang semakin erat disaat orang-orang yang terpisah hampir 20
tahun tiba-tiba bertemu kembali. Semua bermula dari percakapan grup WhatsApp,
satu persatu muncul dan menyapa yang lain kemudian bersepakat mengadakan reuni
kecil-kecilan teman SD. Reuni SD mungkin tak seramai reuni SMA ataupun SMP yang
mana ketika satu angkatan melakukan reuni dapat bertemu puluhan hingga ratusan
teman-teman lainnya. Reuni SD kami hanya dihadiri beberapa orang saja karena
memang jumlah kami tidak banyak saat SD dulu, mungkin cuma sekitar 30an orang.
Dari 30an itu tidak semua dapat hadir, tapi itu semua sudah sangat cukup untuk
membuka kembali kenangan 20 tahun silam, saat kami semua masih belum mampu
berpikir mandiri, saat kami semua masih asik dengan yang namanya bermain. Ya,
itu mungkin bagi saya dan beberapa teman yang memang suka main, karena bagi
beberapa teman lain yang sedari SD dulu rajin belajar, mungkin bermain bukan
prioritas. Hahaha…becanda teman, sory terpaksa itu ditulis, supaya tulisannya
agak panjang.
Sebagaimana anak Sekolah Dasar lainnya, saat itu dikelas kami terdapat beberapa kelompok-kelompok kecil, ada kelompok anak rajin belajar dan ada kelompok anak yang suka bermain, mungkin juga malas belajar. Bagi kelompok anak rajin belajar, kami yang suka bermain mungkin terlihat malas dan bodoh, padahal mungkin juga tidaklah demikian. Meskipun begitu, saat itu kami tidak terganggu dengan citra itu, karena memang mereka pintar, itu dibuktikan dengan seringnya mereka mendapat ranking dikelas dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru yang kami tidak mampu menjawab, baik itu mata pelajaran hafalan maupun mata pelajaran hitungan. Selain pintar, mereka juga punya kepercayaan diri yang baik, buktinya mereka tidak malu-malu menjawab pertanyaan didepan kelas dan dalam pergaulan sehari-hari mereka terlihat seperti orang yang berwibawa. Namun begitu, mereka dapat menjadi dewa penolong atau sosok yang sangat penting yang dapat menentukan nasib kami dan dapat melindungi kami dari rasa malu yang teramat besar. Ya, saat ulangan triwulan atau ulangan menjelang kenaikan kelas, mereka akan sangat diharapkan, sangat dipercaya melebihi rasa percaya terhadap surga, neraka dan hari akhir. Bagaimana tidak, kami yang senang bermain memang tidak belajar, tidak menghafal dan masih sulit mengerjakan soal-soal hitungan yang diberikan. Tapi dengan kemampuan yang sangat minim itu, kami masih berharap agar bisa naik kelas, naik kelas karena dibantu sang dewa penolong atau naik kelas karena keberuntungan.
Saat itu telah berlalu 20 tahun, kami yang sebelumnya telah terpisah sekian lama dan terpencar kebeberapa daerah, berkumpul kembali dalam sebuah grup WhatsApp. Terimakasih untuk admin WhatsApp alumni SD kami. Di era digital seperti sekarang ini, teknologi informasi berkembang dengan sangat pesat, hal yang tidak kami bayangkan saat masih di Sekolah Dasar dulu. Ada banyak grup-grup WhatsApp yang dibuat dan salah satunya grup Alumni SD kami. Meskipun begitu, tidak semua teman-teman mempunyai WhatsApp, malah ada yang tidak mau sama sekali berhubungan dengan internet. Alasannya cukup jelas, karena dapat mengganggu kesibukannya, begitu jawabannya ketika saya bertanya padanya. Itu hal yang luar biasa, dijaman yang serba menggunakan teknologi informasi seperti sekarang ini, malah ada orang yang merasa terganggu dengan internet apalagi media sosial (fb, wa, ig, dll). Untungnya dia masih senang menggunakan Handphone, sampai-sampai beberapa kali membuatku terganggu, bosan dan wuaaahhh, garing. Bagaimana tidak, saat jam istrahat (jam 2 siang) dia malah menelpon dan ingin datang kerumah, hahaha. Untuk hal itu sepertinya bukan Cuma saya yang kesal dengan tingkahnya, sebaliknya dia juga mengalami hal demikian, kesal dengan tingkahku. Karena kesalnya, pernah suatu ketika dia datang kerumah, setelah memberi salam mendadak saya kena semprot, kamu kenapa di sms tidak balas, ditelpon tidak angkat, dan saya pun kena marah. Hahaha, saya Cuma tertawa dalam hati, tapi makin lama tertawaku mulai keluar dan membentuk ekspresi, hahaha, dan tanpa mampu kutahan tiba-tiba meledak menjadi suara yang bikin sakit hati. Dia juga tertawa dan kami pun tertawa. Saat itulah saya menanyakan perihal dirinya yang tidak mau menggunakan media sosial untuk komunikasi, dan saya memperoleh jawaban tadi.
Sebagaimana anak Sekolah Dasar lainnya, saat itu dikelas kami terdapat beberapa kelompok-kelompok kecil, ada kelompok anak rajin belajar dan ada kelompok anak yang suka bermain, mungkin juga malas belajar. Bagi kelompok anak rajin belajar, kami yang suka bermain mungkin terlihat malas dan bodoh, padahal mungkin juga tidaklah demikian. Meskipun begitu, saat itu kami tidak terganggu dengan citra itu, karena memang mereka pintar, itu dibuktikan dengan seringnya mereka mendapat ranking dikelas dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru yang kami tidak mampu menjawab, baik itu mata pelajaran hafalan maupun mata pelajaran hitungan. Selain pintar, mereka juga punya kepercayaan diri yang baik, buktinya mereka tidak malu-malu menjawab pertanyaan didepan kelas dan dalam pergaulan sehari-hari mereka terlihat seperti orang yang berwibawa. Namun begitu, mereka dapat menjadi dewa penolong atau sosok yang sangat penting yang dapat menentukan nasib kami dan dapat melindungi kami dari rasa malu yang teramat besar. Ya, saat ulangan triwulan atau ulangan menjelang kenaikan kelas, mereka akan sangat diharapkan, sangat dipercaya melebihi rasa percaya terhadap surga, neraka dan hari akhir. Bagaimana tidak, kami yang senang bermain memang tidak belajar, tidak menghafal dan masih sulit mengerjakan soal-soal hitungan yang diberikan. Tapi dengan kemampuan yang sangat minim itu, kami masih berharap agar bisa naik kelas, naik kelas karena dibantu sang dewa penolong atau naik kelas karena keberuntungan.
Saat itu telah berlalu 20 tahun, kami yang sebelumnya telah terpisah sekian lama dan terpencar kebeberapa daerah, berkumpul kembali dalam sebuah grup WhatsApp. Terimakasih untuk admin WhatsApp alumni SD kami. Di era digital seperti sekarang ini, teknologi informasi berkembang dengan sangat pesat, hal yang tidak kami bayangkan saat masih di Sekolah Dasar dulu. Ada banyak grup-grup WhatsApp yang dibuat dan salah satunya grup Alumni SD kami. Meskipun begitu, tidak semua teman-teman mempunyai WhatsApp, malah ada yang tidak mau sama sekali berhubungan dengan internet. Alasannya cukup jelas, karena dapat mengganggu kesibukannya, begitu jawabannya ketika saya bertanya padanya. Itu hal yang luar biasa, dijaman yang serba menggunakan teknologi informasi seperti sekarang ini, malah ada orang yang merasa terganggu dengan internet apalagi media sosial (fb, wa, ig, dll). Untungnya dia masih senang menggunakan Handphone, sampai-sampai beberapa kali membuatku terganggu, bosan dan wuaaahhh, garing. Bagaimana tidak, saat jam istrahat (jam 2 siang) dia malah menelpon dan ingin datang kerumah, hahaha. Untuk hal itu sepertinya bukan Cuma saya yang kesal dengan tingkahnya, sebaliknya dia juga mengalami hal demikian, kesal dengan tingkahku. Karena kesalnya, pernah suatu ketika dia datang kerumah, setelah memberi salam mendadak saya kena semprot, kamu kenapa di sms tidak balas, ditelpon tidak angkat, dan saya pun kena marah. Hahaha, saya Cuma tertawa dalam hati, tapi makin lama tertawaku mulai keluar dan membentuk ekspresi, hahaha, dan tanpa mampu kutahan tiba-tiba meledak menjadi suara yang bikin sakit hati. Dia juga tertawa dan kami pun tertawa. Saat itulah saya menanyakan perihal dirinya yang tidak mau menggunakan media sosial untuk komunikasi, dan saya memperoleh jawaban tadi.
Malam
itu tanggal 18 juni, cuaca sedang tidak bersahabat, hujan turun tidak menentu,
kadang cuma rintik kecil kadang berubah menjadi butiran-butiran disertai angin.
Saya pun bergegas keluar menuju tempat yang sebelumnya telah disepakati menjadi
tempat pertemuan kami teman SD. Tempatnya tidak jauh dari rumahku, meskipun
hujan sedikit rintik dapat kupastikan pakaianku tidak cukup basah ketika sampai
di TKP. Kali ini kami kumpul dirumah teman sembari membicarakan kembali akan kemana
kami selanjutnya. Pembicaraan ini telah dimulai sejak siang sebelumnya dengan
hanya melibatkan 2 orang, 2 orang yang selalu bergantian memuncaki klasemen
akhir saat SD dulu, 2 orang yang selalu bergantian menjadi juara sejak kelas 1
sampai kelas 6. Ini seperti La Liga dimana hanya ada 2 klub besar yang
menguasai Liga dan semua klub lainnya serasa menjadi klub kecil dengan target
agar supaya bisa bertahan di kompetisi akbar Spanyol tersebut dan tidak
terdegradasi menuju divisi bawah. Kami yang lainpun hanya mengikuti mereka
berdua, apa yang mereka sampaikan itu yang kami setujui. Hujanpun mulai redah,
saat tiba ditempat berkumpul, teman-teman lainnya telah bersiap akan keluar
menuju tempat yang sepertinya telah disepakati. Kita ke Roxy saja, begitu kata
seorang teman yang tengah bersiap memacu motornya, dan kamipun menuju Roxy,
salah satu rumah makan yang ada di Kota Raha dan terletak pada daerah pertokoan
yang juga merupakan daerah sekitar Baypass. Posisinya yang terletak
dipersimpangan 4 antara jalan poros dan jalan dalam kota, membuat tempat ini
seringkali ramai oleh pengunjung, meskipun ada seorang teman mengungkapkan
ketidak puasannya pada pelayanan ditempat ini yang cenderung lama menyiapkan
pesanan.
Malam
itu kami berkumpul di Roxy setelah lama tak bertemu, sepertinya wajah
teman-teman tidak banyak berubah, cuma ada penambahan sedikit pada lebar wajah dan
beberapa bengkakan pada bagian pipi saja. Untuk perut, saya tidak terlalu
memperhatikan, karena saya sendiri sibuk menahan napas supaya perutku sendiri tidak
jadi perhatian orang-orang. Meskipun beberapa masih canggung dan cenderung
malu-malu, saya dan juga beberapa teman lainnya berusaha sebisa mungkin
menghilangkan suasana kaku. Dan kamipun perlahan larut dalam suasana tawa dan
sedikit canda. Sesekali kukeluarkan jurus ampuh yang kupelajari dalam beberapa
tahun terakhir, jurus ini khusus digunakan ketika bertemu teman lama dan telah
kubuktikan ternyata sangat ampuh. Jurus itu seperti aji mumpung namun tidak
membutuhkan kemampuan berekspresi tingkat tinggi tuk dikuasai dan dipraktekan,
cukup banyak tertawa dan tidak tau malu saja, ya semacam sok akrab mungkin
salah satunya. Ketika tiba saatnya memesan makanan dan minuman, sayapun
diberikan daftar oleh teman, beberapa teman lainnya hanya memesan minimuman dan
tidak memesan makanan, entah apa alasannya yang jelas saya sedang lapar karena
sengaja tidak makan dari rumah. Ahirnya saya memesan mie goreng dan segelas
kopi hitam, tanpa air putih dan juga tanpa nasi putih, luar biasa.
Malam
itu adalah kenangan baru bagi kami, mungkin akan terjadi lagi ditahun yang akan
datang saat reuni SD diajak teman kerumah makan kemudian ditraktir, semoga
saja, karena dikesempatan berikutnya saya berjanji untuk tidak malu-malu lagi.
Hahaha….saya masih mengingat dengan jelas wajah kami ketika SD dulu, dan untuk
beberapa teman yang sempat hilang dari ingatan saya ucapkan permohonan maaf
yang sebesar-besarnya. Terkhusus buat teman kami yang sedang sakit dan di rawat
di Rumah Sakit Jiwa, semoga cepat sembuh.
0 comments:
Posting Komentar